Teheran menolak tawaran Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk berdialog membicarakan hubungan AS dan Iran. Iran juga menyatakan ancaman dan sanksi AS terhadap Iran tidak akan berhasil.
Washington pada Mei lalu telah menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir 2015 dan menetapkan untuk menerapkan kembali sanksi penuh terhadap Iran mulai 6 Agustus 2018. Oleh karena itu, Teheran tidak menghiraukan tawaran Trump pada Senin lalu untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani ”kapan saja” tanpa prasyarat.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam Twitter menyatakan, ancaman dan sanksi AS tersebut tidak akan berhasil. Ia menyarankan AS menghormati Iran dan komitmen internasional.
Garda Revolusi juga menentang jika ada rencana pembicaraan antara Iran dan AS. Jenderal Mohammad Ali Jafari, Komandan Garda Revolusi, dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan di media lokal menyatakan, rakyat Iran tidak mengizinkan pejabat Iran untuk bertemu Trump karena Iran bukan Korea Utara.
Selasa lalu, dalam pertemuan di Tampa, Florida, Trump mengatakan ingin segera melakukan pembicaraan dengan Iran. Dia menggunakan kesempatan itu untuk membongkar kesepakatan nuklir 2015 yang melibatkan Iran dan negara-negara Barat. AS menarik diri dari kesepakatan nuklir tersebut Mei lalu.
Belum ada tanggapan resmi dari pejabat tertinggi di Iran. Namun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan dua pekan lalu bahwa pembicaraan dengan Trump tidak ada gunanya.
Tak percaya
Rasa tak percaya kepada AS makin menguat di Teheran terlebih pada taktik terbaru Trump. Seorang anggota Parlemen Iran berpendapat, negosiasi dengan AS justru akan menjadi ”penghinaan” bagi Iran.
Meskipun ada penolakan, banyak warga Iran yang khawatir bahwa sanksi AS tersebut bisa membuat Iran jatuh dalam krisis besar.
Grand Bazaar Teheran mulai berkemas pada Rabu saat makan siang karena pelanggan bergegas membeli sejumlah barang. Mereka khawatir akan apa yang mungkin terjadi ketika sanksi penuh AS diberlakukan pada Senin mendatang.
”Kami sudah sangat sibuk beberapa hari terakhir ini. Orang-orang khawatir, jika mereka tidak membeli barang hari ini, bisa jadi barang-barang itu tidak akan tersedia besok,” kata Ali yang membuka toko dapur di Grand Bazaar Teheran.
Ali menyebutkan, alasannya adalah grosir dan importir menolak untuk memberikan stok baru. Mereka lebih suka menahan barang, sampai krisis ekonomi bisa lebih dipahami. Klaim tersebut didukung pemilik toko lain.
Tanda terbesar dari krisis di Iran sejauh ini adalah jatuhnya mata uang Iran yang telah merosot dua pertiga dari nilainya sejak awal tahun, termasuk penurunan hampir 20 persen pada Minggu dan Senin lalu.
Nilai rial Iran merosot setelah ada tawaran dari Trump untuk melakukan pembicaraan. Nilai rial sebesar 109.000 terhadap dollar AS pada Rabu (1/8/2018) pagi. Beberapa tokoh masyarakat Iran mengatakan, tidak mungkin membayangkan Iran bernegosiasi dengan Washington setelah semua pertikaian selama beberapa bulan terakhir.
Dua tahun
Menurut Zarif di Twitter, Iran dan AS memiliki dua tahun pembicaraan. ”Dengan EU / E3 + Rusia + China, kami menghasilkan perjanjian multilateral yang unik, kesepakatan nuklir JCPOA. Kesepakatan itu sudah berjalan. AS justru menarik diri,” tulis Zarif di Twitter.
Ali Motahari, Wakil Ketua Parlemen Iran, mengatakan, gagasan negosiasi yang ditawarkan Trump tidak dapat dibayangkan. ”Ini akan menjadi penghinaan,” ujarnya. Baru pekan lalu Trump memperingatkan Hassan Rouhani di Twitter bahwa Iran akan menderita jika terus mengancam AS.
”Kami tidak dapat bernegosiasi dengan seseorang yang melanggar komitmen internasional, mengancam untuk menghancurkan negara, dan terus mengubah posisinya,” kata analis Mohammad Marandi dari Universitas Teheran, yang merupakan bagian dari tim negosiasi nuklir.
Beberapa pejabat lebih mudah menerima. Heshmatollah Falahatpisheh, Kepala Komisi Urusan Luar Negeri Parlemen Iran, dalam sebuah wawancara dengan kantor berita ISNA mengatakan, negosiasi dengan AS bukanlah hal yang tabu.
Motahari menambahkan, kelompok garis keras yang telah lama menentang kesepakatan dengan AS itu justru menyalahkan hancurnya kesepakatan nuklir tersebut.
”Jika seluruh sistem Iran telah bekerja untuk menerapkan kesepakatan nuklir ini, hari ini kita akan menyaksikan kehadiran perusahaan-perusahaan Eropa di Iran dan investasi mereka, dan bahkan Trump tidak akan dapat menarik diri dengan mudah dari kesepakatan itu,” katanya.
Menurut mereka, sejak awal ada satu bagian dari sistem yang tidak menginginkan kesepakatan itu berjalan. (AFP)