Nama sebenarnya adalah Kali Sentiong, tetapi warga sekitarnya lebih akrab menyebutnya Kali Item. Sebab, dari dulu, air yang mengalir di kali itu berwarna hitam pekat dan berbau seperti comberan. Bisa dimengerti, Kali Sentiong atau Kali Item memang bukan kali atau sungai alami seperti halnya Ciliwung, Sunter, Cipinang, atau sungai-sungai lain yang melintasi Jakarta.
Kali Sentiong sesungguhnya hanyalah saluran drainase kota yang menampung air limbah keluarga dari permukiman-permukiman di sisi kanan-kirinya. Makin ke hulu sungai ini makin lebar berair hitam pekat setelah makin banyak limbah rumah tangga dibuang ke dalamnya.
Dinamakan Kali Sentiong karena hulunya memang dari daerah Kramat Sentiong, terutama setelah lintasan kereta api Pasar Senen-Jatinegara. Di sekitar Sentiong, lebar kali tak sampai 3 meter dan makin lebar setelah melewati Kampung Rawa dan Tanah Tinggi hingga memotong Jalan Letjen Soeprapto.
Selepas Jalan Letjen Soeprapto sampai Jembatan Marto di perbatasan Jakarta Pusat-Jakarta Utara, Kali Sentiong makin lebar. Maklum, Kali Sentiong harus menampung buangan limbah rumah tangga dari perkampungan di Harapan Mulya, Utan Panjang, Haji Ung, Kampung Irian/Serdang di sisi kanan (timur) yang padat penduduk dan Tanah Tinggi Utara, Pasar Nangka, dan Kebon Kosong.
Di Jembatan Marto, Kali Sentiong bertemu dengan sodetan Kali Sunter yang mengalir dari Pintu Air Astra memotong Jalan Yos Sudarso dan terus ke barat menyusur belakang ITC Cempaka Mas, Sumur Batu, Serdang, dan Kampung Irian. Sodetan kali Sunter itu sendiri selain menampung air buangan dari Kali Sunter jika muka airnya tinggi juga menampung air buangan limbah dari kali-kali kecil dari Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Tengah, Sumur Batu, dan Serdang.
Maka, lengkaplah sudah Kali Sentiong sebagai saluran pembuangan yang harus menampung limbah rumah tangga jutaan penduduk dari tiga kecamatan, yakni Senen, Cempaka Putih, dan Kemayoran.
Selepas Jembatan Marto sampai Danau Sunter, buangan limbah relatif sedikit karena di sisi kirinya dulu adalah Lapangan Terbang Kemayoran yang kini masih relatif kosong. Bangunan baru yang ada sekarang memang banyak apartemen dan pusat perkantoran, termasuk wisma atlet yang akan dipakai untuk menampung para atlet Asian Games.
Namun, selepas Danau Sunter hingga bermuara di Kali Ancol, penampang Kali Sentiong tambah lebar seiring makin bertambahnya buangan limbah dari permukiman padat Sunter dan Pademangan.
Sempat membaik
Tahun 1980-an sampai akhir 1990-an, Kali Sentiong, terutama di ruas Haji Ung hingga Jembatan Marto, juga harus menampung sampah dan limbah dari pedagang kaki lima yang memadati Jalan Kebon Kosong. Para pedagang seenaknya membuang sampah buah dan plastik ke dalam kali.
Selain itu, kali menjadi septic tank mengalir. Keberadaan pedagang kaki lima dan pengunjungnya memang sangat memerlukan kamar kecil untuk hajat buang air. Maka, warga sekitar lalu membangun ”WC helikopter” yang kotorannya langsung masuk ke dalam aliran kali. Warga sekitar yang umumnya tinggal berjejal di rumah-rumah sempit sekitarnya juga memanfaatkan WC umum itu untuk buang hajat. Maka, sangat bisa dimengerti kalau musim kemarau ketika air sangat sendikit kali itu sangat hitam pekat dan bau menyengat.
Dalam situasi seperti itu, Kompas beberapa kali mencatat terjadi kecelakaan metro mini atau bajaj tercebur ke kali. Sejumlah metro mini ketika itu memang mempunyai trayek melintasi kawasan tersebut, seperti P-10 (Senen-Sumur Batu), P-11 (Senen-Kompleks Listrik), U-24 (Senen-Tanjung Priok), bus besar Mayasari Bakti dan PPD serta Kopami Jaya. Belum lagi mikrolet rute Senen-Pulogadung lewat Kelapa Gading.
Di zaman Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, kondisi Kali Sentiong sempat membaik. WC helikopter dibersihkan, airnya yang hitam dibersihkan sehingga bau berkurang. Masyarakat sekitar dan mereka yang melintas merasa lebih nyaman setiap kali melintas di sisi kanan kiri kali. Namun, kini kali itu kembali menghitam dan bau.
Kondisi buruk Kali Sentiong kembali mencuat menjelang perhelatan Asian Games ini ketika Pemerintah Provinsi DKI berupaya menutup permukaan air dengan jaring-jaring hitam agar tak terlihat oleh para atlet mancanegara yang menginap di Wisma Atlet Kemayoran. Selanjutnya, Pemprov DKI menyatakan tetap meneruskan upaya membersihkan dan menerapkan rekayasa teknologi untuk mengurangi kotoran dan bau.
Ketika isu ini menjadi perdebatan di kalangan masyarakat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berupaya akan menggelontor air dari Bendung Katulampa. Apa hubungannya Katulampa dengan Kali Sentiong?
Kali Sentiong hanya berhubungan dengan Kali Sunter yang juga menampung air dari Kali Cipinang, yang dua-duanya berhulu di daerah Depok.