JAKARTA, KOMPAS — Kollington Saragih (23) dan anaknya, Angel (2), tewas di tengah kobaran api di kompleks semipermanen Cakung, Jakarta Timur. Keduanya ditemukan dalam kondisi berpelukan di antara puing-puing tempat tinggalnya yang terbakar, Kamis (26/7/2018) dini hari. Sebanyak 19 bedeng yang dihuni 76 orang luluh lantak di kawasan itu.
Kollington tidak sempat menyelamatkan diri ketika api membakar rumah mereka. Mufid Rahman (51), Ketua RT 009 RW 03 Kelurahan Cakung Timur, mengatakan, Kollington dan Angel merupakan penduduk baru di wilayahnya.
”Keluarga Kollington mulai mengontrak di salah satu bedeng beberapa hari lalu. Mereka belum sempat melaporkan kedatangan secara resmi,” kata Mufid, kemarin.
Mufid mengatakan, selain digunakan sebagai tempat tinggal, areal kebakaran yang luasnya mencapai 3.000 meter persegi itu merupakan gudang panel kayu. Sebagian besar penghuni pun berprofesi sebagai penjual panel kayu. Tumpukan panel kayu yang berada di sana tingginya setara dengan rumah. Keberadaan panel-panel kayu tersebut diduga membuat api semakin cepat berkobar dan semakin lama bertahan.
Kebakaran di kawasan itu mengagetkan warga setempat, salah satunya Kosim (51), yang juga korban kebakaran. Kamis dini hari, tiba-tiba aliran listrik padam. Tidak lama kemudian, ketika dia keluar rumah api sudah berkobar. Dalam suasana panik, ia membantu membangunkan warga dengan menggedor rumah-rumah tetangga. Beruntung Kosim berhasil mengungsikan istri dan anak-anaknya ke tempat aman.
Arus listrik pendek
Pemadaman api di kawasan itu mulai pukul 04.15, sedangkan api dipadamkan pukul 05.00. Pemadaman api melibatkan 105 petugas dan 21 mobil pemadam kebakaran. Petugas membutuhkan waktu lama untuk mendinginkan lokasi dan memastikan api tidak menyala kembali. Mereka baru meninggalkan lokasi kebakaran pukul 13.00.
Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Timur Muchtar Zakaria mengatakan, petugas pemadaman terkendala oleh lokasi yang jauh dengan sumber air. ”Kami juga terkendala jarak lokasi dengan sumber air yang cukup jauh, yaitu sekitar 1 kilometer,” katanya.
Muchtar menduga kebakaran itu disebabkan arus listrik pendek. Percikan api dengan mudah menjalar ke mana-mana karena seluruh bedeng dibuat dari bahan mudah terbakar, di antaranya tripleks dan kayu. Kabel listrik yang digunakan warga pun bergantungan tidak teratur di depan rumah mereka. ”Namun, penyebab kebakaran masih diselidiki lebih lanjut oleh kepolisian,” katanya.
Rufah (23), korban kebakaran yang selamat, mengaku titik api awal berada di dekat rumahnya. Rufah juga menduga kebakaran itu dipicu oleh arus listrik pendek yang memanjang ke arah belakang kawasan rumah warga. Kabel yang melintang di sana sudah tidak terawat sehingga sangat mungkin menjadi pemicu kebakaran.
Tim Pusat Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Polri menyampaikan dugaan ke arah sana sedang diselidiki. ”Untuk dugaan arus listrik pendek masih perlu kami dalami,” kata ketua tim penyelidikan, Komisaris Karya. (Aditya Diveranta)