Pilih, Klik, Bayar
Layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang sampai inovasi teknologi pembayaran milik perusahaan rintisan \'unicorn\' ibarat candu. Kecepatan, kepraktisannya, serta kelengkapan fitur produk membuat penggunanya ketergantungan. Selamat datang di era satu aplikasi untuk semua keperluan.
Pada pertengahan Mei 2018, saya bertemu Anggun (30) di sebuah kedai kopi di bilangan Jakarta Pusat. Sambil menunggu pesanan datang, kami bercakap-cakap. Dia bercerita sebenarnya tidak menyimpan uang tunai dalam nominal kecil di dompetnya dan bagaimana perjalanannya ke tempat pertemuan dia naik angkutan berbasis aplikasi. Beruntungnya, dia masih memiliki sejumlah poin loyalitas yang bisa dipakai membayar jasa transportasi itu.
Dia menunjukkan dua aplikasi penting di ponsel pintarnya. Disebut penting karena selalu rutin dia pakai setiap hari sejak dua tahun terakhir. Aplikasi yang dimaksud adalah Go-Jek dan Tokopedia.
“Sebelum dua aplikasi itu populer, dua tahun lalu, aku sudah terbiasa nyaman memakai kartu debet atau kartu kredit untuk membayar belanjaan dan tagihan. Bank penerbit kartu memiliki layanan internet banking yang semakin membuatku \'ketagihan\' nontunai,” ujar perempuan lajang yang sehari-hari bekerja sebagai copywriter di salah satu perusahaan iklan multinasional di Jakarta.
Untuk Go-Jek, dia mengaku memang biasa mengisi ulang fitur dompet elektronik Go-Pay sebesar Rp 1 juta – Rp 1,5 juta per bulan. Nominal itu bisa lebih tergantung seberapa besar pengeluaran harian. Peruntukan uang adalah membayar ongkos transportasi di fitur Go-Ride ataupun Go-Car, jajan makanan di Go-Food, pesan tiket menonton di Go-Tix, dan kadang kirim barang di Go-Send.
Saking rutinnya menggunakan fitur-fitur di Go-Jek, Anggun mengumpulkan poin loyalitas. Poin tersebut dia pakai kembali untuk bertransaksi.
Bagaimana dengan aplikasi Tokopedia? Sebagai anak muda, dia mengaku memang sekarang sedang menggemari belanja barang melalui platform e-dagang. Tokopedia dia nilai sebagai salah satu aplikasi yang lengkap.
Di Tokopedia, dia suka berbelanja pakaian, kebutuhan sehari-hari, dan makanan kering. Alasannya adalah harganya lebih murah dan dapat diantar ke kantor atau rumahnya di Bekasi. Dia merasa dimudahkan.
Setahun terakhir, tiga kebiasaan tersebut masih berlanjut. Malahan, Anggun kini menambah pemakaian Tokopedia untuk membayar aneka tagihan, sebutlah listrik, telepon rumah, televisi kabel, pulsa layanan seluler, asuransi, serta jaminan sosial kesehatan.
“Cepat, praktis, nyaman, nontunai, dan bisa dilakukan di mana saja. Agar semuanya itu tercapai, aku berusaha mengingatkan diriku untuk selalu langsung mengalokasikan sejumlah uang ke dompet elektronik keduanya,” imbuh dia.
Lani (37), ibu tiga orang anak dan tenaga pemasaran di Jakarta, memiliki pengalaman serupa dengan Anggun. Sudah setahun terakhir, dia mengaku aktif sebagai pengguna dompet elektronik Go-Pay. Go-Pay dinilai memudahkan dia membayar fitur-fitur jasa di Go-Jek tanpa perlu memakai uang tunai.
Setiap bulan, rata-rata dia biasa isi ulang Rp 2,5 juta. Uang tersebut dia gunakan untuk membayar jasa fitur-fitur di aplikasi Go-Jek, antara lain Go-Ride, Go-BlueBird, dan Go-Food.
Lani memerinci peruntukan dana tersebut di Go-Pay. Peruntukan pertama yaitu transfer ke pembantu karena dia biasa mengantar-jemput anak bungsu dari sekolah ke tempat les.
Setiap bulan, rata-rata dia mengisi ulang Rp 2,5 juta. Uang tersebut digunakan untuk membayar jasa fitur-fitur di aplikasi Go-Jek, antara lain Go-Ride, Go-BlueBird, dan Go-Food.
Peruntukan kedua adalah memesan makanan saat akhir pekan, apalagi pembantu rumah tangga libur saat Sabtu-Minggu. Atau, pada waktu malam hari, dia bersama keluarga suka kelaparan lalu anak yang tertua akan memesan Go-Food.
Peruntukkan ketiga adalah memesan jasa angkutan umum, seperti Go-BlueBird dan Go-Ride, untuk keperluan bepergian ke lokasi rapat. Hal ini biasa dia lakukan ketika dia tidak kebagian mobil kantor atau terjebak macet di jalan.
Ibunya suka meminta pertolongan isi ulang pulsa layanan seluler. Peruntukan keempat adalah memenuhi permintaan itu.
“Go-Jek dipakai oleh anggota di rumah saya. Ibu, anak, dan, pembantu rumah tangga. Biar gampang saja kalau ingin berbagi peran pembayaran jasa di fitur Go-Jek, lagipula kami bertiga memang aktif menggunakan aneka fitur jasa aplikasi itu dalam keseharian,” kata dia.
Anggun dan Lani adalah contoh konsumen perusahaan rintisan berbasis teknologi unicorn (Go-Jek dan Tokopedia) yang kian termudahkan serta loyal bertransaksi sejak adanya dompet elektronik.
Baca juga: Empat Anak Muda Pendiri Perusahaan Rintisan Masuk Daftar Orang Terkaya di Indonesia
Kisah keduanya berbeda dengan Rossa Jeffri (44), dosen magister perguruan tinggi swasta di Jakarta, ibu rumah tangga, dan juga penyuka jalan-jalan. Sejak 2014 atau setahun setelah unicorn Traveloka berdiri.
Pada tahun itu, dia mengaku memang mulai suka bepergian berdasarkan rekomendasi teman di media sosial ataupun portal berita. Dari sanalah dia mengenal Traveloka. Dia merasa nyaman karena Traveloka menawarkan banyak pilihan penerbangan dan pembayaran melalui internet banking. Dia cukup tunjuk, klik, dan bayar.
“Sampai sekarang, saya masih menggunakan bahkan unduh aplikasinya. Sistem pemrosesan pesanan berjalan cepat. Sejauh ini, deskripsi kamar hotel dan kursi pesawat ataupun kereta api yang saya pesan sesuai dengan kenyataan di lapangan,” kata Rossa.
Dia menambahkan, aplikasi Traveloka adalah rujukan pertama ketika dia ingin membeli kebutuhan bepergian. Walaupun, dia akui dia menyimpan aplikasi agen perjalanan wisata lainnya.
“Yang lain buat pembanding harga saja. Mungkin aplikasi pertama dan sejauh ini katalog kebutuhan bepergian lengkap, saya tetap pakai,” imbuhnya.
Sementara Arsya (27), karyawan swasta, mengatakan telah mengunduh aplikasi para unicorn di ponsel pintarnya. Meski begitu, dia mengaku tidak terlalu fanatik menggunakan. Semuanya dipakai sesuai kadar kebutuhan.
Go-Jek adalah aplikasi teraktif yang dia pakai sehari-hari. Ini disebabkan dia tinggal di Bekasi, sementara aktivitas pekerjaannya terpusat di DKI Jakarta. Setiap hari dia menggunakan jasa bus Transjakarta untuk menjangkau lokasi kerja, kemudian dilanjut ojek berbasis aplikasi.
Traveloka dimanfaatkan tatkala dia akan melancong ke luar kota. Itupun hanya satu-dua kali dalam setahun. Alasannya, produk-produk yang ditawarkan kerap kali lebih murah dibanding agen perjalanan wisata daring lainnya.
Sementara Tokopedia dan Bukalapak akan dia gunakan ketika kedua perusahaan e-dagang mengeluarkan promo potongan harga besar. Pada saat bersamaan, dia juga mempunyai daftar barang harus dibeli.
Arsya mengikuti setiap perkembangan inovasi yang dikeluarkan keempat unicorn itu. Misalnya, tahun 2017, Bukalapak meluncurkan fitur Buka Emas. Seluruh emas yang diperjualbelikan merupakan produk resmi dari PT Aneka Tambang dan terakreditasi oleh London Bullion Market Association. Jual beli emas diperbolehkan mulai dari berat 0,005 gram.
“Aku kan lagi belajar berinvestasi di luar produk perbankan. Jadi, momennya pas ketika Buka Emas hadir. Aku mencoba \'bermain\' (menabung) emas dengan nominal kecil dan sampai sekarang masih melakukannya,” kata dia.