Kepincut Bertani
Tidak banyak anak muda tertarik dengan pertanian dan mau menggelutinya. Setelah lama tinggal di Singapura yang minim lahan pertanian, Samantha Gunawan, sarjana teknik industri lulusan Amerika Serikat ini, justru kepincut pada dunia pertanian.
Samantha tidak segan mengotori tangannya dengan tanah untuk menanam atau membuat pupuk kompos. Ketika memulai bisnis pertanian organiknya, tiga tahun lalu, ia menanam lebih dari 100 macam tanaman di daerah Cijeruk, Kabupaten Bogor. Mulai dari tanaman lokal hingga tanaman Eropa.
Pada bulan-bulan awal, ia rela meninggalkan rumahnya yang nyaman di Jakarta Pusat untuk mengontrak rumah di dekat kebun agar bisa mengurus lahan setiap hari. Setelah uji coba selama beberapa bulan, pilihannya jatuh pada ubi dan kacang tanah yang biaya produksinya kecil, tetapi memberi margin profit bagus ketika diberi nilai tambah.
Tinggal di Singapura sejak usia delapan tahun hingga lulus SMA, Samantha mengaku sudah menyukai alam sejak kecil. Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke AS. Setelah lulus, Samantha memilih kembali ke Indonesia dan menyempatkan diri jalan-jalan keliling Tanah Air.
”Dari situ aku curious banget tentang farming dan asal-usul makanan. Pengin tahu lebih banyak lagi,” kata Sam, panggilannya, dengan bahasa campur aduk Indonesia-Inggris.
Kakaknya kemudian mengenalkan nama Helianti Hilman, pendiri Javara, perusahaan yang bergerak, antara lain, di bidang produk olahan pertanian organik. Surat elektronik yang dikirimkan Sam kepada Helianti disambut positif. Sam banyak bertanya yang berujung pada tawaran magang di sana. ”Betah banget, banyak yang saya pelajari. Dari semula rencana tiga bulan magang, keterusan jadi setahun,” ungkap Sam.
Tugas Sam semacam penghubung antara petani dan chef. Sam menyampaikan keinginan chef terkait produk pertanian dan sebaliknya. ”Saya jadi tahu bagaimana tanam cabai, tanam terung, dan komunikasi dengan petani,” kata Sam.
Selepas magang, Sam menyampaikan niatnya kepada keluarga untuk mendalami bidang pertanian. Beruntung ayahnya yang bergerak di bidang properti mendukung keinginan itu karena mereka sama-sama penyuka alam. ”Ayah saya juga ingin bercocok tanam setelah pensiun. Untuk ke sana kan susah dulu, jadi kayaknya ada hidden motives dia mendorong anaknya supaya ada yang merintis jalan,” kata Samantha sambil tertawa lepas.
Ekspresif
Anak kedua dari tiga bersaudara ini punya pembawaan riang dan mudah akrab. Ketika berbicara, wajahnya ekspresif dan banyak tertawa hingga ujung pipinya menajam. Mengaku belum lancar berbahasa Indonesia, karena baru tiga tahun kembali ke Tanah Air, tuturannya kadang terhenti seperti sedang berpikir memilih kata yang tepat.
Bahasa sempat menjadi kendala komunikasinya dengan petani. Posisinya sebagai perempuan juga sering dipandang aneh di kebun. Namun, setelah berulang kali berinteraksi, mereka bisa memahami keinginan Sam bertani organik. Terlebih setelah melihat usahanya mulai membuahkan hasil. Hubungan Sam dan para petani pun terjalin erat. Sam membayar tiga petani sebagai pekerja tetap dengan gaji bulanan yang mencukupi. Ia juga mendaftarkan mereka ikut program BPJS.
”Selain healthcare, saya juga ingin edukasi mereka makan yang organik dan bergizi. Ini yang masih susah,” ungkap Sam.
Sam bukan tidak tahu nasib petani sebagai pihak yang paling capek tetapi paling “miskin”. Namun, pengalaman di lapangan memberinya keyakinan bahwa pertanian sebenarnya prospektif jika dikelola dengan benar.
“Kayaknya ada yang enggak benar, kenapa petani jadi the lowest job. Makanya aku cari tahu sendiri,” kata anak pasangan Erwady Gunawan dan Sanu Juli Maruli ini.
Sam mengakui, keluarganya memang mendorong ia untuk cepat mapan secara ekonomi, namun tetap memberinya kebebasan memilih pekerjaan. Bagi Sam, lebih baik ia jungkir balik di awal mencari sesuatu yang benar-benar ia cintai. Ketimbang memaksakan diri bekerja lalu 15 tahun kemudian menyadari hal itu tak memuaskan jiwanya.
”Teknik Industri itu aku suka dan dia kan versatile, bisa dipakai di mana-mana, termasuk di pertanian,” ungkap Sam.
Pendidikan teknik industri memberinya kemampuan menghitung optimasi biaya produksi. Dari sini, ia memutuskan ubi dan kacang tanah sebagai fokus garapan karena bisa panen tiga kali setahun, dikuasai petani, dan biaya produksi kecil. Sam menanam ubi ungu, ubi cilembu, dan ubi rujak yang berwarna kuning.
Selai kacang
Hasil panen ubi dengan kualitas A (paling bagus) dijual kepada katering, penjual sayur, dan toko organik daring. Ubi kualitas B dan C diolah menjadi keripik dan dijual pula secara daring. Dengan cara ini, semua panen petani terserap. Sementara kacang tanah seluruhnya diolah menjadi selai kacang. Kekurangan ubi dan kacang tanah, diambilkan dari petani sekitarnya dengan seleksi ketat.
”Selai kacang tanah yang ada kebanyakan produk impor. Kenapa kita enggak bikin produk yang bahan bakunya di sini banyak,” ungkap Sam yang membuat sendiri selai kacang dibantu asisten rumah tangganya.
Dalam sepekan, Sam sekurangnya bisa menghasilkan 300 botol selai kacang tanah. Keripik ubinya sempat diminta ekspor ke Singapura, tetapi Sam belum menyanggupinya.
Saat ini, ia menjalin kerja sama dengan Java Spices untuk tambahan lahan 11 hektar. Lahan itu akan ditanam secara tumpang sari dengan tanaman rempah mitranya. Semula, Sam bercocok tanam di lahan 1,5 hektar milik orangtuanya. Sebagian masih digunakan untuk lahan menanam sayur, buah-buahan, dan lainnya yang ke depan akan dikembangkan sebagai agrowisata.
Kini Sam mulai kebanjiran kunjungan orang-orang yang ingin melihat kebunnya. Ia membuka program tur setengah hari setiap Sabtu dengan pendaftaran melalui situs perusahaan pertaniannya, Blueboots Farm.
Dua tahun ternyata sudah cukup bagi Sam untuk meyakini pilihannya, terjun menggeluti pertanian.
Samantha Gunawan
Lahir: Jakarta, 30 Desember 1990
Pendidikan: S-1 Teknik Industri Purdue University, ASPengalaman
kerja/bisnis:
- Mendirikan Blueboots Farm, 2015-sekarang
-Magang di Javara, 2014-Magang di bagian ”system engineer” di Biznet Network, 2012
-Magang di bagian keuangan SG Global, 2011
Pengalaman organisasi/kegiatan:
-Anggota Alpha Pi Mu (masyarakat kehormatan Teknik Industri), 2011-sekarang
-Koordinator acara Lafayette City Blessing, 2011-sekarang
-Purdue Leaders Forum Leadership, 2011
-Juara I Kompetisi Pidato Bahasa China Purdue University, 2010