MEKKAH, KOMPAS – Pintu masuk Arab Saudi bagi calon haji asal Indonesia beralih dari Madinah ke Jeddah. Mulai Senin (30/7/2018), kesibukan petugas di Bandara Amir Mohammad bin Abdulaziz, Madinah, bergeser ke Bandara King Abdulaziz, Jeddah.
Di titik ini, jemaah perlu kesigapan tersendiri karena langsung berpakaain ihram untuk menunaikan miqat, sebagai persiapan awal memasuki Tanah Suci Mekkah Tanah untuk ibadah haji.
Rombongan pertama yang tiba kemarin adalah jemaah kelompok terbang (kloter) embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG), berjumlah 392 orang, terdiri dari 184 laki-laki dan 208 perempuan. Kloter JKG-30 sekaligus menjadi jemaah pertama melalui jalur cepat (fast track) di bandara ini.
Layanan jalur cepat ini disediakan oleh Imigrasi Arab Saudi untuk menghindari proses pemeriksaan paspor secara fisik di bandara yang memakan waktu 2-3 jam. Jemaah hanya cukup menjalani pengecekan sidik jari, sehingga waktu antreran bisa dipangkas 2-3 jam. Risiko kelelahan bagi jemaah yang mayortas berusia lanjut pun bisa diperkecil.
Pemeriksaan paspor secara fisik sudah dilalui sejak di asrama haji embarkasi bersamaan dengan biometrik. Namun, tahun ini, fasilitas dan layanan tersebut tahun ini baru diberlakukan di embarkasi Jakarta dan Surabaya.
Sama seperti penggunaan fast track di Madinah, jemaah sudah menyelesaikanr tahapoan proses keimigrasian di bandara asal melalui prosespre departure clearance di Indonesia. Rombongan disambut hangat oleh Pemerintah Arab Saudi, Kedutaan Besar RI di Riyadh, Konsulat Jenderal RI di Jeddah, serta jajaran Kementerian Agama RI, dan berikut otoritas bandara setempat. Karpet merah tampak digelar pada jalur keluar layanan imigrasi. Di sekeliling pagar jalur cepat layanan imigrasi, tampak bendera Merah Putih bersanding bendera kerajaan Arab Saudi.
Kepala Daerah Kerja Bandara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Arsyad Hidayat, menyatakan, penyambutan jemaah haji gelombang kedua kloter pertama di Jeddah menjadi penting karena di titik inilah jemaah diarahkan untuk menunaikan miqat. Situasi krusial penyambutan dan pengaturan bagi jemaah kloter pertama akan menjadi gambaran model penanganan bagi kloter berikutnya.
“Ini yang membuat kedatangan jemaah di Jeddah berbeda dengan di Madinah,” katanya. Jemaah yang tiba di Madinah, langsung diangkut ke penginapan untuk persiapan arbain (shalat 40 waktu di Masjid Nabawi ). Miqat baru mereka lakukan di Masjid Bir Ali dalam perjalanan dari Madinah jelang masuk Kota Mekkah.
Mekkah bersiap
Kepala Kantor Daerah Kerja Mekkah PPIH, Endang Jumali menyatakan siap menyambut kedatangan jemaah haji dari Jeddah. Mulai kemarin, fokus perhatian terbagi dua, yakni menerima kedatangan jemaah dari Madinah dan menyambut jemaah yang masuk dari Jeddah. Secara keseluruhan sudah tersewa 165 hotel untuk menampung 204.000 jemaah reguler asal Indonesia. Juga terkontrak 36 perusahaan jasa ketering untuk kebutuhan makan bagi jemaah selama berada di Mekkah. Adapun untuk keperluan antar jemput ke Masjidil Haram tersesedia 396 bus shalawat yang beroperasi 24 jam.
“Mekkah akan makin ramai dan padat seiring kedatangan jemaah dari negara-negara lain juga,” kata Endang. Diperkiralkan, total jemaah yang menghuni Kota Mekkah hingga masa wukuf (puncak haji) di Arafah pada 20 Agustus 2018 mencapai 3 juta orang.
Data Sistem Komputerasasi Haji Terpadu menunjukkan, per Senin malam, jumlah jemah haji yang tiba di Madinah maupun Jeddah mencapai 91.378. Adapun jemaah yang bergerak dari Madinah ke Mekkah sudah 31.628. Jumlah ini terus berkembang hingga masa wukuf.
Kuota jemaah haji Indonesia tahun 221.000, termasuk 204.000 jemaah reguler dan sekitar 17.000 jemaah khusus. Jemaah reguler diurus oleh pemerintah. Adapun jemaah khusus diurus oleh konsorsium usaha yang bergerak di bidang haji/umrah. (NAR)