JAKARTA, KOMPAS — Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dinilai belum memiliki karakter budaya yang khas, seperti daerah lain di Indonesia. Komitmen Pemprov DKI Jakarta dibutuhkan untuk terus memfasilitasi dan mengembangkan budaya Betawi agar menjadi semakin dikenal dan menyatu dengan kehidupan masyarakat Jakarta.
Ketua Majelis Tinggi Badan Musyawarah Masyarakat Betawi Eddie Marzuki Nalapraya menegaskan hal itu saat menyambut kedatangan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada acara festival Lebaran Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan, Minggu (29/7/2018).
Eddie menambahkan, meskipun telah ada Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, pelaksanaannya masih jauh dari yang diharapkan. Jakarta benar memiliki kebudayaan Betawi, tetapi dalam kehidupan sehari-hari kekhasan budaya itu belum menjadi bagian yang menyatukan kehidupan masyarakat Ibu Kota.
”Kekhasan budaya suatu kota akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, seperti yang di Bali. Roda perekonomian masyarakat juga akan terus tumbuh jika banyak wisatawan yang berkunjung,” ucapnya.
Oleh karena itu, Eddie meminta Pemprov DKI merumuskan peraturan yang bersifat mengikat agar setiap gubernur yang memimpin Jakarta ke depan memiliki kewajiban bersama masyarakat melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Betawi yang keberadaannya kian tergerus perkembangan zaman.
Anies Baswedan dalam sambutannya mengatakan, kebudayaan Betawi akan terus dikembangkan. Ia akan terus mendukung dan memfasilitasi berbagai kegiatan yang diselenggarakan Badan Musyawarah Masyarakat Betawi.
Anies juga mengapresiasi masyarakat Betawi yang selama ini menjadi pengayom yang baik bagi seluruh etnis yang mendiami Jakarta.
”Jumlah penduduk Betawi hanya sekitar 3 juta jiwa dari keseluruhan penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta jiwa, tetapi masyarakat Betawi mampu menjadi tuan rumah yang baik di Ibu Kota,” katanya.
Lebaran Betawi
Eddie mengatakan, Lebaran Betawi yang diselenggarakan selama tiga hari pada 27 Juli-29 Juli 2018 merupakan Lebaran yang ke-11. Lebaran pertama diadakan pada 2007 di Lapangan Banten, Jakarta.
”Lebaran Betawi pertama kali diprakarsai Amarullah Asbah. Dia adalah salah satu mantan pengurus Badan Musyawarah Masyarakat Betawi,” ucap Eddie.
Tujuan acara ini, kata Eddie, untuk mempertemukan dan mempererat persaudaraan di antara sesama keluarga besar masyarakat Betawi. Selain itu, acara ini juga merupakan perwujudan dari sifat masyarakat Betawi yang agamais, toleransi, egaliter, dan terbuka untuk semua orang.
Padat
Pantauan antara pukul 10.00 dan pukul 15.00 WIB dari pintu masuk Perkampungan Budaya Betawi (PBB) hingga danau Setu Babakan, tampak kawasan itu dipadati pengunjung. Sejak memasuki gerbang utama, pengunjung harus berdesak-desakan.
Petugas keamanan pengelola PBB dibantu petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Selatan sibuk mengarahkan pengunjung yang membawa kendaraan untuk tidak diparkir dalam kawasan PBB karena tempat parkir yang disediakan tidak mencukupi.
Surji (55), salah satu pengunjung, mengatakan, tujuannya hadir di tempat ini untuk rekreasi bersama keluarga sembari menikmati makanan kesukaannya kerak telor. ”Dibandingkan tahun lalu, kali ini lebih ramai,” ucap lelaki Betawi ini.
Romla (58) berkunjung ke tempat ini untuk mengenang kebudayaan Betawi yang kian sulit ditemukan di tempat lain.
”Di sini seperti melihat Jakarta pada waktu saya masih kecil. Banyak masakan khas Betawi, seperti dodol, kerak telor, roti buaya, dan soto, yang bisa kita beli,” ujarnya. (STEFANUS ATO)