YANGON, RABU – Sebanyak 27 orang diduga terkubur akibat longsor saat mereka sedang bekerja di pertambangan batu giok di Myanmar. Petugas penolong menggunakan eskavator untuk menggali longsoran tanah.
Sampai Rabu (25/7/2018) atau dua hari setelah kejadian, belum ada orang yang bisa dikeluarkan dari dalam tanah. “Kami belum menemukan satu jenasah pun. Kami akan mencari lagi bersama Palang Merah dan pemadam kebakaran,” Aung Zin Kyaw, polisi di Desa Ma Mone, Negara Bagian Kachin.
Hujan deras yang mengguyur di tempat kejadian menyebabkan longsor. Polisi mengatakan, sebelum kejadian, warga dua kali diingatkan agar tidak melakukan penambangan. “Sebelum musim hujan, orang mencari giok dengan cara menggali tanah. Kini musim hujan, maka tanah tidak stabil dan sangat berlumpur,” ujar penduduk setempat. Diperkirakan sedikitnya ada 27 orang yang tertimbun lumpur.
Tempat kecelakaan merupakan penambangan batu giok skala kecil. Penduduk setempat yang merupakan salah satu etnis terkecil di Myanmar, hidup di perbukitan, kebanyakan dari mereka bekerja informal di sektor tambang.
Kecelakaan saat mencari giok kerap terjadi di Myanmar. Dalam tahun 2018 saja, sudah puluhan orang menjadi korban. Kecelakaan terbesar di Negara Bagian Kachin terjadi pada November 2015. Saat itu, 100 orang tewas tertimbun.
Kendati demikian membahayakan, regulasi sektor ini sangat minim, demikian pula pengawasan. Penambangan batu giok cukup menggiurkan karena permintaan yang besar, khususnya dari China.
Penambangan batu giok cukup menggiurkan karena permintaan yang besar, khususnya dari China.
Lembaga Global Witness memperkirakan, industri batu giok di Myanmar bernilai 31 miliar dollar AS (Rp 447,8 triliun) pada tahun 2014. Meski nilainya cukup besar, hasil produksi tidak masuk ke negara. Pemberontak etnik Katchin dan militer sama-sama memanfaatkan tambang untuk membiayai pertempuran di antara mereka yang sudah berlangsung 17 tahun.
Tokoh Aung San Suu Kyi saat berkampanye untuk pemilu tahun 2016 berjanji akan memberi prioritas penyelesaian konflik ini. Namun, sampai kini proses berdamaian belum membuahkan hasil signifikan. Sekitar 100.000 warga terpaksa melarikan diri akibat konflik berkepanjangan. Saat ini, hanya ada sekitar 70.000 warga etnis Kachin yang bertahan. (AFP/REUTER)