Jumlah Perempuan Hamil Berumur Lebih dari 35 Tahun Terus Meningkat
Persalinan aktris Brigitte Nielsen pada usia 55 tahun memunculkan kesadaran bahwa umur kehamilan perempuan makin menua. Persoalan itu memang lebih banyak dihadapi negara maju. Di negara berkembang, pelan tapi pasti, persoalan itu akan dihadapi juga.
Brigitte Nielsen, aktris, model, dan juga bintang televisi berdarah Denmark itu melahirkan putrinya yang diberi nama Frida pada Juni lalu. Frida adalah anak pertama Brigitte dari suaminya, Mattia Dessi (39), tapi anak kelima dari pernikahan-pernikahan sebelumnya.
Brigitte dan Mattia menikah pada 2006 saat Brigitte berumur 43 tahun. Tiga tahun sebelumnya, Brigitte telah membekukan sel telurnya. Dia memiliki kesempatan hamil 3-4 persen dengan sel telurnya sendiri dan telah mengikuti program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) selama 14 tahun terakhir.
Kehamilan di usia yang tak muda lagi itu menimbulkan kontroversi. ”Beberapa perempuan berpikir, saya terlalu tua. Tetapi, berapa banyak laki-laki yang memiliki anak pertama di usia 60-an tahun dan 70-an tahun tidak pernah dipersoalkan,” katanya.
Meski demikian, Brigitte menghargai penolakan sebagian orang atas keputusannya itu. ”Namun, ini hidup saya dan saya memiliki hubungan yang baik dengan suami,” kata Brigitte kepada majalah People seperti dikutip BBC, Kamis (26/7/2018).
Ibu pasca-”menopause”
Jumlah ibu yang hamil pada usia di atas 40 tahun di Inggris terus meningkat. Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris menyebut, tingkat kehamilan pada semua kelompok umur pada 2016 menurun, kecuali pada kelompok umur di atas 40 tahun yang justru naik 2 persen.
Data ONS lain menunjukkan, jumlah perempuan Inggris berumur lebih dari 45 tahun yang melahirkan pada 2015 naik lebih dari sepertiga dibandingkan data pada 2009. Sebaliknya, jumlah ibu berumur kurang dari 18 tahun yang melahirkan turun separuhnya pada tahun yang sama.
Kondisi di klinik-klinik kesehatan dan bayi tabung di Inggris menunjukkan hal itu. Jumlah perempuan yang mengikuti program bayi tabung pada umur lebih dari 40 tahun pada 2016 juga naik dua kali lipat dibandingkan tahun 1990-an.
Jumlah perempuan berumur 40-50 tahun yang mencari informasi tentang kehamilan dan bayi tabung juga meningkat. Bahkan, salah satu klinik bayi tabung terkemuka di Inggris telah menyiapkan brosur khusus untuk mereka yang berusia lebih dari 50 tahun.
Di Amerika Serikat pun, kondisinya serupa. Jumlah perempuan yang melahirkan anak pertama pada usia 35-39 tahun meningkat 9 kali lipat dari 1,7 perempuan per 1.000 perempuan pada 1970-an menjadi 11 perempuan per 1.000 perempuan pada 2012.
Kondisi di Indonesia pun menunjukkan makin bergesernya umur ibu melahirkan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan, umur median melahirkan pertama bertambah dari 20,8 tahun pada SDKI 1997 menjadi 22 tahun pada 2012.
Puncak kemampuan reproduksi perempuan Indonesia pun bergeser dari umur 20-24 tahun pada 2007 menjadi 25-29 tahun pada 2012. Pada periode yang sama, jumlah perempuan usia 40-44 tahun yang melahirkan juga naik dari 19 kelahiran jadi 21 kelahiran per 1.000 perempuan. Adapun pada kelompok umur 45-49 tahun justru turun dari 6 kelahiran menjadi 4 kelahiran per 1.000 perempuan.
Layanan bayi tabung pun kini makin meluas. Banyak rumah sakit di sejumlah kota besar di Indonesia menawarkan program itu.
Janine Elson, direktur medis CARE Fertility Group, kelompok klinik bayi tabung terkemuka di Inggris, mengingatkan, meski perempuan di atas usia 50 tahun bisa melahirkan bayi sehat, risiko kehamilan dan persalinan meningkat sesuai bertambahnya usia ibu.
Untuk hamil, perempuan di atas 50 tahun kemungkinan besar harus menggunakan sel telur donor. Namun, mereka dapat menggunakan sel telurnya sendiri yang telah dibekukan ketika dirinya belum mencapai usia menopause.
“Kami harus melakukan penapisan secara intensif untuk perempuan berumur lebih dari 50 tahun yang ingin hamil karena mereka berisiko lebih tinggi mengalami diabetes dini, kolesterol tinggi dan kanker payudara dini,” katanya.
Kami harus melakukan penapisan secara intensif untuk perempuan berumur lebih dari 50 tahun yang ingin hamil.
Ahli kesuburan Amerika Serikat Sherman Silber seperti dikutip BBC, 28 Oktober 2010 menyarankan perempuan yang berencana hamil pada usia 40 tahun perlu membekukan sel telurnya pada umur 19 tahun. Makin muda melakukan pembekuan sel telur, makin bagus kualitas dan kuantitas sel telurnya.
Risiko tinggi
Selama ini, ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi. Sama dengan ibu yang hamil kurang dari 18 tahun, hamil terlalu banyak dan hamil terlalu dekat jaraknya.
Ibu yang hamil pada umur lebih dari 35 tahun berisiko mengalami peningkatan tekanan darah, preeklamsia, dan diabetes gestasional. Jika mereka menggunakan sel telurnya sendiri, risiko kelainan genetik pada janin yang dikandungnya meningkat seiring bertambahnya usia.
Studi Haroon Saloojee dan Hoosen Coovadia dalam ”Maternal Age Matters: For a Lifetime, or Longer” di jurnal The Lancet Global Health, Juli 2015, menyebut, meski ibu yang berumur lebih dari 35 tahun memiliki peningkatan risiko kelahiran prematur, anak-anak mereka memiliki risiko stunting (bertubuh pendek) lebih rendah dan pendidikan lebih baik dibanding ibu muda berumur kurang 19 tahun.
Selain itu, perempuan usia lebih dari 50 tahun yang melahirkan seharusnya tidak mengalami masalah dengan menyusui. Namun, seiring bertambahnya usia, tantangannya akan makin besar, termasuk mengalami menopause pascapersalinan.
”Saat perempuan hamil, jumlah hormon akan menurun dan perempuan bisa mengalami menopause hingga mengalami kerapuhan emosi dan kepanasan (hot flushes) sepanjang malam sembari harus berjaga menemani bayi,” kata Janine.
Kurang dukungan
Selain isu kesehatan, perempuan berumur lebih dari 40 tahun yang hamil juga kurang mendapat dukungan dari orang-orang sekitarnya. Meski saat ini ibu bersalin di umur awal 40 tahun cukup banyak, stigma sering kali mereka alami.
Di Indonesia, khususnya di perdesaan, saat ibu berumur lebih dari 40 tahun memeriksakan bayinya untuk imunisasi, pertanyaan yang sering diucapkan petugas kesehatan adalah, ”Ini anaknya atau cucunya?”.
Umur reproduksi perempuan di perdesaan memang lebih panjang dibandingkan yang tinggal di perkotaan. Jumlah perempuan hamil di usia lebih dari 40 tahun memang lebih banyak terjadi di perdesaan, demikian pula kehamilan pada usia remaja kurang dari 18 tahun.
Peneliti senior di London Women’s Clinic, yang juga peneliti tamu di Pusat Penelitian Keluarga Universitas Cambridge, Inggris, Zeynep Gurtin, mengatakan, semua ibu butuh dukungan dari teman sebaya. ”Masalahnya, tidak ada kelompok dukungan untuk ibu yang berumur lebih tua,” katanya.
Zeynep mengakui pandangan miring terhadap ibu yang hamil pada usia tua dibandingkan ayah yang sudah tua. Pandangan miring publik itulah yang dialami Brigitte. Padahal, aktor George Clooney juga baru memiliki anak pada usia 56 tahun. Namun, tidak ada pandangan miring yang diarahkan padanya.
Pandangan misogini itu memang lebih banyak dihadapi masyarakat di negara-negara maju yang populasinya terus menua. Sementara di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih berkutat dengan persoalan ibu hamil pada usia remaja atau anak-anak yang memiliki risiko kesehatan sama dan dampak sosial budaya yang tak kalah pelik.