Penghitungan teknis terkait kapasitas pelayanan dengan kebutuhan pengguna, menjadi catatan penting dari kisruh pengelolaan tiket elektronik yang mesti dihadapi pengguna KRL pada Sabtu hingga Senin lalu.
Oleh
Ingki Rinaldi/Kurnia Yunita Rahayu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Perencanaan transisi sistem pembayaran elektronik mesti disiapkan lebih matang dengan menghitung secara rinci aspek permintaan publik dan kapasitas layanan yang bisa disediakan.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta Iskandar Abubakar, saat dihubungi Selasa (24/7/2018), mengatakan, persoalan di hari Senin muncul karena penghitungan kapasitas layanan yang cenderung tidak dilakukan. “Jadi kalau kapasitas layanan di bawah demand, yang ada adalah antrean,” katanya.
Ia mengatakan, antrean panjang tidak perlu terjadi bilamana penghitungan kapasitas layanan dilakukan dengan baik dan diwujudkan dengan menyediakan loket penjualan tiket yang cukup. “Mereka (PT Kereta Commuter Indonesia/KCI) tidak prepare dengan jumlah penumpang yang datang (ke sejumlah stasiun),” ujar Iskandar.
Menurut Iskandar, transisi sistem elektronik mestinya dilakukan dengan tingkat keyakinan tinggi terkait durasi waktu penyelesaiannya.
Pakar transportasi dari Universitas Indonesia Ellen Sophie Wulan Tangkudung, Selasa, mengatakan, kejadian Senin lalu kemungkinan membuat semua pihak mengantisipasi kekurangan serupa di masa mendatang.
“Sebagai orang yang bekerja (terkait) dengan teknologi, memang terdapat kecenderungan sebagian hal teknis terkait teknologi tidak bisa sepenuhnya sempurna,” ujar Ellen.
Ellen menambahkan, mengularnya antrean penumpang pada Senin lalu di sejumlah stasiun, muncul karena informasi publik yang tidak baik.
Ia menambahkan, perubahan dan pemeliharaan sistem sejak Sabtu hingga Senin kemarin, memang mesti dilakukan. Hal ini terkait peningkatan kapasitas layanan untuk menghadapi bertambahnya penumpang di masa mendatang.
Saat ini, jumlah penumpang KRL mencapai 1 juta penumpang per hari dan kemungkinan mencapai 1,2 juta penumpang per hari tahun ini. Jumlah itu jauh lebih banyak dibandingkan pertama kali sistem tiket elektronik pada KRL, yakni sekitar 400.000 penumpang per hari. Tahun 2019, ditargetkan 2 juta penumpang per hari diangkut dengan KRL.
Sehari sebelumnya, Dina Hakiki yang mewakili tim pengembangan PT Telkom dalam proyek pembaruan dan pemeliharaan sistem pembayaran elektronik itu mengatakan, pembaruan dan perubahan sistem tidak bisa dilakungan setengah-setengah. Misalnya, dengan mengadopsi sistem baru di sebagian stasiun dan membiarkan sistem lama di stasiun lain.
“Ini tidak bisa (seperti itu karena) terkait pengamanan yang satu kunci. Sistem ini ada karena satu hal yaitu (untuk) meningkatkan security. Itu menggunakan kunci keamanan, harus diterapkan sekaligus. Nah, ini yang membuat (perubahan) kami (lakukan) bertahap dan tidak bisa dua sistem,” sebut Dina.
Berangsur pulih
Di lapangan, Selasa, penggunaan tiket elektronik untuk KRL berangsur pulih. Di Stasiun Bekasi yang melayani sekitar 45.000 penumpang per hari, antrean penumpang yang akan keluar-masuk peron sudah berkurang.
Adapun perangkat elektronik seperti gerbang, mesin penjual tiket, dan gerbang elektronik sudah dapat digunakan. Sebagian besar gerbang sudah bisa memindai tiket harian berjaminan (THB), kartu multitrip (KMT), dan kartu uang elektronik yang dikeluarkan bank.
Wakil Kepala Stasiun Bekasi Muhamad Badrus mengatakan, sistem pembayaran elektronik sudah berangsur pulih sejak Senin siang.
Meski jumlah penumpang tetap banyak, arus keluar dan masuk para penumpang cenderung lancar, meskipun masih ada beberapa penumpang yang gagal memindai kartu mereka saat akan keluar gerbang.
Hal serupa terjadi di Stasiun Sudirman. Pukul 18.00, kemarin, ada sekitar 14 orang di setiap gerbang. Padahal, lima dari enam mesin telah digunakan. ”Sudah lebih lancar dari kemarin. Hanya saja, ada beberapa kartu yang perlu di-tap lama baru bisa terbaca, seperti saya sendiri,” kata Marwan (47), penumpang yang menggunakan Tapcash BNI.
Vice President Corporate Communications PT KCI Eva Chairunisa mengakui ada kendala pada proses pembaruan sistem tiket elektronik. KCI masih menghubungi pihak bank selaku penyedia kartu uang elektronik.