Waktu menunjukkan pukul 02.00, Kamis (26/7/2018). Ramli (34) tersenyum ketika sebuah mobil menepi ke sisi Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat. Setelah penantian panjang, akhirnya ia mendapatkan ”pasien”.
Seseorang turun dari mobil. Bagian depan sisi kanan mobilnya tergores sekitar 15 sentimeter. Setelah tawar-menawar harga jasa cat mobil kepada Ramli, mereka sepakat goresan itu dicat dengan harga Rp 150.000.
Ramli adalah penyedia layanan cat mobil di tepi Jalan Kramat Raya. Ia satu tim dengan dua rekannya, Ujang (33) dan Ajam (31). Saat itu, hanya mereka yang masih menjajakan jasa di jalan itu.
”Kalau siang, banyak (yang menjajakan jasa cat mobil). Kami sampai dini hari begini karena belum dapat uang. Tidak enak pulang tidak bawa uang,” kata Ramli.
Ramli biasa beroperasi pukul 07.00 hingga pukul 18.00 setiap hari. Namun, hari itu ia sudah sepakat dengan dua kawannya bahwa mereka akan beroperasi lagi pukul 22.00.
”Sampai rumah saya tidur. Pukul 22.00 berangkat lagi. Minimal ngecat mobil satu baru bisa pulang tenang,” kata Ramli.
Ramli, Ujang, dan Ajam menyelesaikan pekerjaannya itu lebih kurang satu jam. Mereka menggunakan peralatan sederhana untuk mengecat bagian mobil yang lecet. Mereka hanya membawa cairan tiner, amplas, cat mobil berbagai warna, dan kain lap.
Dari biaya jasa cat mobil Rp 150.000, mereka membayar sewa mesin compressor Rp 15.000 sekali pakai. Sisanya mereka bagi tiga sebagai penghasilan mereka hari itu.
Khommaruddin (26), pemilik mobil yang menggunakan jasa mereka, mengaku puas dengan hasil kerja Ramli dan kawan-kawan. Jasa cat mobil dini hari semacam itu bisa menjadi alternatif untuk orang yang berkantong tipis dan terdesak.
”Saya pengemudi ojek mobil daring, pakai mobil kakak. Ketika mau pulang, mobilnya terserempet. Kalau langsung pulang, tidak enak sama kakak. Jadi saya cat dulu di sini. Saya beruntung masih ada jasa cat mobil jam segini,” kata Khommaruddin.
Ia mengatakan, harga yang ditawarkan untuk jasa cat mobil di tepi jalan harganya lebih murah dibandingkan bengkel-bengkel besar. Menurut pengalaman Khommaruddin, kalau di bengkel besar, harganya bisa mencapai Rp 800.000 dengan goresan yang sama.
”Mungkin kualitas cat dan peralatannya berbeda jadi lebih mahal di bengkel besar,” katanya.
Ditertibkan
Pekerjaan cat mobil di tepi jalan yang dilakoni Ramli dan kawan-kawannya ini akan ditertibkan menjelang perhelatan Asian Games pada Agustus mendatang. Ramli mengatakan, pihak kelurahan sudah memberi tahu kegiatan mereka akan dibatasi.
Mereka boleh beroperasi tetapi tidak boleh memasang spanduk di tepi jalan. Hal itu ditakutkan mengganggu pemandangan jalan yang dilewati atlet Asian Games.
Ramli mengatakan, hal itu akan mereka turuti. Namun, ia takut jika mereka dilarang beroperasi di tepi jalan suatu saat nanti. Ia tidak tahu harus menjajakan jasanya di mana jika terjadi pelarangan.
”Modal kami pas-pasan. Kami tidak mampu sewa tempat. Usaha ini satu-satunya sumber penghasilan kami,” kata Ramli.
Waktu menunjukkan pukul 04.30. Angkutan umum sudah mulai lalu lalang di Jalan Kramat Raya. Namun, tidak ada kendaraan yang menepi lagi untuk mereka cat.
Mereka berkemas hendak pulang. Sebelum pulang, Ramli menyampaikan harapannya kepada Kompas.
”Saya tidak punya bayangan usaha ini akan jadi besar. Saya hanya berharap saya sehat dan bisa mencari uang lebih lama,” kata Ramli.
Harapan itu ia sampaikan karena Ramli harus menafkahi istri dan seorang anaknya yang duduk di kelas VI SD. Ujang memiliki satu anak. Ajam memiliki dua anak. Mereka berharap bisa melihat anak-anaknya tumbuh dewasa dan bahagia dari hasil jerih payah mereka bekerja. (SUCIPTO)