JAKARTA, KOMPAS — Progres pembangunan konstruksi Mass Rapid Transit atau MRT fase I telah mencapai 95,33 persen. PT MRT Jakarta menargetkan, MRT Fase I dapat beroperasi.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, perkembangan pembangunan MRT Tahap I, yaitu dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sesuai dengan rencana. “Kami menargetkan akhir Maret 2019 mulai beroperasi,” kata William dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Ia menjelaskan, secara keseluruhan kemajuan konstruksi telah mencapai 95.33 persen. Angka tersebut terdiri dari 93,41 persen untuk bagian depo dan di atas tanah, serta 97,26 persen untuk bagian bawah tanah.
Pada 23 Juli lalu, PT MRT Jakarta telah mulai mencoba sistem persinyalan di jalur utama tanpa kereta. Uji coba juga dilakukan pada sistem buka tutup pintu kaca stasiun. Selain konstruksi, mereka sedang mempersiapkan sumber daya manusia dan operasional.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim mengatakan, MRT dioperasikan secara otomatis, sehingga perlu pengecekan secara detail. “Segala sistem dioperasikan secara terpusat,” kata Silvia.
Sistem elektrikal yang ada terkoneksi pada seluruh stasiun. Apabila kekurangan suplai listrik akan menyulitkan pengoperasian. Setelah seluruh sistem dapat dioperasikan dengan baik, maka persiapan selanjutnya, yaitu penyediaan sumber daya manusia (SDM).
Direktur Operasi dan Pemeliharaan Agung Wicaksono mengatakan, untuk menjalankan MRT dengan baik dibutuhkan 640 tenaga kerja. “Kami telah memiliki 400 tenaga kerja, sehingga masih butuh 240 tenaga kerja lagi,” kata Agung.
Mereka membutuhkan tenaga kerja dengan berbagai latar belakang. “Sebagai contoh, bagian kepala stasiun dibutuhkan seseorang yang pernah bekerja di hotel, supermarket, dan retail dengan tujuan agar dapat setia melayani pelanggan dengan ramah,” kata Agung.
PT MRT Jakarta juga mengkombinasikan antar tenaga kerja berpengalaman dengan tenaga kerja muda. Tujuannya agar ada regenerasi. Namun, Pada posisi tertentu, PT MRT Jakarta mempercayakan pada tenaga kerja yang berpengalaman, misalnya bagian kontrol.
Bagian kontrol harus memiliki pengalaman pada bidang kereta api dan telah memperoleh pelatihan. PT MRT Jakarta telah melatih angkatan pertama di Malaysia. Mereka mendapatkan bekal teori dan praktik.
Bisnis
Sebagai bagian bisnis, PT MRT Jakarta mengusulkan tarif sebesar Rp 8.500 per 10 kilometer. Angka tersebut diperoleh berdasarkan survei daring terhadap 10.073 responden yang disebar dengan radius 10 mil di wilayah Jakarta.
William mengatakan, jumlah tersebut masih akan didiskusikan dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta. Angka tersebut diperoleh setelah mendapatkan subsidi dari pemerintah. “Dengan biaya yang murah dan pelayanan yang baik, diharapkan masyarakat mau pindah ke MRT,” ujarnya.
Dari survei yang telah dilakukan, 65,5 persen responden bersedia menggunakan MRT. Mereka memperkirakan akan ada 130.000 penumpang setiap hari dengan jarak rata-rata 10 kilometer per perjalanan.
Agung menambahkan, selain dari penjualan tiket, PT MRT Jakarta membuka area retail. Area tersebut akan disewakan, khususnya untuk usaha kecil menengah (UKM). “Kami memiliki syarat, penyewa harus memiliki keunikan dan sesuai standar yang ditentukan, seperti kebersihan,” ujarnya.
PT MRT Jakarta juga membuka pelelangan nama stasiun bagi pihak swasta yang ingin menjadi sponsor. “Proses lelang tersebut akan dilakukan secara elektronik dan dimulai pada Agustus,” kata Agung.
Pedestrian
PT MRT Jakarta juga menata pedestrian di sepanjang jalan Sudirman dan MH Thamrin. Pedestrian tersebut terpusat di Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Pedestrian tersebut dibangun dengan lebar bervariasi. Di Bundaran Hotel Indonesia, pedestrian dibangun dengan lebar 5 meter dan panjang 400 meter. Pedestrian tersebut dibangun dengan memprioritaskan penyandang disabilitas.
Mereka memasang lampu penerangan dan besi penghalang agar motor tidak naik ke pedestrian. Wilayah ini juga akan dijaga oleh petugas agar tidak digunakan pedagang kaki lima (PKL) berjualan.
Jembatan penyeberangan orang (JPO) di Bundaran Hotel Indonesia akan dibongkar dan diganti dengan Pelican Crossing (PC) yang berfungsi sebagai tempat penyeberangan. PC diletakkan pada jarak 100 meter dari Bundaran Hotel Indonesia dan akan tersedia sebelum 30 Juli 2018.