Lapangan Banteng Kini Memiliki Wajah Baru
JAKARTA, KOMPAS — Lapangan Banteng yang berlokasi di Sawah Besar, Jakarta Pusat, kini telah memiliki wajah baru setelah direvitalisasi. Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan ketika peresmian, Rabu (25/7/2018) malam, berharap Lapangan Banteng dapat menjadi tempat berinteraksi warga Jakarta.
Dalam pidatonya, Anies mengatakan, Lapangan Banteng memiliki sejarah yang panjang. ”Pemanfaatan taman ini dulu bervariasi, mulai dari sebagai simbol kekuasaan kolonial Belanda, taman kota, hingga terminal,” kata Anies.
Lapangan Banteng juga telah melalui proses inovasi dan kreasi. Ia berharap lapangan tersebut dapat menjadi tempat untuk mengenang perjuangan para pahlawan di masa lampau.
Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Djafar Muchlisin menjelaskan, proses revitalisasi Lapangan Banteng membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Lapangan Banteng menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1963.
”Seiring berjalannya waktu, Lapangan Banteng mulai terlupakan,” kata Djafar dalam pidatonya. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ingin mengembalikan fungsi Lapangan Banteng yang telah menjadi cagar budaya.
Lapangan Banteng dapat digunakan sebagai balai kebudayaan, kesenian, dan pesta rakyat. Sebagai ruang terbuka hijau, Lapangan Banteng dapat menjadi ruang publik dengan karakter historis dengan kaidah wisata budaya dan mengenang sejarah Indonesia.
Revitalisasi Lapangan Banteng terbagi menjadi tiga zona, yaitu utama, olahraga, dan taman. Zona utama Lapangan Banteng terdapat pada Monumen Pembebasan Irian Barat. Revitalisasi ini menghabiskan biaya Rp 77 miliar. Biaya tersebut berasal dari dana tanggung jawab sosial perusahaan dan dana kompensasi koefisien lantai bangunan pihak swasta.
Zona utama diperkuat dengan bangunan berbentuk setengah lingkaran yang berfungsi sebagai amphitheater. Di antara amphitheater dan Monumen Pembebasan Irian Barat terdapat kolam dan pelataran yang berfungsi untuk berbagai kegiatan kesenian dan kebudayaan, seperti konser musik dan pertunjukan busana.
Pada Sabtu dan Minggu, terdapat pertunjukan air mancur menari. Air mancur tersebut akan beroperasi pada 18.30, 19.30, dan 20.30. Air mancur tersebut akan bergerak mengikuti irama orkestra lagu nasional dan daerah. Di tengah-tengah air mancur terdapat hiasan tata cahaya dan hologram.
Di sebelah kanan Monumen Pembebasan Irian Barat terdapat Bangunan Bendera yang digunakan untuk meletakkan bendera pada acara kenegaraan. Bangunan ini juga menjadi area servis. Di lokasi ini terdapat toilet, mushala, ruang pengelola, dan area makanan.
Pada zona olahraga terdapat lintasan lari dan fasilitas tempat bermain untuk anak-anak. Adapun zona taman berfungsi untuk mempertegas konsep ruang terbuka hijau.
Di tempat itu terdapat beberapa tempat duduk dengan lampu hias di bawahnya. Beberapa kolam lama juga masih dipertahankan. Pengunjung dapat menikmati udara yang sejuk di bawah pohon yang rindang.
Interaksi
Anies berharap revitalisasi Lapangan Banteng tidak hanya menghasilkan bangunan yang indah, tetapi juga dapat digunakan untuk warga berinteraksi. Dengan rancangan dari Yori Antar, Lapangan Banteng dapat digunakan untuk berolahraga dan kegiatan seni.
Arsitek Revitalisasi Lapangan Banteng, Yori Antar, mengatakan, aktivitas di luar ruangan sangat dibutuhkan oleh warga sebagai bentuk makhluk sosial. Ia berharap ada banyak taman lain yang dapat direvitalisasi sehingga dapat digunakan beraktivitas oleh warga DKI Jakarta.
Djafar mengatakan, masyarakat dapat menggunakan Lapangan Banteng untuk berinteraksi dan beraktivitas mulai pukul 07.00. Pada Senin sampai dengan Jumat, Lapangan Banteng akan ditutup pada pukul 22.00, sedangkan pada Sabtu dan Minggu tutup pada pukul 23.00 atau 24.00.
Perlu dirawat
Pengunjung mengaku senang dengan revitalisasi Lapangan Banteng. Ahmad Rivai (22), warga Sunter, Jakarta Utara, melihat Lapangan Banteng lebih tertata.
Ia berharap faktor keamanan perlu ada perhatian khusus. Menurut Ahmad, perlu ada kamera CCTV di setiap sudut taman sehingga segala aktivitas pengunjung dapat terpantau. Ia berharap Lapangan Banteng terus dirawat sehingga tetap terjaga keindahannya.
Ade (25), warga Tanjung Priok, Jakarta Utara, terkejut dengan revitalisasi Lapangan Banteng. ”Dulu, Lapangan Banteng tidak terawat dan hanya digunakan untuk bazar,” ujarnya.
Sebagai seorang yang punya hobi olahraga lari, Ade merasa senang karena ada tempat alternatif untuk olahraga lari. Ia berharap taman-taman lain di DKI Jakarta juga dapat direvitalisasi.
Menurut Ade, warga DKI Jakarta sangat membutuhkan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau dapat menjadi tempat untuk berkumpul, berolahraga, dan menghilangkan kejenuhan setelah beraktivitas seharian.