Setelah 15 Tahun Tak Ada Hubungan Diplomatik, Presiden Somalia Kunjungi Eritrea
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
MOGADISHU, MINGGU — Hubungan diplomatik Somalia dan Eritrea kian membaik. Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Farmaajo akhirnya melakukan kunjungan yang terbilang langka ke Eritrea pada Minggu (29/7/2018) setelah 15 tahun tidak ada hubungan diplomatik di antara kedua negara.
Keputusan Presiden Eritrea Isaias Afwerki mengundang Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Farmaajo menandai babak baru bagi kedua negara setelah hubungan yang buruk selama bertahun-tahun. Hal ini merupakan sinyal bahwa Eritrea mulai berupaya menggunakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan regional.
Keputusan Presiden Eritrea Isaias Afwerki mengundang Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Farmaajo menandai babak baru bagi kedua negara setelah hubungan buruk bertahun-tahun.
Kementerian Informasi Eritrea menyatakan bahwa diskusi dalam pertemuan kedua pemimpin fokus pada ”isu-isu regional yang menarik bagi dua negara itu”. Pemerintah Somalia sebelumnya menuduh Eritrea memasok senjata kepada kelompok ekstrem yang memerangi Mogadishu. Menurut Eritrea, pemberian bantuan kepada kelompok ekstrem dilakukan oleh Etiopia.
Eritrea dan Etiopia berperang di perbatasan antara tahun 1998 dan 2000 dengan puluhan ribu orang tewas. Perang diikuti kebuntuan militer. Namun, pada April lalu, Eritrea dan Etiopia menandatangani perjanjian damai.
Eritrea keluar dari blok Afrika Timur, IGAD, pada 2007 sebagai protes ketika pasukan Etiopia memasuki Somalia untuk memerangi kelompok militan.
Bab baru
Abdinur Mohamed, juru bicara Presiden Mohamed Abdullahi Farmaajo, mengumumkan di Twitter bahwa Somalia siap untuk menulis bab baru dalam hubungannya dengan Eritrea. Kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik selama hampir 15 tahun.
Eritrea, salah satu negara paling tertutup di dunia, tetap berada di bawah sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa karena diduga mendukung kelompok ekstrem Al-Shabab yang berbasis di Somalia. Eritrea membantah tuduhan PBB tersebut.
Menteri Penerangan Eritrea Yemane Meskel membagikan foto-foto kunjungan tiga hari Presiden Somalia dan pertemuan para pemimpin kedua negara di Twitter. ”Angin perubahan terjadi di wilayah ’Tanduk Afrika’,” kata Duta Besar Eritrea untuk Jepang Estifanos Afeworki di Twitter.
Kunjungan Presiden Somalia itu terjadi menyusul cairnya hubungan diplomatik dalam beberapa pekan terakhir antara Eritrea dan negara tetangga Etiopia setelah lebih dari dua dekade.
Etiopia, di bawah Perdana Menteri baru yang reformis, Abiy Ahmed, telah meminta agar sanksi PBB terhadap Eritrea dibatalkan. Sekretaris Jenderal PBB mengindikasikan bahwa sanksi bisa saja dibatalkan.
Memberi pengaruh
Hubungan yang berubah di wilayah Tanduk Afrika menarik bagi negara-negara Teluk yang berada tepat di seberang Teluk Aden serta Laut Merah. Negara-negara Teluk ini telah memberi pengaruh pada negara-negara Afrika di sepanjang salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, termasuk Somalia dan Eritrea.
Etiopia yang terkurung daratan juga memandang pelabuhan kedua negara tersebut sebagai jalan keluar bagi perekonomian mereka agar bisa tumbuh dengan cepat.
Kunjungan Presiden Somalia terjadi menyusul cairnya hubungan diplomatik dalam beberapa pekan terakhir antara Eritrea dan Etiopia.
Uni Emirat Arab yang mendirikan pangkalan militer di Assab, Eritrea, telah memainkan peran dalam memperbaiki hubungan antara negara itu dan Etiopia. Pendirian pagkalan dilakukan setelah koalisi yang dipimpin Arab Saudi melancarkan perang melawan pemberontak Syiah di Yaman sejak 2015.
Somalia tetap rapuh di bawah ancaman Al-Shabab yang menguasai beberapa daerah perdesaan dan sering melakukan serangan bom bunuh diri di Mogadishu, ibu kota negara tersebut. Pemboman truk pada Oktober lalu menewaskan lebih dari 500 orang. Serangan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Somalia. (REUTERS/AP)