JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama Indonesia-Jepang dalam penurunan emisi melalui Joint Crediting Mechanism atau JCM hingga kini ditaksir telah menurunkan emisi sebanyak 291,345 ton karbon dioksida per tahun yang berasal dari sektor industri. Upaya penerapan teknologi efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan ini menjadi pemantik bagi pelaku industri lainnya bersama-sama menurunkan emisi gas rumah kaca.
Pada tahun 2018, Pemerintah Jepang menganggarkan 6,9 miliar yen atau setara 69 juta dollar Amerika Serikat untuk pendanaan kerja sama proyek-proyek ramah lingkungan dengan 17 negara, termasuk Indonesia. Para pelaku industri di Indonesia didorong memanfaatkan hal ini untuk dapat mengakses teknologi terkini dalam efisiensi energi, energi terbarukan, dan sarana transportasi.
”JCM telah berhasil memobilisasi sekitar 54 juta dollar AS hibah Pemerintah Jepang untuk pembangunan rendah karbon di Indonesia. Selanjutnya, dengan dana ini, skema JCM telah berhasil memanfaatkan sekitar lebih dari 80 juta dollar AS investasi rendah karbon dari sektor swasta di Indonesia,” kata Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Perekonomian Dida Gardera saat memberikan sambutan dalam Seminar JCM: Implementing in Indonesia-Accelerating Low Carbon Development Through JCM Scheme, Selasa (24/7/2018), di Jakarta.
Dalam mekanisme JCM, pihak swasta di Indonesia diwajibkan membangun konsorsium dengan pihak swasta Jepang yang memiliki solusi teknologi. Dalam kerja sama ini, diwajibkan menerapkan teknologi terkini yang belum ada di Indonesia. Apabila proposal disetujui, Pemerintah Jepang mengucurkan dana hibah/subsidi melalui JCM hingga 50 persen dari total investasi.
Keuntungan bagi Indonesia dan Jepang, penurunan emisi karbon yang didapat dari upaya ini diperhitungkan sebagai capaian dalam ”kredit karbon”. Pada konteks Kesepakatan Paris, hal ini diperhitungkan sebagai pemenuhan komitmen kontribusi nasional negara (NDC).
Kesepakatan bilateral JCM untuk mendukung pembangunan rendah karbon di Indonesia ditandatangani pada Agustus 2013. Hingga kini, 115 studi kelayakan telah dilakukan di bawah skema JCM. Selanjutnya, ada juga 34 proyek yang sekarang diimplementasikan dengan total pengurangan emisi yang diperkirakan hingga 291,345 ton karbon dioksida per tahun.
Dari 34 proyek, tercatat bahwa 13 proyek telah terdaftar dan 4 proyek telah mengeluarkan kredit pengurangan emisi mereka dengan total 357 ton karbon dioksida. Dida mengatakan, Indonesia menjadi negara paling progresif di antara 17 negara tuan rumah JCM lain.
Kepala Sekretariat JCM Cahyadi Yudodahono menyatakan, di tahun 2018–hingga kini–terdapat 4 proyek yang disetujui pembiayaannya melalui JCM. Satu di antaranya penerapan CNG-diesel hybrid equipment pada bus umum di Semarang, Jawa Tengah. Ini menjadi satu-satunya sektor transportasi yang dibiayai JCM di Indonesia.
”Ini diharapkan direplikasi industri lain. JCM bukan pemain utama dari NDC karena memperkenalkan teknologi. Ini sebagai pemantik,” katanya.
Dalam konteks NDC, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi 29 persen pada 2030 yang didapatkan dari sektor kehutanan sebesar 17 persen, energi 11 persen, serta 1 persen dari industri, pengolahan limbah, dan sampah.
Sementara itu, saat memberikan sambutan Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Jepang di Indonesia Mari Takada menyambut baik kerja sama JCM Indonesia-Jepang yang berlangsung sejak 2013. Ia pun menyatakan Indonesia menjadi negara terdepan dari 17 negara partner JCM.