Evakuasi Terus Berlanjut
Guncangan gempa di Lombok menimbulkan longsor pada jalur pendakian Gunung Rinjani. Sebanyak 689 pendaki terjebak, 543 terevakuasi, dan 146 akan dievakuasi Selasa ini.
MATARAM, KOMPAS Sebanyak 146 pendaki yang masih terjebak di jalur pendakian di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, hingga Senin (30/7/2018) malam, akan dievakuasi Selasa (31/7) ini. Evakuasi akan dilakukan melalui jalur darat dan udara.
Proses itu merupakan kelanjutan dari telah dievakuasinya 543 pendaki hingga Senin malam pukul 20.00 Wita. Evakuasi dilakukan tim gabungan yang berjumlah 184 orang, yang terdiri dari TNI, Polri, tim medis, dan tim Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), sejak pukul 08.00 Wita. Tim menyisir jalur pendakian untuk mengarahkan pendaki yang masih di Gunung Rinjani untuk segera turun.
Dari hasil penyisiran itu ditemukan 689 pendaki yang terjebak di taman nasional itu. ”Enam di antaranya pendaki wanita yang kelelahan. Mereka akan dievakuasi menggunakan helikopter,” ujar Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Lombok Timur Mayor (Inf) Arifianto, Senin.
Dari lima jalur pendakian di Rinjani, hanya satu yang dibuka. Para pendaki tiba di Jalur Dusun Bawak Nao, Desa Sajan, di kaki Gunung Rinjani, mulai pukul 14.30 Wita. Pendaki yang sudah dievakuasi terdiri dari 189 WNA, 173 pendaki WNI, 31 pemandu, dan 150 porter. Tim evakuasi diperkuat 140 prajurit Kopassus yang didatangkan dari Jakarta.
Dikunjungi Presiden
Kemarin, Presiden Joko Widodo mengunjungi warga korban gempa yang tinggal di tenda darurat di Dusun Medas, Desa Obel-obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur. Kedatangan Presiden guna memastikan penanganan dampak bencana dikerjakan dengan cepat dan baik, adanya bantuan pelayanan kesehatan, ketersediaan logistik dan kebutuhan dasar bagi pengungsi, serta tersedianya layanan pendidikan darurat.
Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo, dengan helikopter Super Puma TNI AU, lepas landas dari Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin, Kabupaten Sumbawa, pukul 07.00 Wita, dan tiba di helipad Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda NTB, Lombok Timur, pukul 07.30 Wita. Dari SPN, Presiden meninjau Posko Tagana di Desa Medayin, Kecamatan Sambelia.
Di dekat tenda pengungsian Dusun Medas, Presiden melihat satu rumah yang rusak berat akibat gempa bermagnitudo 6,4, Minggu (29/7) pagi. Presiden juga berdialog seputar keinginan dan kebutuhan warga.
Presiden memberikan dana pembangunan rumah rusak. ”Setiap rumah yang rusak berat akan diberikan dana Rp 50 juta. Pembangunan dan supervisi dibantu TNI, sedangkan pengawasan dilakukan gubernur, bupati, dan perangkat yang lain,” ujar Presiden.
Warga juga diingatkan tetap waspada sebab wilayah ini berada di jalur gunung api. ”Jadi, masyarakat harus siap menghadapi bencana yang terjadi kapan pun seperti gempa dan banjir,” ujarnya.
Warga di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, mengharapkan bantuan makanan, minuman, selimut, popok bayi dan obat-obatan, yang jumlahnya terbatas, bahkan hingga Senin siang tidak ada stok. Warga akan tinggal di tenda selama dua minggu meski belum ada dapur umum di tempat pengungsian. ”Kasihan kita lihat anak- anak tanpa selimut. Kalau malam hari, dingin bukan main,” kata Saiful Nuryadi, Kepala Dusun Medas di kaki Gunung Rinjani.
Di Lombok Utara, pemerintah setempat menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari sejak Minggu (29/7). ”Menurut analisis valid BMKG, tidak ada kemungkinan tsunami. Warga tetap tenang, tetap siaga, dan selalu berkoordinasi dengan aparat setempat,” kata Bupati Lombok Utara Najmul Ahyar.
Data yang dihimpun Pemkab Lombok Utara menyebutkan, warga terkena gempa 6.237 jiwa dari 4.047 keluarga. Empat orang tewas tertimpa reruntuhan, 39 orang menderita luka. Selain itu, 263 rumah warga rusak meliputi 148 unit rusak ringan, 74 unit rusak sedang, dan 41 unit rusak berat. Lalu 2 masjid, 1 mushala, dan 1 pura juga rusak. Total korban tewas di Lombok 15 orang.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Sudiyono mengatakan, jalur pendakian sudah ditutup sejak Senin. Pendaki yang telanjur berada di jalur pendakian sudah diminta turun. ”Kami akan melakukan penyisiran untuk memastikan tidak ada lagi pendaki yang masih ada di Gunung Rinjani,” ucapnya.
Penyisiran itu sekaligus digunakan untuk melihat kondisi jalur-jalur pendakian yang ada sebab diperkirakan beberapa titik jalur pendakian terkena longsor akibat gempa.
Salah satu pendaki yang selamat, Azka Firman (19), mengatakan, saat terjadi gempa bumi, dirinya dan teman-temannya serombongan sedang berada di Danau Segara Anak. Mereka berencana akan berada di tempat itu selama dua hari. Namun, belum sampai sehari mereka harus turun karena gempa. ”Saya masih trauma. Kaki gemetar melihat longsor akibat gempa,” ucapnya.
Trauma juga dialami warga Desa Obel-obel. Mereka masih belum berani kembali tidur di rumah meskipun ada beberapa yang bangunannya masih utuh. Sementara warga lainnya yang rumahnya rata dengan tanah memilih tidur di saung dan tenda darurat yang didirikan di lapangan desa.
Supar (63), warga Desa Obel-obel di kaki Gunung Rinjanji, mengatakan, dirinya bersama delapan anggota keluarganya memilih tinggal sementara di saung. Meski dingin karena tanpa dinding, mereka merasa cukup aman dan tak perlu pindah ke pengungsian. ”Saya mohon pemerintah segera memberikan solusi untuk memperbaiki rumah saya yang roboh, kalau bisa jangan terlalu lama karena kami butuh tempat tinggal,” katanya.
(RUL/SYA/WAD/JUD/NTA/E15)