Kelelahan Fisik Jemaah Diantisipasi
Klinik kesehatan haji siap melayani jemaah yang mengalami gejala demensia, heat stroke (kejang panas karena sengatan matahari), infeksi saluran pernapasan atas, dan gangguan jantung. Tersedia 18 dokter umum dan 26 dokter spesialis (syaraf, jantung, dan anastesi), serta 46 perawat.
MEKKAH, KOMPAS— Pusat aktivitas jemaah haji asal Indonesia mulai bergeser dari Madinah ke Makkah, Arab Saudi. Hari Rabu (25/7/2018) ini, jemaah gelombang I yang telah menunaikan arbain di Masjid Nabawi Madinah, bergerak ke Mekkah.
Di kota suci ini, mereka bersama jemaah haji dari berbagai penjuru dunia melaksanakan ibadah sunnat di Masjidil Haram sambil menunggu masa wujuf (puncak haji) di Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armina) pada 20 Agustus.Hari Selasa (24/7), Panitia Penyelenggara Ibadah Haji berkoordinasi melayani jemaah.
Perjalanan darat dari Madinah ke Mekkah sepanjang sekitar 450 kilometer dinilai berisiko menimbulkan kelelahan fisik bagi jemaah haji yang mayoritas berusia lanjut. Situasi itu diperburuk dengan cuaca panas Arab Saudi yang terus menanjak mencapai 50 derajat celcius.
"Dalam kondisi lelah, tubuh yang terpapar terik matahari sangat berisiko dilanda stres dan demensia. Ganguan jiwa akibat situasi seperti ini kami antisipasi," ujar Direktur Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, Nirwan Satria, ketika ditemui di Kantor KKHI, kawasan Aziziyah, Mekkah, Arab Saudi, Selasa.
Demensia adalah menurunnya kesadaran seseorang akibat melemahnya kemampuan otak karena kelalahan fisik. Kondisi seperti ini membuat seseorang kehilanggan orientasi, banyak lupa akan sesuatu, kehilangan kepribadian, serta emosi yang labil. "Tahun lalu tidak sedikit jemaah meronta dan berteriak histeris di luar kontrol diri. Jumlah jemaah yang mengalami gejala seperti ini mencapai 40 orang," tambah Nirwan.
Didampingi M Imran, Kepala Kesehatan Haji Mekkah, Nirwan memastikan kesiapan klinik melayani jemaah haji yang mengalami gejala demensia, heat stroke (kejang panas karena sengatan matahari), infeksi saluran pernapasan atas, dan gangguan jantung. Tersedia 18 dokter umum dan 26 dokter spesialis (syaraf, jantung, dan anastesi), serta 46 perawat.
Ruang pasien sakit jiwa
Di gedung berlantai 18 itu, klinik dilengkapi 270 tempat tidur, tersebar di layanan IGD, ICU, dan perawatan khusus untuk pasien gangguan jiwa. Di salah satu lantai terdapat bangsal khusus untuk gangguan jiwa. Belasan tempat tidur di dalamnya dibatasi dengan jeruji, layaknya rumah sakit jiwa.
"Ini buat jaga-jaga jika ada pasien yang mengamuk," kata Nirwan seraya menyebut klinik tersebut setara dengan RS tipe C di Tanah Air.
Layanan kesehatan disiagakan hingga masa prosesi Armina selesai. Terdapat 15 unit ambulans yang siap bergerak menjangkau seluruh pemondokan jemaah.
Tim gerak cepat
Salah satu fasilitas penting dalam pelayanan jamaah adalah layanan kesehatan di sektor-sektor. Konsentrasi para jemaah haji Indonesia yang berumlah 221.000 -- termasuk 204. 000 jemaah reguler-- tersebar di 11 sektor ditambah 1 sektor khusus Masjidil Haram.
Di samping klinik kesehatan, juga tersedia layanan kesehatan sektor terdiri dari 8 personel Tim Gerak Cepat yakni 2 dokter, 2 perawat, 1 apoteker, 1 tenaga penghubung, dan 2 sopir ambulans, serta 1 unit ambulans medik dengan fasilitas resusitasi, stabilisasi, transportasi, dan evakuasi. Tim tersebut terkoordinasi satu sama lain termasuk dengan tim pertolongan pertama pada jemaah haji.
Masjidil Haram ditangani ekstra
Masjidil Haram tempat ka’bah berada mendapat perhatian lebih ekstra. Area ini tak terpisahkan dari rangkaian ibadah haji. Di tempat inilah seluruh jemaah haji berkumpul menjalankan ritual umrah, termasuk tawaf (mengelilingi ka’bah) dan sa’i (berjalan dan berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah).
Jemaah haji Indonesia di area ini dikawal secara khusus oleh petugas Sektor XII dengan kekuatan 17 personel, beberapa di antaranya perempuan. Tim yang dipimpin Slamet Budiono ini, bertugas dalam dua shift yakni pukul 09.00-21.00 dan 21.00-09.00. Mereka tersebar pada empat pos, yakni pos Marwah; pos Tawaf (di lantai dasar, lantai satu, dan lantai dua); pos King Abdul Aziz Gate; serta pos lantai 3 Tower Zam-zam.
Kami siap membantu jemaah seperti ini. Gelang identitas di lengan jemaah menjadi petunjuk di mana lokasi penginapan mereka, termasuk asal usul dan kloternya.
Menurut Slamet, dalam kerumunan jemaah dari berbagai negara, jemaah asal Indonesia yang umumnya berusia lanjut kerap linglung. Tak sedikit yang tersesat dan lupa jalan pintu keluar. “Kami siap membantu jemaah seperti ini. Gelang identitas di lengan jemaah menjadi petunjuk di mana lokasi penginapan mereka, termasuk asal usul dan kloternya,” kata Slamet.
Hingga Selasa petang, sudah 47.610 jemaah yang tiba di Madinah. Mereka terbagi dalam 118 kloter yang berangkat dari 12 bandara embarkasi di Tanah Air. Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah menjadi pintuk masuk bagi 218 kloter hingga 30 Juli nanti. Selanjutnya, pintu kedatangan jemaah beralih ke Bandara King Abdul Aziz Jeddah. (NAR)