Jakarta, Kompas Menikmati perlombaan, menenangkan hati dan pikiran, percaya diri, dan tidak takut terhadap lawan menjadi kunci bagi tim angkat besi untuk menorehkan prestasi di Asian Games 2018.
Pesan tersebut disampaikan trio atlet Olimpiade Sydney 2000 kepada lifter di pemusatan latihan nasional di Markas Marinir Kwini, Jakarta Pusat, Jumat- Sabtu (27-28/7/2018). Tiga olimpian, yakni peraih medali perunggu angkat besi pada Olimpiade Sydney 2000 Sri Indriyani (kelas 48 kilogram) dan Winarni (53 kg), serta atlet tenis meja Ismu Harinto, dihadirkan di pelatnas angkat besi untuk memotivasi para lifter yang akan tampil di Asian Games 2018.
Menurut Winarni, dua hingga tiga pekan menjelang kejuaraan besar merupakan masa-masa paling menyiksa bagi atlet. Pada masa itu, atlet mengalami tekanan mental menjelang lomba. Apalagi, persaingan angkat besi di Asian Games, terutama untuk putri, sudah setingkat dunia.
Agar dapat mengatasi tekanan, menurut Winarni, atlet harus bisa mengelola hati dan pikiran, serta menciptakan perasaan tenang. Perasaan tenang dan rileks bisa diciptakan dengan melakukan hal-hal yang disukai, seperti mendengarkan musik, menonton film, dan bermain gim.
”Kalau sudah tenang, angkat beban berapa pun akan terasa ringan,” ujarnya.
Ia pun berbagi pengalamannya saat tampil pada Kejuaraan Dunia 1997 di Chiang Mai, Thailand. Bermain di kelas putri 50 kg, Winarni bukanlah atlet yang diunggulkan. Namun, berkat keyakinan, pikiran positif, dan ketenangan, ia dan rekannya, Patmawati Abdul Hamid (kelas 59 kg), tampil sebagai juara dunia angkat besi pertama Indonesia.
Adapun Sri Indriyani mengatakan, momen sebagai atlet dan naik ke podium ketika juara merupakan hal yang paling berkesan seumur hidupnya. Hal tersebut kian terasa ketika Sri memutuskan pensiun dari angkat besi. Mantan lifter yang kini bekerja di PT Pos Indonesia Jepara itu kerap merindukan masa-masa dia berlatih, berlomba, dan mendapat dukungan banyak penonton.
”Oleh karena itu, saya berpesan kepada para lifter, inilah saatnya menjadi juara. Tunjukkan yang terbaik. Pengalaman di Asian Games akan jadi kenangan sepanjang masa,” katanya.
Emosi
Pelatih angkat besi putri Indonesia Supeni mengatakan, menjelang perlombaan, atlet terkadang menunjukkan beragam emosi. Ada yang mudah marah, jadi lebih pendiam, atau terlalu percaya diri. Emosi itu karena mereka mengalami tekanan mental.
”Saya berusaha memahami karakter setiap atlet dan berusaha mencari cara untuk membantu mereka keluar dari tekanan tersebut,” katanya.
Supeni menjelaskan, setiap atlet mempunyai cara yang berbeda untuk keluar dari tekanan dan rasa tegang. Meski memberikan kebebasan untuk bisa mengatasi tekanan, atlet tetap diminta bertanggung jawab dengan menjaga pola makan dan istirahat.
Pelatih kepala sekaligus manajer tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, menjelang Asian Games, hal yang mesti diwaspadai atlet adalah menjaga berat badan agar sesuai dengan kategori perlombaan. Saat ini, sejumlah atlet berusaha menurunkan berat badan sambil tetap menjaga penampilan mereka.
”Atlet sebenarnya sudah tahu makanan apa yang harus dihindari dan dikonsumsi menjelang lomba. Saya hanya membantu mengawasi mereka,” katanya.
Tim angkat besi Indonesia mengandalkan 13 atlet untuk bersaing di Asian Games, terdiri dari 7 lifter putra dan 6 putri. Mereka akan tampil pada 9 dari 15 nomor yang dilombakan, termasuk di antara mereka adalah peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan.
Lifter pada kelas +75 kg Nurul Akmal mengaku senang dengan kehadiran para olimpian yang memberikan tips dan motivasi di pelatnas angkat besi.
”Hal ini bisa menambah semangat dan percaya diri dalam berlomba,” katanya. (DNA)