MATARAM, KOMPAS — Sekitar 400 ulama dari 21 negara mengikuti Konferensi Ulama Internasional, Jumat (27/7/2018) di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center, Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Fokus pembahasan dalam konferensi ini adalah implementasi moderasi Islam. Pemikiran-pemikiran moderat dalam Islam yang justru ikut membangun peradaban besar dunia.
”Konferensi pertama tahun lalu yang dibahas adalah moderasi Islam secara umum. Saat ini fokus pada implementasinya seperti bagaimana para ulama pendahulu melakukan moderasi Islam dari aspek teologis, fikih, dan konteks fikih sosial, kemudian konsep Ahlussunah Waljamaah membangun relasi saling mengisi dengan seluruh umat manusia dan makhluk ciptaan-Nya,” kata Gubernur NTB Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) dalam sambutan pada acara pembukaan konferensi.
Hadir dalam konferensi yang berlangsung pada 27-29 Juni itu antara lain ulama dari Indonesia, Mesir, Libya, Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, Sudan, Maroko, Tunisia, Aljazair, Nigeria, India, Pakistan, Rusia, Ukraina, Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Selain itu, konferensi juga dihadiri anggota Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA).
TGB mengatakan, pemikiran moderasi Islam Ahlussunnah Waljamaah dan wasatiyyah (moderat, toleran, ramah, dan damai) merupakan pemikiran Islam yang menjadi arus utamadalam membangun peradaban Islam sepanjang sejarah. Di masa kejayaan Islam, konsep ini menghadirkan contoh terbaik dan bermanfaat bagi umat Islam, setiap manusia dan mahluk ciptaan Allah.
Di Indonesia, praktik moderasi Islam Ahlussunnah Waljamaah dilakukan para ulama pendahulu yang juga membawa kebaikan bagi umat Islam di Indonesia sekaligus menjadi perekat antarumat umat beragama. ”Buah dari dakwah Ahlussunah Waljamaah di antaranya pada 17 Agustus 1945 lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata TGB.
Peradaban yang sudah kokoh yang dibentuk dengan konsep moderasi Islam di Indonesia dan dikagumi bangsa lain di dunia menjadi perekat dalam membangun kebersamaan dan silaturahim dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. ”Dengan moderasi Islam yang baik, kita akan tetap utuh sebagai bangsa Indonesia,” ungkap TGB.
Secara terpisah Imam Besar Masjid Sheikh Abdul Qodir Jaelani Baghdad Irak Anas Mahmud Kholaf mengaku kagum melihat Islam di Indonesia dengan penduduk Islamnya terbesar di dunia, tetapi moderasi Islam tetap tegak dan dan bisa menjadi model moderasi Islam di berbagai belahan dunia. Menurut Anas, moderasi Islam ala Indonesia ini bisa jadi model bagi negara Timur Tengah yang sering kali dirundung konflik sektarian.
Bagi Anas, ada komitmen dan konsisten moderasi Islam di Indonesia hingga dirinya menemukan rasa aman dan damai di sini. ”Moderasi Islam harus terus ditegakkan, dan kita bersyukur Indonesia berada pada garda terdepan,” ucapnya.
Hal senada dikatakan dosen Ushul Fiqh dan Alumni Al-Azhar Al-Syarif asal Suriah, Muhammad Darwis. Menurut dia, Islam yang diterapkan di Indonesia adalah Islam yang wasatiyyah dan menghargai perbedaan. Namun, dalam perkembangan terakhir ini, justru terganggu oleh masuknya pemikiran ekstrem. Untuk itu dia mengatakan, perlu terus didorong agar moderasi Islam menjadi arus utama pengajaran Islam di negeri ini.