Kredit Sindikasi Rp 11,3 Triliun untuk Jakarta-Cikampek Layang
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Enam belas kreditur mengucurkan Rp 11,363 triliun untuk memenuhi pembiayaan jalan Tol Jakarta-Cikampek II Layang. Hingga saat ini, pembangunan ruas tol tersebut telah mencapai 40 persen dan ditargetkan selesai Maret 2019.
Kredit sindikasi senilai Rp 11,363 triliun tersebut terdiri atas pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah. Pembiayaan konvensional diberikan oleh 9 kreditur sebesar Rp 8,9 triliun, sementara pembiayaan syariah sebesar Rp 2,4 triliun diberikan 7 kreditur. Pinjaman tersebut diberikan dengan jangka waktu 15 tahun.
“Untuk pertama kalinya turut serta berpartisipasi lembaga atau bank syariah dan ternyata bisa dipadukan prinsip syariah dengan prinsip konvensional. Pembangunan ruas ini dengan pola turn-key project dengan kontraktor membiayai terlebih dahulu pembangunannya sehingga sekarang konstruksi sudah 40 persen,” kata Direktur Utama PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Djoko Dwijono dalam Penandatanganan Perjanjian Kredit Sindikasi Proyek Pembangunan Jakarta-Cikampek II Layang, Selasa (31/7/2018), di Jakarta.
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) Jakarta-Cikampek II Layang ditandatangani Desember 2016. Ruas sepanjang 36,4 kilometer tersebut memerlukan investasi sebesar Rp 16,23 triliun yang dipenuhi dari ekuitas 30 persen dan pinjaman 70 persen. Konstruksi dimulai Maret 2017 dan dijadwalkan selesai Maret 2019 atau 24 bulan. Diharapkan, ruas yang dibangun untuk menambah kapasitas tol Jakarta-Cikampek tersebut dapat beroperasi April 2019.
Menurut Joko, terdapat beberapa hal krusial pada proyek tol Jakarta-Cikampek II Layang, antara lain dibangun di atas tol yang sudah beroperasi dengan periode konstruksi yang ketat, yakni hanya 24 bulan.
“Dan proyek ini saling berdampak dengan dua proyek lainnya, yakni proyek kereta ringan dan proyek kereta cepat. Maka kami harus mensinkronisasi masalah gangguan kepadatan lalu lintas yang ditimbulkan,” ujar Joko.
Direktur Operasi II PT Jasa Marga (Persero) Tbk Subakti Syukur menambahkan, rasio antara volume dengan kapasitas di tol Jakarta-Cikampek saat ini sudah melebihi ambang batas, yakni mencapai 1,4 dari ambang batas 0,8. Jumlah kendaraan yang lewat rata-rata 110.000 kendaraan per hari. Jika ruas tersebut beroperasi tahun depan, maka kepadatan di tol Jakarta-Cikampek akan berkurang sampai 40 persen.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, sindikasi kredit Rp 11 triliun merupakan yang salah satu pinjaman yang terbesar di jalan tol. Selain itu, banyaknya lembaga keuangan yang terlibat juga menandakan semakin banyak kreditur yang percaya pada proyek jalan tol. Melalui skema contractor pre financing (CPF), konstruksi bisa dilakukan paralel dengan mencari pembiayaannya.
Sementara, lanjut Herry, proyek tol Jakarta-Cikampek II Layang tidak memerlukan pembebasan lahan. Dengan demikian, konstruksi bisa segera dilakukan setelah PPJT ditandatangani. “Dengan penandatanganan kredit sindikasi ini, masalah utama sudah selesai. Maka tugas badan usaha jalan tol adalah memastikan agar proyek ini selesai Maret 2019,” kata Herry.
Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar yang mewakili para kreditur mengatakan, sindikasi kredit tersebut menampakkan kolaborasi yang baik antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah. Sementara, pengoperasian proyek tol Jakarta-Cikampek II Layang telah ditunggu masyarakat luas. “Ini menjadi momentum menuju Indonesia yang semakin baik. Mudah-mudahan sinergi yang baik ini dapat terus berkembang,” kata Royke.