Registrasi Prabayar: Industri Telekomunikasi Didorong Mempertahankan Loyalitas Pelanggan
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan wajib registrasi prabayar dengan validasi data kependudukan memengaruhi kinerja industri telekomunikasi. Operator telekomunikasi mulai menerapkan strategi pemasaran berbeda untuk mempertahankan kualitas bisnis dan loyalitas pelanggan jangka panjang.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah, Selasa (31/7/2018) di Jakarta, memandang animo masyarakat beli-pakai-buang kartu perdana nomor prabayar sudah mulai berkurang dan beralih menjadi beli paket isi ulang. Situasi ini diharapkan berlanjut sehingga fundamental industri telekomunikasi akan membaik.
Menurut dia, penerapan kebijakan wajib registrasi prabayar dengan validasi nomor induk kependudukan (NIK) dan kartu keluarga (KK) dapat menekan tingkat pindah layanan ke operator berbeda (churn rate) pada jangka panjang. Sejak kebijakan itu diberlakukan mulai dari wajib ulang Oktober 2017-Mei 2018, churn rate di pasar mulai bergerak turun.
”Belum ada penghitungan resmi. Namun, perkiraan kami rata-rata kondisi churn rate sekarang berkisar kurang dari 30 persen,” ujar pria yang juga menjabat sebagai CEO PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Ririek Adriansyah.
Berdasarkan laporan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom semester I-2018, Telkomsel mengklaim 80 persen dari total pelanggan sudah mengikuti kewajiban registrasi ulang nomor prabayar dengan validasi NIK dan nomor KK. Dengan pelanggan yang telah terdaftar ulang tersebut, perusahaan bisa melakukan pemasaran dengan pendekatan berbeda, seperti penawaran berbasis keluarga atau paket personal. Total pelanggan sampai Juni tercatat 177,9 juta orang.
Di luar urusan menghadapi kebijakan wajib registrasi nomor prabayar dengan validasi NIK dan KK, kinerja industri telekomunikasi hingga semester I menunjukkan hasil positif. Layanan data seluler semakin berkontribusi besar terhadap total pendapatan operator.
Telkomsel, misalnya, tercatat membukukan pendapatan Rp 42,74 triliun dan laba bersih Rp 11,72 triliun. Bisnis digital menyumbang Rp 21,23 triliun atau 49,7 persen terhadap total pendapatan Telkomsel. Pencapaian kontribusi ini naik dibandingkan semester satu tahun 2017, yakni 39,3 persen.
Telkomsel mengklaim, perangkuhan bisnis digital tersebut didukung oleh penambahan infrastruktur pemancar 4G sebanyak 14.978 unit. Dengan tambahan itu, total pemancar secara keseluruhan teknologi hingga semester I-2018 mencapai 175.638 unit.
”Semua operator sekarang perlu aktif dalam memperbaiki kesehatan industri telekomunikasi seluler. Di asosiasi, kami mengamati ada beberapa operator mulai menaikkan harga layanan menuju ke angka lebih rasional,” katanya.
Semua operator sekarang perlu aktif dalam memperbaiki kesehatan industri telekomunikasi seluler.
Sementara itu, PT XL Axiata Tbk (XL) mengklaim pendapatan layanan data meningkat sebesar 19 persen dibandingkan semester I-2017. Kontribusi layanan data terhadap total pendapatan mencapai 79 persen pada paruh pertama 2018 atau lebih tinggi daripada periode yang sama tahun 2017 sebesar 67 persen.
Sebanyak 40,8 juta pelanggan XL tercatat sebagai pengguna ponsel pintar per semester I-2018. Jumlah ini meningkat 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan pengguna ponsel pintar diklaim berhasil mendorong konsumsi data.
Mengutip info memo XL, pada semester I-2018, perusahaan membukukan pendapatan kotor senilai Rp 11,067 triliun atau hanya naik 1 persen dibandingkan periode sama tahun 2017, yakni Rp 10,950 triliun. Presiden Direktur dan CEO PT XL Axiata Tbk Dian Siswarini menilai pencapaian kinerja semester pertama mencerminkan semakin kompetitifnya industri telekomunikasi di Indonesia, khususnya persaingan tarif data. Pada saat bersamaan, industri harus menghadapi perubahan struktural di segmen pasar layanan prabayar karena ada kebijakan wajib registrasi dengan validasi NIK dan KK.
”Kami masih yakin ada peluang lebih baik di semester II-2018,” ujarnya.
Dian menjelaskan, dalam agenda transformasi, perusahaan fokus menggaet pelanggan riil, termasuk pengguna layanan data. Oleh karena itu, XL mendukung kebijakan pemerintah untuk menerapkan wajib registrasi nomor prabayar dengan validasi data NIK dan KK.
Dalam siaran pers tanggal 30 Juli 2018, pendapatan Indosat Ooredoo pada semester I-2017 mencapai Rp 15,112 triliun. Sementara pendapatan pada semester I-2018 berkisar Rp 11,065 triliun.
Pada paruh pertama tahun 2017, jumlah pelanggan prabayar Indosat Ooredoo sebanyak 95,3 juta orang. Pada periode yang sama tahun 2018, jumlah pelanggan kategori itu berkisar 73,8 juta orang. Situasi ini adalah dampak pemberlakuan kebijakan wajib registrasi dengan validasi NIK dan nomor KK. Perusahaan mengklaim sudah memperkirakan sebelumnya.
Indosat Ooredoo melihat peluang jangka panjang dari pemberlakuan kebijakan itu, seperti memiliki basis pelanggan yang lebih setia dan churn rate lebih rendah yang akan mengarah ke margin yang lebih tinggi. Strategi pemasaran dengan pendekatan ”tarik” akan lebih banyak (push marketing).