Diserang Taliban, Lebih dari 150 Milisi NIIS Menyerah
Oleh
Retno BIntarti
·2 menit baca
KABUL, RABU — Tekanan yang dilakukan Taliban dalam beberapa pekan terakhir di wilayah utara Afghanistan membuat pejuang Negara Islam di Irak dan Suriah bertekuk lutut. Lebih dari 150 pejuang NIIS menyatakan menyerah.
Kepala Polisi Provinsi Jowzjan, Afghanistan, Jenderal Faqir Mohammad, Rabu (1/8/2018), mengatakan, di antara mereka yang menyerah adalah pemimpin senior NIIS di utara negara itu, Habib-ul Rahman. Dengan menyerahnya milisi NIIS, wilayah yang dikuasai pemerintah semakin bertambah.
Sebelumnya, tentara sudah mengambil alih keamanan di bagian timur kota Jalalabad, ibu kota Provinsi Nangarhar. Kota ini semula dikuasai NIIS.
Dengan menyerahnya milisi NIIS, wilayah yang dikuasai pemerintah semakin bertambah.
Maka, pernyataan menyerah 150 pejuang NIIS di Jowzjan dipandang sebagai titik balik yang sangat berarti. ”Di masa lalu, para pejuang sudah menyerah, tetapi kali ini lebih penting karena pemimpin NIIS dan wakilnya ikut menyerah bersama dengan 150 milisi sekaligus,” kata Mohammad Hanif Rezaee, juru bicara militer, di bagian utara Afghanistan. ”Dengan demikian babak NIIS sudah akan tertutup di utara.”
Jumlah pejuang NIIS sebenarnya relatif kecil, tetapi kehadiran mereka di Afghanistan cukup kuat, terutama di Provinsi Nangarhardan, dan belakangan di Jowzjan. NIIS yang mulai muncul tahun 2014 terlibat pertikaian dengan Taliban yang merupakan kelompok lebih besar. Diperkirakan jumlah mereka 2.000 orang.
Hingga beberapa pekan lalu, menurut Gubernur Lutfullah, ada sekitar 500 pejuang NIIS di Distrik Darzab dan Qush Tepa. Taliban meningkatkan serangan di kedua distrik ini setelah kelompok NIIS melakukan serangan.
Pernyataan pemerintah tentang menyerahnya pejuang NIIS, Rabu, memberi poin bagi Taliban karena sudah ”membersihkan” wilayah utara. Kelompok Taliban mengklaim berhasil menangkap 130 orang, melukai lebih dari 100 orang, dan menewaskan 153 orang. Adapun dari pihaknya sendiri, menurut Taliban, 17 orang tewas dan 13 milisi terluka.
Satu di antara korban meninggal dalam kekerasan di Afghanistan adalah pekerja Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan seorang lagi pekerja Komite Penyelamat Internasional. Belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab. Namun, NIIS disebut-sebut sebagai kelompok paling bertanggung jawab dalam kedua insiden tewasnya pekerja organisasi internasional tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, NIIS telah melakukan serangkaian serangan di Jalalabad dan juga di ibu kota Kabul, dengan sasaran mulai dari kementerian pemerintah sampai pusat pelatihan kebidanan. Bulan lalu kelompok NIIS melakukan serangan bom bunuh diri di bandara dan menewaskan 23 orang.
Peningkatan serangan terjadi saat pasukan AS dan pasukan Afghanistan melakukan serbuan di darat dan udara terhadap NIIS, sementara Taliban juga meningkatkan pertempuran terhadap mereka. ”NIIS berada di bawah tekanan terus-menerus. Mereka kehilangan banyak milisi,” kata Hadi Khalid, mantan jenderal yang kini menjadi pengamat militer. (AFP/AP)