Gelombang Tinggi, Warga Panik Lari ke Bukit
BANDUNG, KOMPAS - Gelombang tinggi melanda sejumlah pesisir Bengkulu, selatan Jawa, hingga Nusa Tenggara Timur. Air laut masuk daratan hingga sejauh 70 meter, yang memicu kepanikan di Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (25/7/2018). Mitigasi bencana perlu diperkuat di kawasan rawan gelombang tinggi hingga tsunami.
Di Pantai Batu Hiu, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, gelombang tinggi merusak puluhan warung. Tembok pembatas pantai setinggi dua meter dan panjang 50 meter roboh. Puluhan warga dan wisatawan berlarian menjauhi pantai.
“Lari ke bukit setinggi 20 meter di sekitar pantai. Bukit itu memang direkomendasikan menjadi tempat evakuasi diri saat gelombang tinggi dan tsunami,” ujar Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata Batu Hiu, Jajat Sudarajat.
Warga masih trauma tsunami di kawasan itu tahun 2009. Selasa malam, sejumlah warga masih mengungsi, mengkhawatirkan gelombang lebih tinggi.
Untuk sementara, akses wisata ke Pantai Batu Hiu ditutup. "Demi keselamatan pengunjung. Kami juga selalu mengingatkan wisatawan terhadap gelombang tinggi di musim kemarau ini,” ujarnya.
Gelombang tinggi juga merusak sejumlah bangunan di Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut. Hingga Rabu malam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut masih mendata dampak kerusakan akibat gelombang setinggi lima meter itu.
Di sejumlah wilayah di Bengkulu, ketinggian gelombang mencapai empat meter yang membuat nelayan tak berani melaut dalam sepuluh hari terakhir. Ini kondisi terburuk dalam sepuluh tahun terakhir.
Di Pantai Panjang Bengkulu, gelombang tinggi mengempas pesisir. Ratusan kelapa yang dijual pedagang di pesisir bertebaran di jalan. Di Pantai Malabero, tiga perahu nelayan rusak terempas gelombang.
Menurut Pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bengkulu Romi Paslah, kondisi ini rutin setiap tahun, tetapi tahun ini paling parah. “Tahun-tahun sebelumnya, dua hari gelombang akan mereda. Tahun ini sudah sepuluh hari tetap terjadi,” ujarnya.
Shelter roboh
Di Pantai Selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, gelombang tinggi merusak sejumlah bangunan, di antaranya empat pos pemantauan pengunjung milik Satlinmas. Pos dari kayu itu patah, tersisa puingnya saja.
Ali Sutanto Koordinator SAR Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) Wilayah III Parangtritis-Depok mengungkapkan, ombak tinggi memasuki area permukiman dan warung-warung di Pantai Parangtritis pukul 19.30. Puncaknya Rabu pukul 04.00".
"Warung saya hilang terbawa ombak," kata Jumilah (58). Makanan, minuman, dan peralatan memasaknya ikut terseret ombak. "Saya bawa sepuluh minuman sachet saja," kata dia.
Di Gunung Kidul, setidaknya satu pos pemantauan roboh, sekitar 200 gazebo rusak berat dan hilang, lebih dari 20 warung makan rusak, tiga kapal nelayan rusak, serta rumah warga rusak. Itu mencakup 14 pantai.
Rabu pukul 04.00, ratusan warga di pesisir Kota Mataram dan Nusa Tenggara Barat juga dilanda banjir rob. Rumah nelayan terendam dengan ketinggian bervariasi.
Menurut Kepala Dusun Taman Induk, Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, Lalu Imran, sedikitnya 115 keluarga terdampak banjir rob, beberapa di antaranya rusak berat.
Sebelum pukul 04.00, air sudah naik. Namun, warga baru sadar setelah air mencapai pinggang. Warga mengungsi ke gedung SDN 4 Taman Ayu.
Ombak hingga enam meter diprediksi terjadi Rabu dan Kamis di hampir sepanjang pantai selatan Jabar,
Sementara itu, gelombang laut setinggi enam meter disertai angin kencang juga melanda seluruh kawasan pantai selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Air laut pasang juga menutupi kawasan pesisir sejauh 20 meter dari bibir pantai.
Akibatnya, seluruh kawasan wisata pantai lumpuh, nelayan tak melaut, dan puluhan bangunan nonpermanen rusak. Obyek wisata terdampak, antara lain Pantai Klayar, Watukarung, Pringkuku, Soge dan Teleng Ria.
Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Windarto mengatakan, gelombang laut tinggi terjadi Selasa dan puncaknya Rabu. Gelombang laut disertai angin kencang dengan kecepatan hingga 35 kilometer per jam.
“Puluhan bangunan tidak permanen seperti tempat para pedagang kaki lima berjualan ditepi pantai rusak. Bahkan, hancur dihantam ombak. Namun, tidak ada korban jiwa,” ujar Windarto.
Mitigasi bencana
Atas sejumlah peristiwa yang merusak fasilitas publik, rumah, perahu nelayan, yang juga mengancam keselamatan jiwa itu, sejumlah pihak mengingatkan perlunya pencegahan (mitigasi) bencana akibat gelombang tinggi.
“Kami rutin mengunjungi masyarakat dan mengimbau agar tak mendirikan warung di tepi pantai. Masyarakat harus mewaspadai cuaca buruk,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi. Di Kabupaten Lebak, Banten, gelombang merusak 27 rumah dan 207 warung di Desa Bayah Barat dan Sawarna di Kecamatan Bayah.
Jika bangunan-bangunan itu dibangun di luar radius bahaya, maka tidak akan terdampak gelombang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata agar mengurangi risiko.
Gelombang tinggi di laut selatan Jabar, kata prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung Muhamad Iid, diprediksi hingga akhir Juli. “Ombak hingga enam meter diprediksi terjadi Rabu dan Kamis di hampir sepanjang pantai selatan Jabar,” ujar Iid.
Salah satu penyebab gelombang tinggi di laut selatan Jawa adalah keberadaan siklon tropis Maria di utara Filipina. (SEM/BAY/RAM//RUL/NIK/VIO/WER)