JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah dinilai perlu memperbaiki kualitas dan ketepatan waktu penyaluran benih jagung bantuan. Harapannya, produktivitas dan produksi jagung lebih optimal.
Peneliti bidang pangan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Imelda M Freddy, di Jakarta, Selasa (24/7/2018), menyatakan, berdasarkan hasil penelitiannya di Sumenep, Jawa Timur, dan Dompu, Nusa Tenggara Barat, produktivitas benih dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian berkisar 3-5 ton per hektar (ha). Selain itu, penyalurannya juga sering terlambat 7-30 hari. Benih yang diterima petani kadang sudah berjamur dan berkutu.
Sementara produktivitas benih dari produsen swasta berkisar 7-13 ton per ha. Selain lebih tinggi, benih dari swasta dinilai lebih baik mutunya dan tiba lebih cepat. Swasta juga memberikan paket bantuan Rp 3-8 juta per ha untuk benih, pupuk, dan herbisida.
Menurut Imelda, keterlibatan produsen swasta dapat ditingkatkan untuk mendongkrak produksi. Namun, upaya itu terhambat pembatasan kuota bagi swasta sebesar 35 persen sebagaimana diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Teknis Budidaya Jagung dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 3 Tahun 2015.
Perencana Utama Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Nono Rusono menyatakan, produktivitas jagung ditargetkan 6,1 ton per ha. Tahun 2014, produktivitas jagung tercatat 4,9 ton per ha sehingga perlu kenaikan minimal 4,29 persen per tahun untuk mencapai target itu.
Akan tetapi, selain memacu produktivitas, produksi dipacu melalui penambahan luas tanam. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto mengatakan, tambahan lahan tanam ditargetkan 3 juta ha tahun ini dan 2,6 juta ha sudah masuk kontrak. Pemerintah juga menggelontorkan bantuan benih dengan produktivitas optimal 7-8 ton per ha.
Menurut dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bappenas, total produksi jagung nasional pada 2018 ditargetkan 23 juta ton. Sementara itu, Kementerian Pertanian memproyeksikan, produksi pada 2018 dapat mencapai 28,6 juta ton.