Menanti Kejutan Inovasi dari “Unicorn” Indonesia
“Unicorn” merupakan gelar yang disematkan kepada perusahaan rintisan bidang teknologi yang memiliki nilai valuasi (nilai sebuah perusahaan, bukan sekadar hasil pendanaan) lebih dari 1 miliar dollar AS. Asia Tenggara mempunyai tujuh "unicorn" dan empat diantaranya berasal dari Indonesia, yaitu Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, dan Go-Jek. Keempatnya kini sibuk menciptakan aneka fitur layanan menjauhi produk bisnis pertama mereka sebagai penyedia laman pemasaran, pemesanan kebutuhan tiket dan hotel, serta aplikasi jasa transportasi.
Mengawali perbincangan melalui sambungan telepon tanggal 7 Juni 2018 atau empat hari sebelum fitur BukaNonton resmi diluncurkan, pendiri dan CEO Bukalapak Achmad Zaky mengaku, kini ia tidak bisa bersantai-santai dengan mudah. Rapat tim merupakan salah satu agenda terpadatnya. Percakapan telepon itu berlangsung pada jam makan siang.
Ada tanggung jawab besar di pundaknya. Pikirannya selalu mengarah ke inovasi teknologi baru apa lagi yang harus dibuat. Setelah tercipta, dia bersama tim masih harus berpikir seberapa besar kesesuaiannya dengan kebutuhan konsumen.
Belum lagi, Bukalapak harus berhadapan dengan database bervolume besar dan pengelolaannya membutuhkan semacam solusi teknologi perhitungan baru. Namun, sampai sekarang, tim belum menemukannya.
“Delapan tahun lalu, saat perusahaan ini baru berdiri, aku dan pendiri lainnya bisa nyantai tiga hari di rumah saat Lebaran. Kalau sekarang seperti itu, sistem anjlok satu jam saja, pelanggan teriak-teriak, dan kami pun harus menderita kerugian miliaran rupiah,” seloroh dia.
Zaky, begitu dia biasa disapa, menyebutkan satu tantangan lagi yang tengah dihadapi perusahaannya sejak menyandang unicorn mulai sekitar November 2017. Tantangan itu adalah kondisi industri perdagangan secara elektronik atau e-dagang yang mulai masuk masa jenuh.
Oleh karenanya, Bukalapak berusaha terus melahirkan fitur-fitur baru. Terakhir adalah BukaNonton. Ini adalah fitur menonton konten video hiburan beraliran langsung (streaming) yang dapat diakses secara gratis tanpa kuota internet.
BukaNonton bisa dibuka melalui aplikasi mobile Bukalapak mulai 11 Juni 2018. BukaNonton terdiri dari konten film, program BukaTalks, BukaMusik, dan gim. Sejauh ini, BukaNonton baru bisa diakses bagi pengguna yang naik kereta api kelas eksekutif Sembrani 1, Sembrani 2, dan Bima. Mereka cukup menyalakan koneksi Wi-Fi di dalam kereta.
Sebelum BukaNonton, sekitar satu-dua tahun terakhir, Bukalapak terjun ke solusi teknologi finansial (tekfin). Ragamnya mencakup fitur pembayaran aneka transaksi elektronik, dompet elektronik (BukaDompet), akses permodalan (BukaModal), investasi reksa dana (BukaReksa), dan jual-beli emas (BukaEmas). Untuk menjalankan solusi tekfin, perusahaan bekerja sama dengan perbankan dan jasa keuangan lainnya.
“Pertumbuhan bisnisnya (tekfin) lebih besar dan menjanjikan,” ujar Zaky. Dia mencoba menggambarkan, BukaModal telah menyalurkan pinjaman ke 5.000-an orang UMKM. Dana kredit bersumber dari internal ataupun hasil channeling dengan bank. Sementara BukaReksa telah memiliki 100.000 orang pengguna terverifikasi.
Terkait bisnis inti, e-dagang, Bukalapak memperluas sampai ke bentuk penjualan daring ke luring (online to offline/O2O). Sejumlah warung ritel diajak kerja sama. Mereka bisa melayani pembayaran belanja Bukalapak. Caranya, warung itu bersedia mengoperasikan perangkat pembaca kode cepat (QR) pemesanan barang. Jadi, masyarakat sekitar warung semakin dimudahkan bertransaksi.
Bukalapak tercatat mempunyai sekitar tiga juta mitra pedagang dan pengguna 30 juta.
Menurut Zaky, sampai sekarang, bisnis inti – laman pemasaran konsumen ke konsumen (C2C) – masih menjadi kontributor utama terhadap total pendapatan perusahaan.
“Pengguna internet di Indonesia sekitar 100 juta orang lebih. Jumlah sebanyak itu merupakan potensi pasar kami,” tutur dia.
Traveloka
Selama tahun berjalan 2018, Traveloka meluncurkan fitur jasa sewa mobil, kendaraan BlueBird, dan katalog kuliner atau semacam food directory. Ketiganya melengkapi deretan fitur kebutuhan perjalanan yang dikembangkan Ferry Unardi dan dua orang temannya sejak tahun 2012.
Pada tahun 2012, fitur produk baru berupa pemesanan tiket pesawat domestik dan internasional. Konsumen cukup pesan dan bayar. Fitur ini memang bagi Traveloka penting karena layanan pemesanan daring yang disediakan maskapai cukup susah diakses secara cepat. Apalagi, mereka umumnya meminta pembayaran memakai kartu kredit. Harga beli tiket di agen perjalanan fisik pun dianggap masyarakat lebih tinggi.
Dua tahun kemudian, Traveloka meluncurkan fitur pemesanan hotel sekaligus aplikasi mobile. Pada tahun 2015, perusahaan melakukan improvisasi sistem layanan di dua fitur tersebut. Misalnya, travel alert.
Selama kurun waktu 2016-2017, Traveloka membuka fitur pemesanan tiket kereta api, atraksi pariwisata, layanan kendaraan di bandara, serta bus di wilayah Jawa dan Sumatera. Fitur penting lainnya adalah pembayaran aneka tagihan transaksi elektronik, isi ulang layanan internet, kupon main gim, dan pemesanan tiket menonton bioskop.
Traveloka menyandang gelar unicorn setelah Expedia, perusahaan sejenis asal Amerika Serikat, mengucurkan dana 350 juta dollar AS pada 27 Juli 2017 sehingga total pendanaan mencapai sekitar 500 juta dollar AS. Dengan kata lain, gelar itu diperoleh setelah lima tahun berdiri.
“Tantangan sekarang kami dituntut bisa memberikan seamless experience kepada pelanggan. Membaca kebutuhan pasar. Tentunya, kami tidak mengedepankan kompetisi harga rendah karena itu tidak akan pernah selesai,” ujar Public Relations Manager Traveloka Busyra Oryza.
Kaji ulang kinerja fitur adalah keharusan. Hasilnya dipakai untuk memperbarui ataupun menambah sub fitur. Sebagai contoh, fitur pemesanan tiket pesawat. Dulu, sub fitur hanya tersedia pesan, lalu ditambah pembatalan dan pengembalian, dan kini sudah terdapat penjadwalan ulang dan online checking.
Busyra mengklaim, semua fitur lahir untuk memenuhi kebutuhan konsumen utama Traveloka yaitu wisatawan. Situasi ini termasuk fitur Bills and Top Up yang di dalamnya mencakup pembayaran PDAM, Telkom, BPJS Kesehatan, listrik PLN, kupon main gim, dan isi ulang layanan internet/seluler. Perputaran bisnisnya dianggap baik.
“Kami mengejar loyalitas pelanggan. Sejauh ini, kami mengamati pelanggan loyal – terbiasa memakai Traveloka – mau mengulik, mencoba, dan mengakses fitur lain di luar pesan tiket ataupun hotel,” kata dia.
Selain Indonesia, Traveloka beroperasi di Malaysia, Singapura, Thailand, Filiphina, dan Vietnam. Indonesia masih tercatat sebagai pasar terbesar.
Jumlah pengunduh aplikasi mobile naik dari 10 juta (tahun 2016) menjadi lebih 40 juta (tahun ini). Total kunjungan per bulan, baik ke laman maupun aplikasi, mencapai sekitar 30 juta.
Busyra mengakui, sampai sekarang, fitur pemesanan tiket pesawat dan hotel masih menjadi penyumbang terbesar terhadap pendapatan perusahaan. Perlakuan perusahaan terhadap dua fitur lebih fokus.
“Kalaupun ada fitur beserta subfiturnya belum berkontribusi besar, kami tidak akan melakukan take down. Kami mengupayakan kajian dan bertanya ke konsumen. Kami biasanya bakal mengurangi perlakuan (attachment),” tuturnya.
Tokopedia
Tokopedia berdiri tahun 2009 dan menyandang gelar unicorn setelah enam tahun beroperasi. Mengutip data Crunchbase.com, Tokopedia memperoleh total pendanaan senilai 1,3 miliar dollar AS. Investasi terakhir sekaligus terbesar berasal dari Alibaba, dengan nilai 1,1 miliar dollar AS. Suntikan dana itu dicatatkan pada 17 Agustus 2017.
Chief Operation Officer Tokopedia Mellissa Siska Juminto mengatakan, pada awalnya model bisnis yang dianut adalah laman pemasaran C2C. Artinya, Tokopedia menyediakan ruang bertemunya penjual dan pembeli.
Dalam perkembangannya sampai sekarang, Tokopedia menyebut dirinya sebagai perusahaan teknologi penyedia "one-stop-solution" kebutuhan masyarakat. Dari semula “ruang pertemuan” penjual dan pembeli, kini menyediakan pula aneka produk digital dan tekfin. Kedua bentuk inovasi ini tetap mengambil penekanan pada pendukung industri e-dagang.
“Kami merasa, Indonesia kini berada di fase memperluas penetrasi e-dagang. Tantangan terbesar bagi pemain industri adalah mengedukasi lebih banyak masyarakat tentang keamanan dan kemudahan berbelanja daring,” ujar Mellissa.
Untuk menggambarkan fase tersebut, dia mengungkapkan bahwa Tokopedia telah menjadi “rumah resmi” bagi merek-merek produk ternama (official store). Total terdapat sekitar 162 merek, antara lain Quaker Oats, KAO, dan Nestle.
Keputusan terjun ke tekfin dilatarbelakangi tiga faktor. Pertama, Tokopedia ingin mendukung pembukaan akses layanan keuangan bagi penggunanya. Kedua, memenuhi segala jenis kebutuhan pembiayaan, baik modal kerja bagi mitra pedagang maupun pinjaman bagi pembeli. Terakhir, menawarkan kemudahan proses transaksi elektronik.
Operasional tekfin Tokopedia mencakup pilar “Ajukan” dan “Bayar”. Untuk pilar “Ajukan”, produknya meliputi emas, pinjaman modal kerja, kredit daring, reksa dana, kartu kredit, dan asuransi. Secara khusus, Tokopedia menawarkan lebih dari 20 program pinjaman modal kepada mitra pedagang. Program tersebut bekerja sama dengan perbankan.
Sementara pilar “Bayar”, Mellissa mencontohkan pembayaran kartu kredit, air PDAM, layanan seluler pascabayar, listrik PLN, dan jaminan sosial kesehatan. Bahkan, kata dia, bayar zakat dan retribusi layanan publik pun sudah bisa di Tokopedia. “Produk tekfin pembayaran tumbuh merata,” ungkap dia.
Mengenai bisnis awal – laman pemasaran C2C - Mellissa mengklaim pencapaian kinerjanya terus melejit. Sejak berdiri sampai sekarang, jumlah mitra pedagang bertambah menjadi 3,7 juta orang. Total jenis barang atau SKU meningkat menjadi 86 juta.
Perusahaan pun tetap memperlakukan “istimewa” pada bisnis laman pemasaran C2C. Misalnya, menyelenggarakan program Maker Fest di beberapa kota untuk menggaet mitra penjual baru serta mensosialisasikan kewirausahaan.
“Sekitar 70 persen dari total mitra penjual bisnis laman pemasaran C2C kami adalah wirausaha baru. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, seperti ibu rumah tangga dan mahasiswa,” tutur dia.
Go-Jek
Go-Jek merupakan perusahaan rintisan bidang teknologi digital pertama asal Indonesia yang memperoleh gelar unicorn. Gelar ini mantap mereka sandang tepat pada tanggal 4 Agustus 2016 setelah menerima pendanaan senilai 550 juta dollar AS dari konsorsium delapan investor yang dipimpin oleh Sequoia Capital dan Warbrug. Jika menilik tanggal kelahirannya, Go-Jek berhasil menyandang gelar itu setelah sekitar enam tahun berdiri.
Suntikan dana terus dialami oleh perusahaan teknologi yang didirikan oleh Nadiem Makarim ini. Mengutip Crunchbase.com, per tanggal 12 Februari 2018, Go-Jek berhasil mengumpulkan pendanaan tambahan sebesar 1,5 miliar dollar AS dari sebelas investor. Dengan demikian, total dana yang terkumpul menjadi 2,1 miliar dollar AS.
Sejak didirikan tahun 2010 sampai sekarang, Go-Jek telah tumbuh menjadi “super apps”. Dalam satu platform kini tersedia sekitar 15 fitur layanan jasa permintaan atau on-demand services, antara lain Go-Ride, Go-Food, dan Go-Send.
Michael Say, Vice President Corporate Communication PT Go-Jek Indonesia mengatakan, misi perusahaan adalah menawarkan solusi atas permasalahan hidup sehari hari. Pada saat bersamaan, solusi diciptakan untuk membantu UMKM dan pekerja informal agar mereka memperoleh pendapatan yang lebih baik.
“Semua fitur layanan di Go-Jek memiliki benang merah yang sama, yaitu memberikan solusi atas permasalahan mendasar, sehingga bagi konsumen hidupnya semakin mudah dan efisien. Sementara bagi UMKM dan pekerja sektor informal, solusi diharapkan mampu memperluas pasar,” ujar dia.
Michael mengemukakan, Go-Jek selalu melihat data dalam setiap pengembangan fitur. Sebagai ilustrasi, pada saat awal Go-Food dikembangkan, perusahaan melihat layanan ini tidak hanya sekadar membantu mitra pengemudi meningkatkan produktivitasnya dan tidak bergantung pada layanan transportasi saja. Lebih dari itu, Go-Food membantu usaha kuliner memperluas pasarnya dan lebih efisien karena tidak perlu armada pesan-antar sendiri.
Situasi itu kemudian didukung oleh data yang menyebutkan sebanyak 80 persen dari pemesanan layanan Go-Mart (barang kebutuhan sehari-hari) saat awal aplikasi Go-Jek diluncurkan adalah pemesanan makanan.
Demi menghadirkan pelayanan optimal di setiap fitur layanan jasa, Go-Jek tidak segan-segan mengakuisisi perusahaan sektor terkait produk mereka. Pada Agustus 2018, Go-Jek mengakuisisi perusahaan rintisan teknologi manajemen tiket dan acara bernama Loket. Langkah ini diambil demi mendongkrak kemajuan layanan penjualan tiket Go-Tix. Kedua perusahan siap berkolaborasi mengembangkan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan kepada promotor acara ataupun pengunjung.
Salah satu fitur yang terlihat sangat kuat adalah uang elektronik Go-Pay. Sejak diluncurkan sekitar 1,5 tahun lalu, Go-Jek mengklaim sekarang 50 persen dari total pengguna aplikasi membayar segala jenis transaksi menggunakan Go-Pay.
Managing Director Go-Pay Budi Gandasoebrata, menceritakan pencapaian tersebut diawali dengan strategi membangun ekosistem penggunaan (use case) uang elektronik. Pada mulanya, sasaran use case Go-Pay adalah Go-Ride, fitur layanan jasa pertama yang membuat Go-Jek tenar. Go-Ride sudah akrab dipakai masyarakat Indonesia dan kini telah beroperasi di 50 kabupaten/kota.
“Kami membiasakan konsumen layanan ojek Go-Ride membayar layanan menggunakan Go-Pay. Karena setiap hari ojek pasti digunakan, kami menjadi mudah membangun kesadaran bertransaksi nontunai,” kata dia.
Setelah itu, Go-Pay secara perlahan ditawarkan sebagai opsi pembayaran di semua fitur layanan, seperti pemesanan makanan (Go-Food), mobil (Go-Car), dan belanja barang kebutuhan sehari-hari (Go-Mart). Sistem Go-Pay pun “sengaja” didesain terbuka alias bisa diterima oleh sistem perbankan, telekomunikasi, dan bisa dipakai untuk transaksi sehari-hari bahkan di luar ekosistem platform Go-Jek.
Budi mencontohkan, Go-Pay sudah bisa dipakai membayar zakat, transaksi belanja di perusahaan e-dagang, warung ritel kaki lima, aneka tagihan transaksi elektronik, sampai kini berkembang penyaluran kredit usaha rakyat.
“Kami sebenarnya mengembangkan Go-Pay untuk dua segmen pasar sekaligus. Pertama adalah kaum urban yang sudah terakses layanan perbankan atau jasa keuangan konvensional. Kedua yaitu kelompok masyarakat menengah bawah di kabupaten/kota kecil yang belum mengenal dan terakses bank,” ungkap Budi.
Untuk segmen masyarakat menengah bawah, Go-Pay bisa dipakai menjembantani mereka sebelum naik kelas sebagai nasabah loyal bank atau jasa keuangan konvensional lainnya. Apalagi Go-Jek sudah menjadi mitra penyaluran dan pembayaran cicilan kredit bank hingga tagihan asuransi. Kelompok tersebut dapat mengajukan pinjaman melalui Go-Pay, lalu menerima dan membayar setoran lewat Go-Pay lagi.
Untuk memuluskan eksekusi misi itu, tahun 2017, Go-Jek mengakuisisi perusahaan gerbang pembayaran MidTrans, penyedia perangkat pembayaran nontunai Kartuku, dan usaha rintisan bidang tekfin keperluan arisan Mapan.
Budi mencoba memberikan ilustrasi lebih detil. MidTrans merupakan penyedia gerbang pembayaran terbesar untuk dunia e-dagang, sehingga Go-Jek bisa mengembangkan Go-Pay di mitra-mitra pengusaha e-dagang. Misalnya, Sociolla, CottonInk, dan Blibli.com.
Sementara Kartuku telah berpengalaman menyediakan mesin pembaca transaksi nontunai, seperti perangkat pembaca kartu (EDC). Karenanya, Go-Jek akan mengusahakan Go-Pay agar bisa dipakai bertransaksi di ritel besar yang telah kerja sama dengan Kartuku. Contohnya yaitu Starbucks dan KFC.
Adapun Mapan telah berpengalaman menjangkau 1,7 juta komunitas arisan di kabupaten/kota kecil. Go-Pay bisa dipakai mendukung aktivitas arisan mereka. Di sisi lain, komunitas itu dapat diarahkan menjadi agen isi ulang atau layanan keuangan digital bagi masyarakat sekitarnya.
“Sejauh ini, fitur layanan yang berkontribusi paling besar terhadap pendapatan Go-Pay masih Go-Food dan Go-Ride,” ungkap Budi.
Perjalanan selanjutnya
Pada perayaan ulang tahun kedelapan Bukalapak Januari 2018, Zaky mengatakan, perusahaannya akan membuka pusat riset pengembangan seluas 4.000 meter persegi di Bandung. Rencana ini diharapkan segera terealisasi pertengahan tahun.
Pembangunan pusat riset pengembangan sebenernya kelanjutan langkah Bukalapak yang sejak dua tahun terakhir berkutat pada pengelolaan data besar (big data). Bukalapak sengaja merekrut sejumlah ilmuwan data dan ahli mesin. Bahkan, Bukalapak membuka beasiswa bagi mahasiswa di dua bidang tersebut.
Bandung dipilih lantaran Zaky pernah menempuh pendidikan tinggi di sana. Alasan lainnya, Bandung merupakan kota mahasiswa. Ini bakal memuluskan rencananya untuk terus mengelola data berukuran besar hasil transaksi di Bukalapak.
Saat ditanya rencana jangka panjang, dia menyebut siap berinovasi produk media. Dia tidak menjelaskan detil wujud media yang diinginkan.
Tentunya hal itu tidak mengherankan sebab salah satu investor Bukalapak adalah Emtek Group yang membawahi SCTV, liputan6.com, dan Vidio. Saat sekarang pun, ketika pelanggan membuka laman perusahaan, Bukalapak telah memasang fitur “berita” yang semua kontennya terhubung langsung dengan portal liputan6.com
“Korporasi konvensional bertumpu pada aset, sedangkan unicorn pada teknologi. Kami rekrut anak muda yang pandai di teknologi digital. Dana diarahkan lebih besar ke riset,” imbuh Zaky.
Traveloka memandang model bisnis agen perjalanan daring akan tetap menguntungkan pada jangka panjang. Di Indonesia sendiri, pemerintah telah menetapkan pariwisata sebagai salah satu industri strategis sehingga Traveloka terus mempunyai peluang. Busyra mencontohkan Expedia yang meraih kesuksesan sebagai agen perjalanan daring kelas dunia.
“Kami tidak menutup kemungkinan bahwa inovasi tekfin akan ditingkatkan,” tutur dia.
Sementara itu, Tokopedia tetap percaya bahwa laman pemasaran sebagai model bisnis paling indah di dunia. Menurut Mellissa, perusahaannya melihat laman pemasaran mampu membawa lebih banyak mitra wirausaha baru meraih kesuksesan.
Meski begitu, kepercayaan tersebut tidak menghalangi Tokopedia menyediakan aneka fitur di luar laman pemasaran. Dia mengatakan, para pendiri percaya membangun Tokopedia ibarat membangun sebuah kota. Perusahaan juga harus berani berkolaborasi dengan pelaku sektor lain untuk menyediakan aneka produk yang dibutuhkan masyarakat.
Adapun Go-Jek kian memantapkan diri menjadi “super apps”. Hal ini terkonfirmasi melalui pernyataan Michael bahwa Go-Jek senantiasa ingin menciptakan inovasi fitur layanan yang mengatasi permasalahan sehari-hari masyarakat.
Ambisi tersebut didukung apik oleh Go-Pay, uang elektroniknya yang baru 1,5 tahun berhasil dipakai 50 persen dari total pengguna. Budi memastikan bahwa Go-Pay akan terus dikembangkan menjadi infrastruktur pembayaran transaksi nontunai, baik di kota besar maupun kecil.
“Bisa disebut nantinya menjadi layanan keuangan digital. Toh, kami juga sudah menyiapkan Go-Pay sebagai sistem pembayaran \'terbuka\'. Dengan demikian, di luar ekosistem platform Go-Jek, segala jenis layanan dapat digarap,” tutur Budi.