MATARAM, KOMPAS - Tiga hari pascagempa bermagnitudo M 6,4 yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (29/7/2018), distribusi bantuan belum terkoordinasi secara baik. Banyak sumbangan disalurkan langsung kepada pengungsi tanpa koordinasi dengan Posko Utama yang didirikan Pemerintah Lombok Utara, sehingga distribusi tak merata.
Rabu (1/8/2018), di Posko Utama Kantor Camat Bayan, Lombok Utara, bantuan menumpuk di ruang dan halaman kantor. Di sisi lain, para pengungsi berharap segera menerima bantuan seperti beras, selimut, pakaian layak pakai, dan tenda berteduh.
Di sejumlah titik pengungsian di Kecamatan Bayan dan Sembalun, Lombok Timur, bantuan mulai diberikan di posko-posko. Lokasi-lokasi pengungsian yang berdekatan dengan kantor desa mendapat bantuan berlebih, sedangkan pengungsi di posko mandiri di kaki Gunung Rinjani kekurangan bantuan.
“Kami milih langsung memberi bantuan ke pengungsi di wilayah yang menurut informasi belum mendapat bantuan pemerintah, tanpa memberitahu pemerintah desa,” kata Saiful (37), relawan asal Desa Kediri, Lombok Barat, ditemui di Dusun Pademare, Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Kebutuhan yang masih diperlukan, antara lain air bersih, makanan siap saji, selimut, tikar, MCK, dan kebutuhan dasar lain.
Dusun itu di jalur pendakian Gunung Rinjani sekitar lima kilometer dari Jalan Raya Bayan. Ada 97 keluarga (291 jiwa) kehilangan rumah. Jalan terjal minim aspal dan tanpa sinyal telepon membuat warga dusun terlambat menerima bantuan.
Sebelumnya, Saiful juga menyalurkan bantuan kepada warga Dusun Torean, Desa Loloan, Kecamatan Bayan. “Selama tiga hari pertama pascagempa belum ada bantuan ke dusun itu,” katanya.
Relawan Forum Wirabaru, Maruli Sartadi mengatakan, warga Dusun Lembah Petak dan Kebaloan di Desa Senaru, serta Dusun Sembulan Batu, Desa Anyar, tiga hari pascagempa juga belum mendapat bantuan. Ada 92 keluarga di tiga dusun yang hanya bisa dijangkau sepeda motor sekitar 30 menit dari Desa Senaru dan Desa Anyar itu. Di tiga dusun itu, pengungsi mulai batuk, pilek, sakit perut, dan gatal-gatal.
“Kebanyakan pengungsi menderita batuk dan pilek karena kedinginan saat malam hari. Sebaiknya mereka menggunakan selimut karena suhu amat dingin di kaki Gunung Rinjani,” kata Wandi, salah satu dokter yang menjadi relawan pengungsi gempa bumi. Suhu pada malam hari di Lombok, saat ini mencapai 15 derajat Celsius.
Persoalannya, bantuan selimut masih kurang. Kalaupun ada, belum terdistribusi merata di lokasi-lokasi pengungsian.
Pasti disalurkan
Sekretaris Desa Sambik Elen, Muhammad Harlan mengatakan, jika ada warga yang ingin memberi batuan kepada pengungsi, hendaknya melapor ke pihak desa untuk didata. Itu guna memastikan terdistribusi merata.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang juga Sekretaris Daerah Lombok Utara Suardi mengatakan, bantuan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, saat ini tersebar di Kantor Bupati, kecamatan, dan kantor desa.
Untuk menyalurkan bantuan itu, kepala desa dan camat diminta mengajukan permohonan kepada BPBD. Suardi memastikan bantuan diberikan hari itu juga setelah ada permintaan tertulis dari camat-kepala desa.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, jumlah pengungsi gempa mencapai 10.062 jiwa. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bantuan bagi korban gempa di Lombok masih terus disalurkan. Selain penyembuhan trauma, bantuan perlengkapan dasar juga masih dinantikan pengungsi.
“Kebutuhan yang masih diperlukan, antara lain air bersih, makanan siap saji, selimut, tikar, MCK, dan kebutuhan dasar lain,” kata Sutopo.
BNPB juga mencatat, saat ini jumlah rumah yang mengalami kerusakan mencapai 5.448 unit. Menurut Sutopo, pemerintah juga akan memberikan bantuan stimulan untuk rumah rusak berat sejumlah Rp 50 juta per unit, dan Rp 10 juta per unit untuk rusak ringan.
“Saat ini pendataan rumah rusak berat dan ringan masih diverifikasi oleh tim khusus,” kata Sutopo.
Sutopo menambahkan, setelah proses verifikasi, pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan Utara diminta untuk segera membuat surat keputusan terkait pemberian bantuan rumah. Surat keputusan tersebut disusun berdasarkan nama dan alamat korban.
“Verifikasi akan dilakukan bertahap tanpa harus menunggu semua korban terverifikasi. Setelah dibuatkan SK, pengungsi akan dibuatkan nomor rekening. Dana itu akan dikirimkan melalui rekening tersebut lewat pemerintah daerah,” kata Sutopo. (E21)