Demokrat Merasa Dihambat Partai Pendukung Jokowi untuk Berkoalisi
Oleh
Dhanang David Aritonang
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan, ada hambatan dari partai politik pendukung Presiden Joko Widodo yang membuat Demokrat sulit merapatkan koalisi. Yudhoyono mengatakan, peluang Demokrat untuk merapat ke koalisi pendukung Presiden Jokowi semakin kecil.
Yudhoyono menampik alasannya tidak bergabung dengan koalisi Jokowi karena masalah cawapres. Ia mengatakan, dirinya tidak memiliki masalah personal dengan Jokowi. Tampaknya ada hambatan bagi Demokrat untuk berada dalam koalisi karena untuk bergabung dengan koalisi perlu ada persetujuan dengan parpol pendukung Jokowi. Sungguhpun saya benar-benar merasakan kesungguhan dan ketulusan Pak Jokowi untuk mengajak kami di dalam Partai Demokrat, saya mengetahui tanpa harus saya sampaikan di mana sumber-sumbernnya. Memang tidak terbuka jalan bagi Demokrat untuk berada dalam koalisi beliau,” ujar Yudhoyono dalam konferensi pers seusai pertemuan dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan di kediamannya di Kuningan, Jakarta, Rabu (25/7/2018).
Namun, presiden ke-6 RI tersebut mengakui bahwa hubungan dirinya dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri memang masih bermasalah. ”Meskipun hubungan saya dengan Ibu Megawati Soekarnoputri belum pulih, hubungan saya dengan Pak Jokowi masih berjalan dengan baik,” lanjut Yudhoyono.
Yudhoyono mengatakan, komunikasi dengan Jokowi sudah terbangun sejak tahun 2014 ketika mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut terpilih sebagai Presiden Indonesia. ”Saya ditawari oleh beliau untuk bergabung dengan koalisi. Namun, saya memilih untuk berada di luar koalisi ketika itu,” ucapnya.
Menurut Yudhoyono, hubungannya dengan Jokowi semakin intens pada satu tahun terakhir. Dia menambahkan, Jokowi juga pernah menawarkan jabatan menteri kepada kader Partai Demokrat apabila nantinya terpilih kembali sebagai presiden pada 2019.
”Saya dan Jokowi tidak pernah membahas soal capres dan cawapres. Oleh sebab itu, tidak benar bahwa saya tidak bergabung dengan koalisi beliau karena masalah cawapres,” ucapnya.
Yudhoyono menepis tanggapan Ketua Umum PPP Romahurmuziy yang menilai bahwa Demokrat tidak jadi bergabung dengan koalisi Jokowi karena masalah cawapres. Selain itu, Yudhoyono merasa bahwa partai koalisi pendukung Jokowi tidak menerima keberadaan Demokrat untuk bergabung.
”Oleh sebab itu, dalam sisa waktu yang ada, kami harus memilih jalan lain, yaitu melakukan penjajakan dengan Partai Gerindra untuk membangun koalisi Pilpres 2019,” ujarnya.
Selain itu, Yudhoyono mengatakan, belum ada nama cawapres yang dibicarakan bersama dengan Gerindra serta PAN. Ia merasa tidak takut kehilangan suara pada Pemilu 2019 jika nantinya tidak ada calon yang diusung oleh Demokrat pada pilpres.
”Cawapres bukan harga mati. Namun, kader kami berharap, putra terbaik di Demokrat bisa mau sebagai cawapres. Mudah-mudahan tidak benar mitos yang beredar, apabila kami tidak memiliki cawapres, perolehan suara Demokrat akan turun,” ujarnya.
Buka dialog
Zulkifli mengatakan, kunjungannya ke rumah Yudhoyono untuk membuka dialog terkait koalisi 2019. ”Kami juga membahas soal situasi kekinian terkait bangsa ini bersama-sama. Kami berharap akan ada diskusi lanjutan setelah ini”, katanya.
Zulkifli menambahkan, hingga saat ini PAN juga belum menyatakan sikap akan bergabung dengan koalisi mana. ”Belum ada hasil yang mutlak. Namun, saat ini kami sudah semakin dekat dengan Prabowo. Nantinya, pada hari-hari ke depan baru akan ada kejelasan,” katanya.
Yudhoyono mengatakan, dirinya memiliki kesamaan pandangan dengan Zulkifli terkait permasalahan bangsa. Setelah ini, Demokrat juga berencana untuk membuka komunikasi dengan PKS, khususnya untuk membahas rencana koalisi pada Pemilihan Presiden 2019.