JPO Bundaran Hotel Indonesia Tak Dapat Digunakan Lagi
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jembatan penyeberangan orang atau JPO Bundaran Hotel Indonesia yang berlokasi di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sudah tidak dapat digunakan lagi Senin (30/7/2018). Sebagai gantinya, pejalan kaki dapat menyeberang di pelican crossing di depan Hotel Pullman dan Plaza Indonesia.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan, JPO Bundaran HI dirobohkan karena merusak pandangan Patung Selamat Datang yang berada di Bundaran Hotel Indonesia. ”Kami rencana akan membongkar JPO tersebut setelah gelaran Asian Games, tetapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meminta segera dibongkar sebelum Asian Games,” kata Silvia, minggu lalu.
Pembongkaran JPO Bundaran HI akan dilakukan pada malam hari. Oleh karena itu, akan ada pengalihan arus lalu lintas di Jalan MH Thamrin. Pihak PT MRT Jakarta menginformasikan, pengalihan arus lalu lintas berlaku pada 30 Juli pukul 21.00 hingga 31 Juli pukul 01.00.
Dari arah selatan Jalan Sudirman menuju Monas, masyarakat dapat melalui Jalan Imam Bonjol. Dari arah utara, masyarakat masih dapat melintasi area Bundaran HI menuju Jalan Sudirman hingga pukul 01.00 pada lajur kiri.
Pada 31 Juli pukul 01.00 sampai pukul 06.00, Jalan MH Thamrin sisi timur ditutup. Dari arah utara, masyarakat yang akan melintasi area Bundaran HI menuju arah Jalan Sudirman dapat beralih melalui Jalan KH Wahid Hasyim atau Jalan Sunda (sebelum Gedung Kedutaan Besar Perancis).
Bagi masyarakat yang akan beraktivitas di Gedung Kedutaan Perancis, Gedung Sinarmas, Gedung Bank Permata, dan Gedung Oil Center dapat melalui Jalan MH Thamrin dengan dipandu petugas dari kontraktor MRT Jakarta. Jalan MH Thamrin akan dibuka kembali pukul 06.00.
Kebingungan
Sejumlah pejalan kaki masih tampak kebingungan untuk menyeberang di sekitar Bundaran Hotel Indonesia. Bahkan, ada beberapa pejalan kaki yang menyeberang di bawah JPO Bundaran HI.
Marko (32), pejalan kaki yang sehari-hari bekerja di Plaza Indonesia, menyayangkan pembongkaran JPO Bundaran HI. ”Saya terbiasa menyeberang lewat JPO karena aman,” ujarnya.
Menurut Marko, JPO aman untuk penyeberang dan tidak mengganggu arus lalu lintas. Penggunaan pelican crossing dapat mengganggu pengendara kendaraan bermotor dan menambah kemacetan di sekitar Bundaran HI. Apalagi, lokasi pelican crossing yang jauh dari Bundaran HI akan membuat pejalan kaki malas melaluinya.
Salah satu petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Novia, memaklumi pejalan kaki yang kebingungan menyeberang. Oleh karena itu, petugas dinas perhubungan akan berjaga di sekitar pelican crossing.
”Kami siap berjaga 24 jam untuk membantu pejalan kaki dan mengatur lalu lintas,” kata Novia.
Ia mengatakan, pengaturan lalu lintas diprioritaskan pada pengendara kendaraan kendaraan bermotor. Jika hanya ada satu orang penyeberang jalan yang ingin melintasi pelican crossing dan situasi lalu lintas padat, penyeberang jalan tersebut perlu menunggu beberapa waktu sampai ada penyeberang lain atau lalu lintas sedang lengang.
Pelican crossing tersebut dilengkapi dengan lampu, suara, dan garis kejut yang akan menginformasikan kepada pengendara kendaraan bermotor bahwa akan ada orang yang menyeberang jalan.
Pelican crossing di Bundaran HI memiliki sistem yang berbeda dengan pelican crossing di Monumen Nasional (Monas). Lampu merah sebagai tanda berhenti akan menyala secara bergantian antara lajur kiri dan kanan. Novia menjelaskan, sistem tersebut bertujuan agar tidak mengganggu arus lalu lintas di satu lajur dengan yang lainnya.