[caption id="attachment_7320346" align="alignnone" width="720"] Dayuna (45), petani (di depan), menunjukkan embung yang menjadi sumber air bagi sawahnya yang didera kekeringan di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu (29/7/2018). Dayuna terpaksa mengeluarkan biaya Rp 3 juta untuk mengaliri tiga hektar lahannya.[/caption]
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pertanian mencatat, selama Januari-Juli 2018 kekeringan melanda 115.371 hektar persawahan padi di Indonesia, 23.895 hektar di antaranya puso. Pemerintah dinilai perlu memetakan lahan dan memanfaatkan prediksi cuaca untuk memitigasi dampak kekeringan.
Akan tetapi, luas terdampak kekeringan dinilai kecil, yakni 1,2 persen dari total luas tanam padi yang diklaim mencapai 9,01 juta hektar. Menurut data itu, wilayah puso yang relatif luas terjadi di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB) Eva Anggraini, Kamis (2/8/2018), berpendapat, pemerintah perlu memanfaatkan data cuaca untuk mengantisipasi kekeringan.
Terkait kekeringan, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Dwi Andreas Santosa menambahkan, pemerintah sebaiknya memetakan lahan-lahan yang potensial panen dan tidak terdampak kekeringan. Tujuannya menghitung produksi dalam menstabilkan pasokan dan harga beras.
Menurut Andreas, kebijakan terkait pengadaan beras seharusnya sudah dibahas dan diputuskan agar lonjakan harga yang terjadi pada awal 2018 tidak terulang lagi. ”Paling lambat September 2018 (sudah ada keputusan),” ujarnya.
Dosen Program Studi Rekayasa Pertanian Institut Teknologi Bandung, Ramadhani Eka Putra, berharap impor jadi langkah terakhir mengamankan pasokan beras nasional. Pemerintah juga perlu terus mempromosikan ragam sumber karbohidrat alternatif selain beras. Tujuannya mengurangi ketergantungan pada beras.
Siapkan pengering
Kementerian Pertanian menyiapkan 1.000 unit pengering jagung bergerak untuk petani. Dengan pengering itu, kualitas jagung petani diharapkan semakin baik dan bisa diserap industri pengolah jagung.
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir di Jakarta, Kamis (2/8/2018), menyatakan, mesin pengering didistribusikan melalui kantor dinas di daerah. Selain jagung, mesin bisa dipakai untuk mengeringkan gabah.
KTNA bersama dengan Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) dan Koperasi Mitra Santri Nasional akan memanfaatkan mesin dan mencari pasokan jagung. KTNA juga akan menandatangani nota kesepakatan dengan Charoen Phokphand terkait penyerapan jagung petani.
Ketua Umum APJI Sholahuddin menambahkan, masalah petani jagung selama ini terletak pada penanganan pascapanen, yaitu pengeringan. Akibat keterbatasan pengering, kualitas jagung turun dan harganya jatuh, terutama saat panen dan masih turun hujan.