XIAMEN, RABU -- Yang Xiaodao, seorang pegawai sipil berusia 26 tahun di kota Xiamen, Provinsi Fujian, China bagian tenggara, mengaku bahwa keputusannya mengambil pinjaman selama 30 tahun untuk mendapatkan apartemen dua kamar dengan suaminya adalah keputusan paling disesali dalam hidupnya.
Meskipun orang tua mereka menutupi 1,5 juta yuan (226.778 dollar AS) dalam uang muka senilai 2,9 juta yuan untuk apartemen itu, ternyata pembayaran angsuran pinjaman tersebut menghabiskan lebih dari 70 persen dari pendapatan gabungan pasangan itu. Pendapatan gabungan keduanya sekitar 10.000 yuan per bulan. Ini angka rata-rata pendapatan warga di kota itu.
"Kemampuan belanja kami anjlok," kata Yang. "Kami tidak berani punya anak. Kami tidak berani membeli mobil. Kami tidak berani bepergian."
Di seluruh China, harga rumah merupakan termasuk yang paling tinggi di dunia dari sisi perbandingan dengan pendapatan warga. Hal ini mendorong jutaan rumah tangga ke tingkat utang yang serupa dengan yang pernah terlihat di Amerika Serikat sebelum krisis perumahan. Demikian menurut studi baru oleh Institute for Advanced Research di Universitas Keuangan dan Ekonomi Shanghai.
Para ekonom pun membunyikan alarm bahwa utang tersebut telah mulai mengurangi konsumsi serta merongrong rencana Beijing untuk bersandar pada permintaan domestik guna mendorong pertumbuhan di tengah perang dagang yang panas dengan Amerika Serikat.
Wang Jun, kepala ekonom di Zhongyuan Bank di Beijing, mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan pendapatan dan tingkat pinjaman rumah tangga yang tinggi akan membatasi seberapa banyak konsumen dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
"Tekanan dari pinjaman perumahan berdampak pada jumlah pendapatan sekali pakai yang tersedia untuk dibelanjakan di tempat lain," kata Wang.
Xiamen, kota pantai yang makmur di Provinsi Fujian, cukup menonjol. Empat juta penduduknya adalah yang paling banyak berutang dari kota besar di China, menurut analisis data litbang kantor berita Reuters. Dikenal dengan cuaca hangat, makanan laut, dan gaya hidup yang santai, Xiamen adalah pasar real estat termahal keempat di negara ini, padahal pendapatan warga di kota itu jauh lebih rendah daripada di kota-kota dengan harga rumah yang sebanding.
"Lonjakan spekulan properti dari kota-kota lain di provinsi (Fujian) yang tertarik dengan gaya hidup Xiamen mendorong harga properti ke rekor tertinggi, menyebabkan terjadinya sebuah kondisi pembelian yang membabi-buta di kalangan penduduk setempat," kata Wang Yanwu, asisten profesor di Sekolah Ekonomi Universitas Xiamen.
Perubahan cepat
Lihat kondisi Xiamen sekarang. Kota itu penuh sesak dengan gedung-gedung tinggi yang baru dibangun, dan pemerintah setempat mempromosikan pembangunan di distrik-distrik sekitarnya di pulau utama. Harga rumah baru di kota meningkat 53 persen dari tahun 2015 hingga Juni, atau sekitar 19 persen per tahun, peningkatan harga paling banyak di antara 70 kota yang dilacak oleh Biro Statistik Nasional China.
Pertumbuhan pendapatan di Xiamen rata-rata 8,4 persen pada periode yang sama. Secara nasional, harga rumah baru telah meningkat 20,7 persen sejak 2015, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data resmi.
Namun, yang mengkhawatirkan bagi pemilik rumah seperti Yang, penjualan rumah di Xiamen merosot setelah aturan baru yang membatasi pembelian rumah, dan harga rumah yang ada turun 4,8 persen pada tahun ini hingga Juni, dibandingkan dengan peningkatan rata-rata 3,9 persen untuk 70 kota besar pada periode yang sama.
Kesenjangan keterjangkauan secara luas terjadi di Xiamen: biaya rumah 90 meter persegi rata-rata 3 juta yuan, atau 450.000 dollar AS (sekitar Rp 6,5 miliar), sementara pendapatan per kapita di kota adalah sekitar 7.500 dollar AS per tahun. Bahkan, jika pembeli dapat membayar pembayaran kredit perumahan, setidaknya pembayaran 30 persen dari harga rumah sering diperlukan di muka. Dengan harga rata-rata, pembayaran sebesar itu setara dengan pendapatan sekali pakai untuk 60 tahun.
Seorang ayah dari dua anak berusia 28 tahun (sebut saja Huang) mengatakan, orang tuanya dan mertuanya memberikan uang muka 2 juta yuan tahun lalu. Tetapi, tambahnya, angsuran 8.000 yuan setiap bulan hanya mampu menyisakan sedikit untuk dibelanjakan untuk hal lain. "
Saya merasa frustrasi, lelah, sekaligus kesal," kata Huang.
Rasio utang rumah tangga di Xiamen mencapai 98 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada akhir 2017, jauh lebih tinggi dari tingkat nasional 55 persen, dan lebih tinggi dari rasio utang rumah tangga AS sebesar 79 persen dari PDB, menurut Bank of International Settlements. Dan rasio utang rumah tangga terhadap tabungan rumah tangga di Xiamen adalah 182 persen. Mengejutkan.
"Saya benar-benar khawatir tentang pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini,” kata Wang dari Zhongyuan Bank. "Ada proyeksi kuat konsumsi akan terus melemah." (REUTERS)