Kotak Masih Berkarya
Entakan drum, cabikan bas, dan petikan gitar berefek distorsi terdengar tiba-tiba segera setelah lampu-lampu dimatikan. Gelegar alunan musik rock seketika memenuhi seluruh ruang di dalam Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Selasa (24/7/2018) malam.
Bersamaan, sorot lampu panggung warna-warni memancar dan menyilaukan mata, seolah memaksa adrenalin para penonton yang datang terpompa semakin kencang. Tak memakan waktu lama, lengkingan beringas khas vokal Tantri juga ikut ”menggedor” gendang telinga. Di atas panggung, awak Kotak yang lain, Chua pada bas dan Cella pada gitar, pun beraksi.
Lagu ”Pesta” menjadi hits pembuka Kotak dalam konser intim bertajuk ”Kotak Masih Ada” di malam yang semakin memanas itu. Kebanyakan mereka yang hadir di konser terbatas itu adalah para tamu undangan yang terdiri dari rekan-rekan, keluarga, serta para anggota klub penggemar Kerabat Kotak. Tak ketinggalan juga awak media massa. ”Selamat datang di konser kami, Kotak Masih Ada!” pekik Tantri.
Masuk ke lagu selanjutnya, yang juga tak kalah beringas serta mengentak, para penonton yang tadinya duduk tertib di kursi masing-masing seolah terhipnotis. Tanpa ada komando mereka saling merangkul pundak rekan sebelah kanan dan kiri tempat duduk.
Tubuh dan kepala seolah bergerak terlontar ke depan dan ke belakang. Dengan kompak membentuk gerakan ”tarian khas” headbang kalangan para penggila musik cadas, bersamaan dengan dimainkannya lagu selanjutnya, ”Energi”.
Lantai teater, yang tak cukup luas menampung para penonton antusias itu, terasa berguncang seperti dihantam gempa bumi. Semangat dan energi yang seolah tak pernah habis terus bergejolak ketika lantunan lagu-lagu ”Terbang” dan ”Rock Never Dies” dikumandangkan dari atas panggung.
”Rock never dies. Sampai kapan pun kan ada. Rock never dies. Hingga sampai akhir dunia,” lengkingan suara Tantri yang kadang terdengar parau bertenaga, lantas juga diikuti oleh para penonton. Bersama-sama mereka melantunkan bait reff lagu dari album berjudul sama itu.
Sebagai konseptor acara konkonser, Chua mengangkat problematika keseharian, yang sempat dihadapi kelompok band yang akan genap 14 tahun pada September mendatang ini.
Baik saat bernarasi pengantar dalam konser ataupun saat berbicara di depan media massa, trio pemusik cadas ini mengakui ada banyak kendala serta persoalan, yang mereka hadapi, bahkan nyaris sempat membubarkan kelompok band itu.
Benturan terutama dipicu rasa jenuh. Banyak konser langsung (live) memang digelar dari satu panggung ke panggung lain. Namun konser-konser itu digelar dengan format nyaris sama dan pastinya dikonsep serta diselenggarakan pihak lain.
Dalam kondisi seperti itu Kotak merasa tak lagi memiliki kebebasan, bahkan untuk sekadar berekspresi dan mencipta lagu baru. Rutinitas dan pengulangan membuat mereka tak lagi berkomunikasi dengan baik antarsesama personel.
”Kami memang terjebak rutinitas. Panggung-panggung besar yang digelar memang didatangi puluhan ribu penonton, namun kebanyakan dari mereka pasif. Soalnya mereka datang dan menonton gratis. Kalau penonton free seperti itu mereka enggak datang untuk mendengarkan lagu. Malah mungkin cuma nontonin mukanya Chua yang memang imut-imut itu,” canda Tantri dari atas panggung.
Keluarga menyatukan
Setelah jeda sejenak, segmen kedua konser intim Kotak kembali menawarkan kejutan. Mereka menata panggung seolah ruang tamu rumah, lengkap dengan sofa besar milik Chua dan seperangkat mainan anak-anak.
Ketiga personel Kotak tampil mengenakan kostum santai, piyama dan baju rumahan, duduk berleyeh-leyeh sambil bernyanyi di atas sofa besar dan empuk, membawakan secara medley tiga lagu slow rock mereka, ”Masih Cinta”, ”Selalu Cinta”, dan ”Kecuali Kamu”. Tak hanya sampai di situ, Tantri dan Chua bahkan menghadirkan suami dan anak-anak mereka ke panggung.
Tantri dan Chua pun tampil dalam sosok mereka yang tak hanya sebagai musisi dan penyanyi, melainkan juga ibu dari anak mereka, yang masih berusia di bawah tiga tahun.
Putri Tantri, Karanada Medina Nararda (2 tahun 2 bulan), bahkan ikut menimpali bernyanyi satu bait lagu ”Pelan Pelan Saja”. Sementara Chua tampak kerepotan memegangi putranya yang masih berusia dua tahunan, sambil memainkan gitar bass-nya.
Kembali Tantri di atas panggung bercerita tentang momen ketika Kotak nyaris bubar. ”Kami saat itu memang tengah sangat jenuh. Tambah lagi masing-masing sudah berkeluarga, yang membuat kami merasa sudah nyaman. Setiap tur konser kami selalu menantikan akhir pekan di mana kami bisa segera kembali ke rumah dan keluarga masing-masing. Komunikasi antarkami jadi semakin sulit.”
Beruntung mereka bersepakat untuk membuka kembali keran komunikasi yang pernah mampat di antara mereka. Salah satu cara terampuh dengan kembali duduk bersama dan menghasilkan karya. Lahirlah kemudian singel teranyar mereka berjudul ”Masih Ada”, yang disusul dengan konser intim kali ini.
Lagu itu menurut Tantri juga bisa diterjemahkan berisi proses pencarian religius dirinya, yang kini mantap berhijab. Selain ”Masih Ada”, Kotak juga tengah mempersiapkan singel terbaru lain untuk diluncurkan.
Kejenuhan, kebuntuan, dan pertengkaran akhirnya mereka selesaikan dengan satu-satunya cara, terus berkarya. Hanya dengan berkarya Kotak mampu memantapkan diri untuk terus menyatakan kalau diri mereka masih ada.