MEKKAH, KOMPAS –Sarana transportasi bus bagi jemaah haji menjadi sangat vital bagi kelancaran mobilitas mereka untuk menunaikan rangkaian ibadah di Masjidil Haram. Selain menopang pergerakan jemaah, layanan angkutan massal gratis itu juga sangat efektif dalam menjaga stamina jemaah, terutama berlindung dari terpaan cuaca panas Arab Saudi.
Rahmat Maroni (53), jemaah yang tergabung dalam Kelompok Terbang 3 Jakarta/Bekasi (JKS) merasakan betapa kebutuhan mobilitasnya dari masjidil haram ke hotel pemondokannya, sangat terbantu dengan tersedianya bus tersebut. Dalam situasi diliputi perasaan asing di sebuah kota di luar negeri, Maroni dan teman-temannya merasa aman bergerak pergi-pulang antara pemondokan dan Masjidil Haram.
Mencoba jalan kaki atau mencari angkutan lain sangat rawan mengundang kelelahan fisik dan kemungkinan tindak penipuan, seperti kisah yang kerap menimpa jemaah di Mekkah.
“Tak kalah pentingnya, suhu udara di luar ruang yang panas sangat berisiko menguras stamina kami,” ujar Rahmat saat ditemui Rabu (1/8/2018), di pemondokanya, Al Wehda Towers, Kawasan Al Mansour, Mekkah, sekitar 4 km dari Masjidil Haram.
Komentar yang sama dikemukakan pendamping jemaah asal Surabaya, Subaidi dan Kholid . Jemaah yang didampinginya mendiami Sektor XI, Syisyah, sekitar 8 km. “Saya sulit membayangkan bagaimana jadinya jika tidak ada bus antar-jemput itu. Bisa-bisa jemaah kami telantar di Masjidi Haram,” kata Subaidi.
Pada musim haji 2018 ini, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyediakan 272 bus yang siaga beroperasi 24 jam. Moda angkutan yang dinamai “Bus Shalawat” tersebut terus bergerak siang-malam ke 11 sektor pemondokan untuk melayani antar-jemput jemaah tanpa pungutan biaya. Pangkalan bus tersebar di empat titik sekitar masjid, yakni di area Jamarat, Bab Ali, Syib Amir, Jiad. Jarak pangkalan dari ke masjid rata-rata 200 meter.
“Nama ‘shalawat’ diambil dari istilah layanan shalat lima waktu. Maksudnya,supaya selama berada di Mekkah, para jemaah bisa menunaikan shalat lima waktu di Masjidil Haram,” ujar Endang Jumali, Kepala Daerah Kerja Mekkah PPIH.
Pada praktiknya, bus tersebut tak hanya efektif untuk keperluan shalat lima waktu bagi jemaah. Untuk agenda umrah berupa tawaf (berjalan mengelilingi kabah 7 kali) dan sai (berlari-lari kecil antra Bukit Shafa dan Marwah) pun, bus itu juga menolong. Umrah adalah kegiatan wajib yang harus dijalani jemaah sewaktu masuk ke Tanah Suci Mekkah untuk berhaji.
Menurut pantauan Kompas, selama sepekan terakhir, begitu tiba di Kota Mekkah-- baik yang masuk dari Madinah maupun Jeddah -- jemaah langsung ke kamar hotel untuk istirahat sejenak sembari menyimpan koper dan barang perlengkapan lainnya. Setelah itu, oleh pembimbing ibdah, mereka diarahkan naik bus untuk berangkat segera ke Masjidil Haram untuk umrah. Kegiatan umrah terbuka 24 jam, sehingga tak heran jemaah yang tiba malam hari pun di Mekkah, dapat menunaikan umrah pada dini hari jelang subuh.
Umrah saat tengah malam bagi jemaah Indonesia yang berfostur tubuh kecil. Saat tengah malam, tak banyak jemaah dari negari-negara lain yang umrah. “Situasi seperti itu menjauhkan persentuhan dan benturan dan risiko tergencet jemaah dari negara lain yang berbadan lebih tinggi dan besar,” ujar Subaidi. (NAR)