Kebakaran Lahan di Ogan Ilir Diduga karena Ulah Manusia
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ogan Ilir menduga kebakaran lahan yang terjadi di Desa Arisan Jaya, Kecamatan Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (25/7/2018), karena ulah manusia. Hal itu terlihat dari tidak adanya tanda-tanda api yang muncul dari pantauan lapangan saat petugas berjaga.
Kebakaran terjadi di kompleks lahan seluas 6 hektar di Desa Arisan Jaya, Kecamatan Pemulutan Barat, Ogan Ilir, Rabu kemarin. Seluas 1,5 hektar lahan yang ditanami sawit dan ilalang hangus dalam kebakaran itu.
Kepala BPBD Kabupaten Ogan Ilir Jamhuri di Palembang, Kamis (26/7/2018), mengatakan, kebakaran yang terjadi di Desa Arisan Jaya diduga karena ulah manusia yang ingin membuka lahan perkebunan dengan cara membakar lahan. Sampai saat ini, petugas masih menyelidiki secara lengkap penyebab kebakaran itu.
Menurut Jamhuri, patroli untuk mengantisipasi munculnya api yang dapat menyebabkan kebakaran lahan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari petugas desa, BPBD Ogan Ilir, TNI, dan Polri. Patroli diadakan setiap hari sejak pagi hingga sore.
”Dari petugas desa, TNI, dan Polri saat patroli rutin, tidak ditemukan adanya api yang dapat menyebabkan kebakaran. Munculnya api justru diketahui oleh petugas desa seusai pulang dari patroli sekitar pukul 16.30,” ujar Jamhuri.
Jamhuri menuturkan, tim pemadam langsung terjun ke lokasi kebakaran lahan setelah menerima informasi itu. Namun, tim pemadam baru tiba di lokasi kebakaran pukul 17.00 akibat kesulitan mencari titik lokasi munculnya api karena berada di seberang jalan tol yang baru dibangun dan harus melalui rawa.
”Kami kesulitan mencari aksesnya untuk masuk ke lokasi. Kebakaran baru bisa dipadamkan pukul 19.00 karena saat itu anginnya cukup kencang,” kata Jamhuri.
Sepanjang 2018, BPBD Ogan Ilir telah menangani 22 kasus kebakaran hutan dan lahan yang tersebar di sejumlah kecamatan dan desa. Dari penyelidikan yang telah dilakukan, Jamhuri menyatakan, 90 persen kebakaran lahan di Ogan Ilir terjadi karena ulah manusia dan 50 persen lainnya karena faktor kesengajaan.
Kegiatan pengendalian
Kepala BPBD Sumatera Selatan Iriansyah mengakui kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan mayoritas terjadi karena faktor ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan akibat ulah manusia ini, BNPB melakukan lima kegiatan pengendalian dan pemadaman.
Kegiatan pertama ialah menyosialisasikan pemadaman dini dan berpatroli di 50 posko dengan wilayah kerja meliputi 180 desa rawan kebakaran hutan dan lahan. Kedua membentuk tim intai untuk mengawasi secara ketat aktivitas masyarakat di wilayah rawan. Ketiga mendirikan posko pemadaman dini di setiap perusahaan perkebunan dan hutan tanaman industri.
Adapun kegiatan keempat adalah berpatroli dan pemadaman melalui udara dengan lima helikopter. Kegiatan kelima ialah melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca yang akan membuat hujan buatan dengan menggunakan pesawat Cassa atau Hercules.
”Operasi pencegahan dan kesiapsiagaan merupakan operasi yang paling efektif dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” ungkap Iriansyah.
Deputi I Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) B Wisnu Widjaja menuturkan, pembasahan lahan khususnya di lahan gambut akan menjadi fokus untuk mengantisipasi kebakaran. Hal itu karena kebakaran yang terjadi di lahan gambut sangat sulit dipadamkan pada musim kemarau seperti sekarang.
Sisa gambut yang ada di bawah permukaan juga akan menjadi semacam bahan bakar sehingga api dapat menyala kembali meski tampak sudah dipadamkan.
Berdasarkan data BNPB, 50 hektar lahan gambut yang tersebar di 399 desa di Sumatera Selatan berpotensi terbakar di musim kemarau. Kebakaran lahan itu akan menimbulkan bencana asap yang dapat mengganggu jalannya Asian Games 2018.
”Banyak kebakaran hutan dan lahan yang dapat teratasi dengan hujan dan pembasahan. BNPB juga punya peran untuk mendukung pencegahan kahutlan (pembakaran hutan dan lahan) dengan mengumpulkan dan menganalisis melalui data GIS (Geographic Information System). Dengan ini, kami bisa mengidentifikasi api yang muncul,” tutur Wisnu.