KUALA LUMPUR, SENIN — Pemerintah Malaysia tengah mempertimbangkan pembatasan impor mobil guna melindungi industri otomotif di dalam negeri. Jika kebijakan itu diterapkan, Kuala Lumpur akan mengakhiri liberalisasi industri otomotif yang telah berjalan lebih dari satu dekade terakhir.
Wacana pembatasan impor otomotif itu dilemparkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Kuala Lumpur, Senin (30/7/2018).
”Semua negara yang memproduksi kendaraan bermotor telah mendapat pembatasan, baik pada standar maupun karena pajak. Jadi, kami perlu melindungi industri kami yang usianya masih relatif lebih muda,” kata Mahathir dalam pertemuan dengan media.
Kami perlu melindungi industri kami yang usianya masih relatif lebih muda.
”Kami mungkin berpikir tentang standar (untuk memaksakan). Kami juga mungkin harus mempertimbangkan kelemahan tertentu yang kami miliki yang harus dilindungi,” kata Mahathir.
Liberalisasi industri otomotif Malaysia memungkinkan impor yang lebih murah, tetapi dengan mengorbankan produsen otomotif lokal Proton yang berjuang untuk tetap bertahan karena menghadapi persaingan yang semakin ketat. Selain Proton, pabrikan Malaysia lainnya adalah Perodua dan Naza.
Honda Motor Co, Toyota, dan Nissan menjual unit yang diimpor ataupun dirakit secara lokal di negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Adapun Honda Jepang adalah merek asing terlaris di Malaysia dengan pangsa pasar sekitar 21 persen pangsa pasar tahun lalu.
Berdasarkan data dari Asosiasi Otomotif Malaysia, Perodua merupakan pemimpin pasar domestik dengan pangsa pasar sekitar 40 persen pada 2017.
Proton didirikan pada 1983 di tengah dorongan industrialisasi selama masa jabatan Mahathir sebelumnya sebagai perdana menteri. Pangsa pasar domestiknya memuncak hingga 74 persen satu dekade kemudian ketika para pengemudi mengambil keuntungan dari pinjaman murah karena pemerintah mendorong Malaysia untuk membeli produk-produk domestik.
Namun, mobil dengan standar lebih rendah, layanan purnajual terbatas, dan persaingan dari produsen asing membuat pangsa pasar domestiknya anjlok menjadi sekitar 14 persen pada 2017. Proton menerima dorongan positif tahun lalu ketika produsen mobil China, Zhejiang Geely Holding Group Co Ltd, membeli 49,9 persen sahamnya. Kesepakatan itu menandai dorongan pertama Geely ke Asia Tenggara.
Mahathir mengatakan, negara-negara maju telah menggunakan kondisi seperti standar emisi Euro 5 dan struktur pajak tertentu untuk bekerja di sekitar pengaturan perdagangan bebas sehingga memblokir ekspor mobil Malaysia.
”Namun, kami sangat terbuka. Setiap mobil yang diproduksi, bahkan jika dibuat menggunakan kaleng Milo, bisa masuk ke Malaysia,” kata Mahathir mengacu pada sebuah merek minuman yang populer di negara itu.
”Itulah mengapa kita perlu mempelajari kemungkinan kondisi tertentu sehingga mobil asing tidak dapat masuk dengan mudah ke negara kita dan juga memberi Proton serta mobil lokal lain kesempatan untuk mendominasi pasar setempat.” (REUTERS)