JAKARTA, KOMPAS—Setelah melalui penataan kembali dalam setahun terakhir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka Lapangan Banteng dengan rancangan baru untuk publik. Revitalisasi tersebut juga bertujuan untuk memberi ruang interaksi di antara masyarakat.
“Harapannya, tempat ini bukan sekadar tempat yang memesona karena rancangannya baik. Yang lebih penting lagi adalah rancangannya memungkinkan warga berinteraksi bersama di arena ini,” ucap Gubernur DKI Anies Baswedan sebelum meresmikan tuntasnya revitalisasi Lapangan Banteng di lokasi, Rabu (25/7/2018).
Lapangan Banteng merupakan salah satu lapangan paling bersejarah karena sudah ada sejak era penjajahan Kongsi Dagang Hindia Timur Belanda (VOC). Anies menuturkan, Lapangan Banteng dengan demikian merupakan ikon Jakarta maupun Indonesia.
Arsitek Yori Antar mengawal revitalisasi ruang terbuka hijau serta Monumen Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng. Ia berharap makin banyak ruang terbuka hijau sekaligus ruang publik semacam Lapangan Banteng hasil revitalisasi.
Ruang terbuka hijau dan ruang publik Lapangan Banteng berawal dari pembangunan Monumen Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng yang digagas oleh Presiden Pertama RI Soekarno. Lapangan Banteng dulunya pernah dijadikan lapangan parade militer semasa pemerintahan Hindia Belanda di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal HW Daendels.
Sketsa patung monumen waktu itu digambar oleh Henk Ngantung (Gubernur DKI 1964-1965), kemudian patung dipahat oleh Edhi Sunarso. Jadilah patung manusia dengan kedua tangan terangkat serta rantai yang terputus pada tangan dan kaki sebagai simbol kebebasan. Pembangunan monumen yang rampung pada 1963 itu diarsiteki Friedrich Silaban dan dilaksanakan oleh PT Hutama Karya.
Adapun revitalisasi mulai berjalan tanggal 17 Maret 2017, dengan pencanangan oleh Pelaksana Tugas Gubernur DKI Sumarsono. Total anggaran revitalisasi sekitar Rp 77 miliar, bersumber dari dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) serta pemenuhan kewajiban kompensasi pelampauan koefisien lantai bangunan (KLB).
Kepala Dinas Kehutanan, Pertamanan, dan Pemakaman DKI Djafar Muchlisin menjelaskan, kompensasi pelampauan KLB oleh PT Sinar Mas Teladan digunakan untuk penataan kembali Lapangan Banteng zona Pembebasan Irian Barat dan taman sisi selatan. Kompensasi pelampauan KLB oleh Rahadi Santoso dan Irma SW dipakai untuk pembangunan lapangan olahraga. Adapun dana CSR dari PT Rekso Nasional Food untuk perbaikan fasilitas lapangan olahraga serta penyediaan arena bermain anak-anak.
Kini, di lapangan tersebut, terdapat bangunan amfiteater untuk menonton pertunjukan, termasuk paduan suara, orkestra, dan penampilan tari dalam peresmian tuntasnya revitalisasi Rabu malam. Selain itu, ada toilet dan ruang mandi yang nyaman, fasilitas air minum gratis, dan arena bermain anak-anak yang dilengkapi antara lain ayunan dan perosotan.
Warga yang tinggal dekat Lapangan Banteng, Nas (48), mengapresiasi perubahan positif pada Lapangan Banteng, khususnya dengan adanya area permainan anak-anak. “Kalau di mal, permainan seperti ini harus bayar Rp 50.000. Di sini gratis,” ucap perempuan yang tinggal di Jalan Dr Wahidin II, Kelurahan Pasar Baru tersebut.
Nas juga meminta Pemerintah Provinsi DKI membuat area Lapangan Banteng dan sekitarnya lebih aman dari ancaman keamanan, terutama penjambretan. Sebelumnya, area ini rawan kejahatan karena minim pencahayaan. Ia berharap, dengan makin ramainya kunjungan ke Lapangan Banteng dan penambahan lampu di sejumlah titik, kerawanan menurun.
Djafar menambahkan, Lapangan Banteng tidak dioperasionalkan 24 jam untuk menjaga keamanan, mengingat tempat ini begitu terbuka. Pada hari kerja, lapangan dibuka pukul 07.00-22.00, sedangkan di hari Sabtu dan Minggu bisa sampai pukul 23.00 atau 24.00. Pertunjukan air mancur disajikan malam hari pada Sabtu dan Minggu. Dinas Kehutanan, Pertamanan, dan Pemakaman DKI bertanggung jawab untuk pemeliharaan dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.