ASEAN Beri Perhatian pada Gagasan Indonesia soal Indo-Pasifik
Oleh
Mh Samsul Hadi, dari Singapura
·4 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS — Para menteri luar negeri ASEAN sepakat untuk memperkuat arsitektur regional berpusat pada ASEAN yang transparan, inklusif, dan berbasis aturan. Hal ini dilakukan agar ASEAN mampu bertahan dalam menghadapi persaingan negara-negara besar di kawasan.
Komunike bersama Pertemuan Para Menlu ASEAN (AMM) yang dirilis, Kamis (2/8/2018), juga mencatat konsep Indo-Pasifik yang digulirkan Indonesia guna meredam persaingan kekuatan- kekuatan besar dengan prinsip-prinsip yang hampir sama dengan kebutuhan negara-negara ASEAN lainnya.
”Kami mencatat pemaparan tentang konsep Indo-Pasifik dari Indonesia,” demikian salah satu butir komunike. ”Kami menanti diskusi berikutnya tentang konsep Indo-Pasifik yang merangkum prinsip-prinsip utama seperti Sentralitas ASEAN, keterbukaan, transparansi, inklusivitas, pendekatan berbasis aturan.”
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan gembira konsep Indo-Pasifik dari Indonesia mulai mendapat perhatian besar dari negara-negara lain, terutama di ASEAN. Ia mengibaratkan hal itu dengan ungkapan ”bola telah menggelinding”.
”Ini bukan konsep yang sekali dibuka, bakal langsung diadopsi semua pihak. Kerja ini masih berlangsung. Indonesia tidak mau mementingkan diri sendiri. Inisiasi Indonesia ini terbuka untuk diperkaya pihak-pihak lain,” kata Retno kepada wartawan.
Ia mengakui ada konsep-konsep lain tentang Indo-Pasifik yang diajukan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Australia, India dan lain-lain. Retno menambahkan, dirinya tidak terkejut jika isu Indo-Pasifik ini juga akan dibahas dalam pertemuan bilateralnya dengan Menlu AS Mike Pompeo di Jakarta, Sabtu besok.
Di ASEAN, gagasan Indo-Pasifik diinisiasi Indonesia setelah melihat ancaman pertarungan negara-negara besar di kawasan Asia Pasifik dan Samudera India, seperti AS dan China serta India, Australia, dan Jepang, yang akan mempengaruhi Asia Tenggara.
Selain mencatat konsep Indo-Pasifik dari Indonesia, pertemuan menlu ASEAN juga membahas beberapa inisiatif yang diajukan negara mitra wicara, seperti konsep dan strategi Indo-Pasifik, Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI), dan lain-lain. Menghadapi inisiatif-inisiatif itu, cermin kepentingan negara-negara luar pada ASEAN, ditegaskan pentingnya sentralitas dan persatuan ASEAN.
Adanya tekanan dan tarikan dari negara-negara besar terhadap negara-negara ASEAN disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam upacara pembukaan, kemarin. ”Kita semua bisa melihat ketidakpastian geopolitik yang terus meningkat. Pada saat yang sama, semua negara anggota ASEAN tak luput dari tarikan dan tekanan yang berbeda-beda dari kekuatan-kekuatan besar,” kata Lee.
Ia tidak menyebut negara-negara kekuatan besar yang dimaksud. Namun, saat ini berlangsung persaingan keras antardua kekuatan besar dunia, AS dan China, dalam memperebutkan pengaruh di kawasan ataupun di tingkat global. India, Jepang, dan Australia meramaikan pertarungan kepentingan dan pengaruh di kawasan Asia Pasifik, Laut China Selatan, dan Samudra India.
Forum AMM tidak hanya diikuti para menlu dari 10 negara ASEAN. Pertemuan itu juga dihadiri para menlu dari negara-negara mitra wicara yang selama ini saling berebut pengaruh dan kepentingan, seperti Amerika Serikat, China, Rusia, India, Australia, Jepang, dan lain-lain.
ASEAN menyediakan forum pertemuan bagi negara-negara itu dalam Pertemuan Puncak Asia Timur (EAS), Sabtu lusa. ”Ketegangan perdagangan antara AS dan para mitra wicara kita yang lain, termasuk China, Uni Eropa, dan Kanada, bereskalasi. Sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, yang mendukung pertumbuhan dan kemakmuran ASEAN, tertekan,” ujar PM Lee.
”Adalah penting bahwa ASEAN terus mendukung sistem multilateral dan bekerja dengan para mitra yang memiliki pandangan serupa untuk memperdalam jaringan kerja sama.”
Sistem multilateral dalam tata pergaulan internasional terancam sejak Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS 2016. Dengan slogan America First (mengutamakan Amerika), Trump mengedepankan pendekatan unilateral dan proteksionisme di bidang perdagangan.
Guna menghadapi kecenderungan anti-multilateral itu, ASEAN melipatgandakan negosiasi pembentukan blok perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Blok ini dirancang bakal beranggotakan 10 negara ASEAN plus Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Kesepakatan pembentukan RCEP diharapkan selesai tahun ini
Sengketa LCS
Komunike Bersama AMM juga mencatat kesepakatan antara ASEAN dan China dalam menyusun draf tunggal untuk menegosiasikan Kode Tata Berperilaku (COC) dalam sengketa di Laut China Selatan. Menlu Singapura Vivian Balakrishnan mengungkapkan, kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan di Changsha, China, 27 Juni lalu.
”Sekadar mengklarifikasi, ini bukan berarti negosiasi sudah berakhir. Draf ini menjadi dasar bernegosiasi, dan bukan berarti seluruh persoalan telah selesai,” kata Vivian dalam jumpa pers.
Sengketa LSC terkait klaim wilayah di perairan LCS melibatkan empat negara ASEAN (Malaysia, Brunei, Vietnam, dan Filipina) serta China dan Taiwan. ”Kami menekankan perlunya menjaga lingkungan yang kondusif untuk negosiasi COC,” demikian kutipan komunike bersama.