JAKARTA, KOMPAS - Semua pemangku kepentingan pariwisata Indonesia mesti bekerja keras dan mencari terobosan signifikan untuk mendongkrak kunjungan wisata. Pasalnya, jika kondisi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) masih seperti saat ini, bisa dipastikan target 17 juta wisman sepanjang tahun 2018 tidak akan tercapai.
"Harus cari cara yang luar biasa agar semakin banyak wisman mau berlibur ke Indonesia," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pariwisata II-2018 yang mengangkat tema ‘Raih Target 2018: 17 Juta Wisatawan Mancanegara’, di Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Arief menyebutkan, dengan rata-rata jumlah kunjungan 1,25 juta wisman per bulan, akhir tahun ini akan diperoleh 15 juta wisman sehingga perlu tambahan 2 juta wisman untuk mencapai target 17 juta wisman pada 2018.
Arief mengatakan ada tiga cara yang bisa ditempuh untuk memenuhi target tersebut. Yang pertama adalah insentif kepada maskapai dan wholesaler (biro perjalanan), Hot Deals Visit Wonderful Indonesia, dan Competing Destination Model (CDM).
Dari tiga program terobosan Kemenpar itu diproyeksikan akan diperoleh tambahan sekitar 1,95 juta wisman hingga akhir tahun ini. Namun, jumlah itu masih membutuhkan tambahan 50.000 wisman. “Proyeksi tambahan 1,95 juta ini sebagai target realistik yang akan kita capai meski di bawah target optimistis yang kita tetapkan,” kata Arief.
Insentif kepada maskapai atau biro perjalanan adalah memberikan 15 dollar untuk setiap penumpang wisman yang berasal dari rute dan paket baru. Diharapkan dengan insentif ini maskapai dan biro perjalanan akan bersemangat membuka pasar baru. "Sebenarnya dengan insentif ini pemerintah berharap bisa mendatangkan 1 juta wisman. Tetapi target realistisnya hanya sebesar 700.000," kata Arief.
Untuk program Hot Deals, pemerintah menyelenggarakan program ini di tiga destinasi yakni Kepulauan Riau, Jakarta, dan Bali. Program ini menjual murah kapasitas yang tidak terjual, terutama untuk masa-masa sepi. Hot Deals menjual tiket, hotel, dan wisata dalam satu paket. Dari program ini, pemerintah berharap bisa menggaet 2,5 juta wisman.
Untuk Competing Destination Model, Arief menjelaskan, cara menjual destinasi dengan memanfaatkan informasi yang dicari konsumen melalui internet. Dari data tersebut kemudian dicarikan program atau paket wisata yang menarik, sehingga mampu mengubah tujuan wisata wisman menjadi ke Indonesia.
"Sedangkan untuk CDM, target optimis sebesar 1 juta, target realistis sebesar 750.000, tetapi angka real mungkin sebesar 500.000 wisman," ujar Arief.
Sementara itu untuk membuka akses lebih besar lagi, Arief meminta agar penerbangan berbiaya murah lebih dikembangkan di Indonesia.
Pertumbuhan pariwisata ditargetkan mencapai 21 persen sehingga yang cocok adalah penerbangam berbiaya hemat
Pengembangannya tidak hanya pada maskapai tetapi juga pada terminalnya. Dengan penerbangan yang hemat, maka biaya perjalanan berlibur ke Indonesia akan semakin kompetitif dan menarik.
Selama ini pertumbuhan penumpang dengan maskapai berbiaya murah tumbuh 20 persen. Sedangkan penumpang yang menggunakan layanan penuh hanya tumbuh 7 persen. "Kami ingin pertumbuhan pariwisata mencapai 21 persen, jadi yang cocok adalah penerbangam berbiaya hemat," tegas Arief.
Managing Director Lion Group Daniel Putut mengatakan, Lion Group siap mendukung pemerintah untuk mendatangkan wisman. Bahkan saat ini, Lion Group akan mendatangkan 20 pesawat. Dengan 20 pesawat ini, lalu membuka rute-rute baru di luar negeri, maka jumlah penumpang yang bisa didatangkan mencapai 20 juta orang. Hanya saja, kapasitas mendatangkan wisman itu juga tergantung pada kehandalan infratsruktur dan slot penerbangan.
"Selama ini Lion Group telah berkontribusi 12 persen dari total jumlah wisman yang datang ke Indonesia. Kami mendatangkan wisman dari 24 kota di China," kata Daniel.
Presiden Direktur PT AirAsia Indonesia Tbk Dendy Kurniawan mengatakan penerbangan berbiaya murah merupakan kebutuhan yang tidak terelakkan saat ini. "Wisman semakin pintar, apalagi saat ini generasi milenial juga sudah mulai bepergian. Bagi mereka yang penting sampai ke destinasi, bukan soal layanan penuh atau berbiaya hemat," kata Dendy.