Dunia telah memasuki era mobil listrik dan hibrida. Mitsubishi, pabrikan otomotif asal Jepang, menjadi salah satu perusahaan yang cukup progresif menelurkan produk mobil hibrida ke pasar dunia. Bahkan, penjualan Mitsubishi Outlander PHEV mencatat rekor tertinggi di Eropa untuk segmen SUV berteknologi plug-in hybrid alias PHEV.
Outlander PHEV merajai pasar Eropa dalam tiga tahun berturut-turut sejak 2015 hingga 2017. Merujuk data Mitsubishi Motors Corporation, mobil ini laku terjual sebanyak 29.551 unit pada 2015, kemudian 19.825 unit pada 2016, dan 20.459 unit di tahun 2017. Lima negara yang menjadi pasar terbesar Outlander PHEV di Eropa adalah Inggris, Norwegia, Swedia, Jerman, dan Spanyol.
Secara global, penjualan Outlander PHEV sejak awal 2013 hingga akhir 2017 mencapai 153.629 unit. Adapun hingga Maret 2018, mobil ini sudah laku terjual hingga lebih dari 180.000 unit di seluruh dunia. Artinya, terdapat lebih dari 27.000 unit yang terjual secara keseluruhan di dunia hanya dalam waktu tiga bulan.
“Awalnya, penjualan mobil ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang memberikan insentif pajak terhadap mobil PHEV yang ramah lingkungan,” ujar Daniel George Nacass, General Manager Public Relations Mitsubishi Motors Europe, di Vaucluse, Perancis, akhir Juni silam.
Meskipun insentif pajak juga dinikmati mobil PHEV dari pabrikan otomotif lain, Nacass menyebutkan, Outlander PHEV memiliki keunggulan dalam hal efisiensi bahan bakar. “Para pengguna mobil ini di Eropa rata-rata dapat memakai mobil ini dengan mode EV (hanya menggunakan motor listrik) selama tiga bulan penuh karena jarak berkendara mereka sesuai dengan kapasitas baterai mobil ini,” ucap Nacass.
Nacass menambahkan, Mitsubishi membuat model PHEV pada Outlander karena penempatan baterai di bawah mobil membutuhkan ruang yang cukup besar yang tersedia pada Outlander.
Tergantung kebijakan
Vice Executive Officers ASEAN Division Mitsubishi Motors Corporation, Toshinaga Kato, mengungkapkan, kebijakan pemerintah yang berpihak terhadap mobil ramah lingkungan sangat berpengaruh terhadap penjualan mobil listrik murni maupun hibrida seperti Outlander PHEV.
Merujuk pada data yang dilansir Bloomberg New Energy Finance, Kato menyebutkan, penjualan mobil bertenaga listrik, baik jenis battery electric vehicle (BEV) maupun plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), akan mencapai 60 juta unit atau 55 persen dari seluruh penjualan mobil di dunia pada 2040.
Saat ini, penjualan mobil listrik terbanyak berada di China, Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara di kawasan Eropa. Pada rentang waktu 2010-2017, terdapat 1,2 juta mobil listrik yang terjual di China, 760.000 unit di AS, 220.000 unit di Jepang, dan 820.000 unit untuk sejumlah negara di kawasan Eropa.
Kato menambahkan, sejumlah negara mulai berkomitmen terhadap penggunaan energi ramah lingkungan dengan membuat rencana kebijakan yang melarang produksi dan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini untuk mereduksi polusi udara akibat emisi kendaraan.
Sebagai gambaran, Norwegia berencana melarang penjualan mobil berbahan bakar fosil pada 2025. Swedia juga merencanakan kebijakan serupa pada 2030.
Mendukung peralihan
Namun, mobil hibrida maupun mobil listrik belum dapat dipasarkan dan diproduksi secara massal di Indonesia karena belum adanya regulasi yang mengatur pengujian kendaraan bermotor berbasis energi listrik dan ketiadaan infrastruktur penunjang operasional mobil listrik.
Untuk mendukung peralihan ke kendaraan ramah lingkungan, itu, Mitsubishi menghibahkan delapan mobil listrik Outlander PHEV kepada delapan instansi setara kementerian pada Februari 2018, yakni Kementerian Perindustrian; Kementerian Perhubungan; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Keuangan; Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Sekretariat Negara; Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta Polri.
“Mobil Outlander PHEV itu dapat digunakan pemerintah untuk mengkaji penggunaan mobil listrik di Indonesia ke depan,” kata Bambang Kristiawan, Head of Public Relations & CSR Department Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI).
Kato menilai, pemerintah Indonesia dapat mengikuti jejak negara-negara lain yang lebih dulu menerapkan kebijakan yang berpihak pada kendaraan ramah lingkungan. Mobil rendah emisi ini dapat menjadi jawaban untuk mereduksi polusi yang ditimbulkan kendaraan berbahan bakar fosil. (ILO)