Siasat Warga Jakarta Bermobilitas Saat Asian Games
Oleh
Dian Dewi Purnamasari
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebagian pengguna kendaraan pribadi memilih bersiasat dalam bermobilitas saat pembatasan kendaraan dengan sistem ganjil genap dan penutupan periodik 19 pintu tol dalam masa Asian Games.
Putri (30), karyawan swasta yang tinggal di Cengkareng, Jakarta Barat, sudah setahun terakhir beralih ke kereta commuter line dan transjakarta untuk mencapai kantornya di daerah Serpong, Tangerang Selatan.
“Jadi lebih enak karena aku nggak capek nyetir, dan macet-macetan. Jadi irit uang bensin dan parkir juga,” ujar Putri, Senin (30/7/2018).
Saat mendengar sosialisasi perluasan ganjil-genap dan rencana penutupan 19 pintu tol dalam kota, Putri semakin mantap beralih ke angkutan umum. Sebab, beberapa kantor yang kerap ia datangi masuk dalam wilayah perluasan ganjil-genap.
“Sekarang sudah mulai nyaman dengan naik transjakarta atau bus-bus kota lainnya. Cuma terkadang penuh banget dan harus berdesak-desakan saat jam ramai, harapannya sih semoga armadanya ditambah,” kata Putri.
Lain halnya dengan Heru Guntoro (35). Karyawan swasta yang tinggal di Pasar Minggu dan bekerja di daerah Manggarai ini tetap menggunakan mobil pribadi. Rute berangkat ke kantor juga melewati area perluasan ganjil-genap yaitu di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Selama uji coba ganjil-genap, terkadang ia nekat melewati jalan meskipun tidak sesuai dengan tanggalnya. Namun, per 1 Agustus nanti, ia harus melewati jalur alternatif yaitu Poltangan-Warung Buncit-Jalan Saharjo. Untuk rute pulang kantor, ia juga harus berputar dari Jalan Salemba-Jalan Dewi Sartika-Jalan Raya Pasar Minggu.
“Karena rutenya berputar, waktu tempuh yang biasa satu jam jadi dua jam. Biasanya berangkat pukul 06.30, sekarang jadi harus berangkat pukul 05.30,” kata Heru.
Heru tidak masalah meskipun harus bangun lebih awal dan bersiasat mencari jalur alternatif. Sebab, selain harus bekerja, setiap pagi dia juga bertugas mengantarkan anak berangkat ke sekolah. Itu menjadi alasan mengapa dia sulit berpindah dari mobil pribadi ke angkutan umum.
Sementara itu, di jalan arteri wilayah Jakarta Selatan yang terkena perluasan ganjil-genap, seperti di Jalan Rasuna Said tidak ada spanduk sosialisasi yang bisa dibaca pengguna mobil pribadi. Di perempatan Mampang misalnya, tidak ada spanduk atau rambu-rambu yang dipasang. Pada Senin (30/7/2018), juga masih banyak terlihat mobil pribadi dengan nomor polisi ganjil melintas di jalan tersebut.
Melihat pola masyarakat Jakarta, petugas juga harus mengantisipasi perpindahan kemacetan ke rute-rute alternatif. Di Jakarta Selatan, rute alternatif yaitu Jalan Warung Jati Barat-Jalan Pejaten Raya-Jalan Pasar Minggu setiap jam berangkat dan pulang kerja sudah dipadati kendaraan.
Di Jalan Raya Pasar Minggu, misalnya, lajur jalan sempit sehingga kendaraan selalu memadati area tersebut. Saat Jalan Rasuna Said diberlakukan ganjil-genap, kemungkinan kendaraan dari arah Depok akan berpindah ke rute tersebut melalui kawasan Tebet.
Selain itu, kepadatan juga harus diantisipasi di kawasan Jalan RA Kartini-Jalan Ciputat Raya sebagai dampak pemberlakuan ganjil-genap di Jalan Pondok Indah. Kendaraan dari arah Tangerang Selatan diperkirakan akan menumpuk di kawasan tersebut.
Saat rapat evaluasi antara BPTJ dan pemangku kepentingan, Kamis (26/7/2018), strategi yang akan diterapkan di jalur-jalur alternatif adalah penempatan personel polisi lalu lintas dan Dinas Perhubungan.