WASHINGTON, SABTU - Presiden Rusia Vladimir Putin menagih janji kepada Presiden Donald Trump tentang kemungkinan pertemuan lanjutan pasca-pertemuan di Helsinki, pertengahan Juli lalu. Putin bahkan menawarkan undangan kepada Trump untuk berkunjung ke Moskwa.
”Terkait pertemuan kami (di Helsinki), saya sangat paham apa yang dinyatakan oleh Presiden Trump. Ia sangat berminat untuk mengadakan pertemuan lanjutan. Saya siap untuk itu,” kata Putin dalam pertemuan ekonomi di Afrika Selatan.
”Kami juga siap untuk mengundang Presiden Trump ke Moskwa. Tetapi ngomong-ngomong, dia juga menyiapkan undangan dan saya katakan kepada dia, saya siap pergi ke Washington. Tetapi, saya ulangi, jika kondisi yang sesuai terwujud.”
Bagi Trump, undangan dari Putin ini membuat posisinya cenderung sulit karena publik AS memandang pertemuan Helsinki sebagai ”kekalahan bagi AS”. Bukan itu saja, penyelidikan yang dipimpin oleh Robert S Mueller terkait intervensi yang dilakukan Rusia terhadap Pemilu AS 2016, semakin lama semakin menyudutkan Trump.
Gedung Putih, Sabtu (28/7/ 2018), merespons undangan Putin bahwa Trump antusias untuk pertemuan lanjutan. ”Presiden Trump menanti kunjungan Presiden Putin ke Washington setelah pada tahun pertama dan ia terbuka untuk mengunjungi Moskwa jika resmi diundang,” kata Juru Bicara Gedung Putih Sarah Sanders.
”Ini adalah ’permainan kekuasaan’ antara Putin dan Trump,” kata Dr Alina Polyakova dari Brookings Institution, AS. Menurut dia, Kremlin ”mengontrol” semua proses di Helsinki dan hal itu terjadi lagi saat ini.
Dengan menyebutkan bahwa Putin bersedia datang ke Washington jika ”kondisinya sesuai”, itu artinya Putin menggarisbawahi posisinya dan menekan Trump untuk membereskan mereka yang bersikap menentang. Undangan agar Trump berkunjung ke Moskwa juga untuk menekan apakah Trump cukup kuat untuk mengatasi kecaman di dalam negeri.
”Trump posisinya lebih lemah karena pertemuan Helsinki adalah kegagalan. Kunjungan Putin ke Washington akan membuat pandangan yang buruk, demikian juga jika Trump ke Moskwa,” kata James Goldgeier dari Council on Foreign Relations.
Diundur
Sejak pertemuan Helsinki yang kontroversial, para pejabat AS menghindar dari rencana Trump mengundang Putin ke Washington pada musim gugur ini. Pada Rabu (25/7), Gedung Putih menyatakan akan menunda undangan bagi Putin tahun depan sampai penyelidikan federal terhadap intervensi Rusia dalam pemilu AS selesai.
Trump dikecam karena ia gagal mengonfrontasi Putin secara terbuka mengenai keterlibatan Rusia. Padahal, beberapa hari sebelum pertemuan Helsinki, Departemen Kehakiman AS mengumumkan 13 pejabat intelijen Kremlin yang terlibat dalam intervensi pemilu AS.
Baik kubu Republik maupun Demokrat di Kongres, gagal meminta rincian isi pertemuan tertutup Putin-Trump di Helsinki dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Menurut Pompeo, presiden memiliki hak untuk melakukan percakapan pribadi.
Pompeo juga menyampaikan pada Komisi Hubungan Luar Negeri di Senat bahwa meski Trump memang pernah menyebutkan tuduhan terhadap intervensi Rusia itu ”hoaks”, Trump kini menerima pandangan bahwa Rusia mengintervensi Pemilu 2016.
Pemilu sela
Para politisi dari kubu Republik yang khawatir perkembangan ini akan memengaruhi hasil pemilu sela pada November 2018, menegaskan, menolak kehadiran Putin di Washington.
”Putin tidak akan diterima di sini,” kata Ketua Fraksi Mayoritas Mitch McConnell.
Bahkan, Ketua DPR Paul Ryan menyebutkan, undangan semacam itu hanya pantas untuk para ”sekutu”.
Kemarin, Trump bertemu dengan tim keamanan nasional untuk membicarakan ancaman terhadap pemilu sela Kongres 2018. Komunitas intelijen AS kembali mengingatkan Trump bahwa Rusia diyakini kembali bermaksud mengintervensi proses demokrasi itu.
Sebaliknya, Moskwa menilai ketegangan politik yang terjadi di Washington adalah bagian dari ”Russophobia” yang merupakan peninggalan era kepemimpinan Presiden Barack Obama.