Gelombang Panas Membuat Bumi Semakin Gerah
Berita kebakaran lahan dan kematian akibat deraan gelombang panas pada
Juli ini banyak mewarnai media. Di Jepang, dikabarkan 80 orang tewas akibat suhu udara panas. Sementara di Yunani 88 orang tewas karena kebakaran
hutan. Di Swedia, suhu udara pada bulan Juli merupakan yang terpanas dalam 250 tahun terakhir.
”Secara umum, kita mempunyai gelombang panas di satu bagian planet,” kata Anders Levermann, seorang profesor di Postdam Institute. ”Namun, kini seluruh Kutub Utara panas, ini mengejutkan,” tambahnya.
Dari Kutub Utara, Skandinavia hingga California dan Afrika Utara, gelombang panas luar biasa menerpa beberapa pekan terakhir. Para ahli iklim mengatakan, kondisi cuaca di musim panas ini merupakan hasil perubahan iklim. ”Tahun 2018 merupakan tahun terpanas dengan rekor temperatur di banyak negara,” kata Elena Manaenkova, Wakil Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia.
Manaenkova tidak terkejut dan menilai kondisi ini akibat emisi gas rumah kaca. ”Ini bukan skenario masa depan, ini sedang terjadi sekarang,” katanya
Kenaikan suhu memang tak main-main. Di bagian utara Norwegia terjadi kenaikan suhu sampai 15 derajat celsius dibandingkan yang biasa terjadi selama ini. Institut meteorologi setempat mencatat suhu mencapai 33 derajat celsius.
Hal serupa terjadi di beberapa kota di Swedia, Finlandia, dan Rusia. Kota-kota di Jepang mengalami panas menyengat dan mengakibatkan 80 orang tewas.
Rekor terpanas terjadi di kota Kamagaya dengan suhu 41.1 derajat celsius. Tokyo untuk pertama kalinya mencatat rekor terpanas, 40 derajat celsius. Gelombang panas juga menjangkau Amerika. Pada 6 Juli lalu, suhu udara di kota Chino mencapai 48,9 derajat celsius.
Di Gurun Sahara, pada 5 Juli lalu suhu tercatat mencapai 51,3 derajat celsius. Badan meteorologi Perancis mengatakan, kemungkinan ini merupakan panas tertinggi yang pernah tercatat di benua Afrika.
Namun, WMO mengatakan, berdasarkan data masa kolonial, pada tahun 1931, Tunisia pernah didera panas ekstrem, yaitu 55 derajat celsius.
Berbagai ramalan
Jika mau diurai lagi, masih ada sejumlah tempat yang mengalami kenaikan suhu tak biasa, Panel antar-pemerintah di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan tahun 2012 sudah memperingatkan tentang kenaikan suhu ekstrem dalam dekade mendatang,
Saat membuat kesepakatan iklim di Paris pada 2015, para ahli meramalkan terjadinya kekeringan yang buruk serta meluasnya gelombang panas, banjir, dan topan. Sebuah studi yang dipublikasikan tahun lalu menyebutkan hal lebih mengerikan, yakni separuh penduduk dunia akan rentan terhadap gelombang panas yang mematikan sebelum tahun 2100, jauh melebihi yang terjadi sekarang.
”Setiap tahun kita akan mendapat rekor temperatur baru dari Rusia ke Perancis sampai Jepang,” kata ahli iklim Perancis, Jean Jouzel. Gelombang panas pada tahun 2003 pernah merenggut nyawa 70.000 orang di Eropa. ”Risikonya akan menjadi kewajaran setelah tahun 2050 atau 2060,” tambahnya.
Menurut Komisi Eropa, tahun 2017 merupakan tahun terburuk kebakaran hutan di Eropa. Sebanyak 800.000 hektar lahan di Portugal, Spanyol, dan Italia habis dilalap api. Kebakaran hutan membuat Swedia mencemaskan kelangsungan rusa kutub Sami karena tempat penggembalaan rusak.
Pertanyaan utama adalah, ”Apakah kita akan melihat lebih sering kalau kita tidak mengurangi emisi karbon?” tanya Levermann. Dan pertanyaan ini merupakan satu yang kita bisa jawab, ”Ya, akan.”
(AFP/AP/REUTERS)