Lapan Sumedang Observasi Gerhana Total Selama 6 Jam
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mengamati gerhana bulan total di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Lapan Sumedang, Sabtu (27/7/2018). Pengamatan ini dimulai dari pukul 00.14 hingga pukul 06.30.
Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPAA) Lapan Sumedang Aries Kurniawan memaparkan, selain untuk pengambilan data, masyarakat juga diajak mengamati fenomena langit ini. Ia berujar, gerhana bulan kali ini istimewa karena terjadi saat oposisi beberapa planet, yaitu Mars, Jupiter, dan Saturnus.
Selain itu, gerhana bulan terlama ini terjadi hanya 100 tahun sekali dengan durasi gerhana total selama 103 menit. Untuk mempersiapkan pengamatan ini, Aries mengatakan, Lapan mempersiapkan tiga teleskop yang memiliki fungsi berbeda.
Pengamatan benda langit saat gerhana bulan di lokasi yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Bandung ini menggunakan tiga teropong bintang atau teleskop. Aries menjelaskan, untuk memperolah rekaman, BPAA Sumedang menggunakan teleskop Lunt 70 ED. Teleskop ini sering digunakan untuk mengamati hilal.
Lunt 70 ED memiliki lensa 70 milimeter dan dilengkapi motor otomatis yang mengunci kesesuaian antara teleskop dan posisi bulan. Teleskop ini dihubungkan dengan video rekaman yang diputar secara langsung dan ditampilkan ke layar untuk disajikan kepada masyarakat.
Teleskop kedua yang digunakan adalah Astromaster berdiamater lensa 13 sentimeter. Teropong ini disediakan untuk masyarakat yang ingin mengamati gerhana dengan jelas dan detail.
Teleskop ketiga adalah Celestron dengan diameter lensa sepanjang 11 inci atau 27,9 cm. Teleskop inilah yang digunakan untuk mengamati oposisi Mars, Jupiter, dan Saturnus. Pengamatan ketiga benda langit ini dilakukan sebelum gerhana terjadi.
Peneliti dan petugas Optik BPAA Gerhana, Puannandra Putri, mengemukakan, oposisi adalah jarak terdekat antara planet dan Bumi karena berada dalam posisi sejajar dengan Bumi. ”Jarak yang dekat ini membuat kami bisa melihat ketiga planet tersebut menjadi lebih jelas,” ujarnya.
Menjelang tengah malam, warga mulai berdatangan. Lebih kurang 30 orang yang berasal dari sejumlah daerah berkumpul di BPAA Sumedang untuk mengamati gerhana bulan terpanjang abad ini. Ardhya Argha Andhika (25), warga Arcamanik, Bandung, rela mendatangi BPAA untuk mendapatkan gambar gerhana yang baik dan jelas.
”Saya suka fotografi dan fenomena ini jarang terjadi. Makanya, saya sengaja datang ke sini karena Lapan memberikan pelayanan untuk pengamatan di sini. Saya harap, kegiatan seperti ini tetap dilakukan dengan informasi dan pemberitahuan menggunakan media sosial,” paparnya.
Suhu dingin
Saat pengamatan, suhu lingkungan BPAA mencapai belasan derajat celsius. Bahkan, pada pukul 03.00-03.15, suhu malam itu mencapai 11 derajat celsius. Puan menambahkan, suhu dingin ini terjadi akibat musim kering yang melanda Indonesia akhir-akhir ini.
Selain itu, posisi BPAA Sumedang cukup tinggi, sekitar 800 meter di atas permukaan laut.
”Awan yang berfungsi sebagai penjaga suhu bumi tidak terbentuk malam ini. Memang di satu sisi ini merupakan keuntungan dalam mengamati benda langit karena tidak ada penghalang. Namun, cuaca dapat dipastikan lebih dingin jika dibandingkan dengan malam berawan,” ujar Puan.