Menjelang selesainya hukuman 10 tahun di dalam penjara, Rita sudah tak sabar ingin segera kembali berkumpul dengan empat anaknya. Tentu saja selanjutnya dia harus bekerja untuk menunjang hidup. ”Saya memerlukan penghasilan untuk bisa menghidupi mereka di rumah, sekaligus juga untuk stabilitas emosi saya. Saat menjalani hukuman, saya tidak bisa melihat bagaimana hal ini bisa dilakukan,” ungkap Rita, bukan nama sebenarnya.
Pada 18 bulan sebelum bebas, perempuan berusia 49 tahun ini bekerja paruh waktu di Shine, perusahaan jasa katering dan penyewaan ruangan, di Inggris utara. Penghasilan yang dikumpulkannya digunakan untuk uang muka kontrak rumah. Karena dia merupakan pekerja regular, Rita dapat sekalian mengasuh anak-anaknya.
Rita yang dihukum karena kasus pencucian uang, termasuk narapidana yang beruntung. Menurut lembaga sosial Prison Reform, kurang dari satu di antara 10 napi perempuan bisa mendapat pekerjaan setelah mereka bebas. Jenny Earle, kepala lembaga itu, mengatakan, anak-anak yang ibunya dipenjara sering harus hidup dengan sanak saudara, pindah rumah, dan pindah sekolah. Dalam sejumlah kasus, anak-anak terpaksa ditaruh di tempat penitipan.
Kurang dari satu di antara 10 perempuan napi bisa mendapat pekerjaan setelah mereka bebas.
Menurut Earle, pekerjaan merupakan hal ”sangat mendasar” bagi perempuan untuk memulai lembar baru. Dengan pekerjaan, mereka terbantu untuk ”membangun kepercayaan dan mengembalikan harga diri”. Pekerjaan juga membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan anak-anak.
Dari catatan Howard League for Penal Reform, dalam setahun lebih dari 17.000 anak-anak dipisahkan dari ibu mereka yang dipenjara. Penelitian yang dibuat lembaga sosial ini menunjukkan, anak-anak dua kali lebih besar kemungkinannya menderita akibat kesehatan mental yang memburuk.
Menciptakan kesempatan
Lain lagi kisah perusahaan Shine yang dirintis oleh Dawn O’Keefe, sepuluh tahun lalu. Setelah sukses berkarier di AS, O’Keefe melihat ada kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Shine mengawali bisnis dengan menempati bekas bangunan sekolah di Leeds. Shine boleh bangga, omzet perusahaan kini mencapai 800.000 poundsteling.
Perusahaan ini mempekerjakan perempuan napi, memberi mereka kesempatan mencoba bidang penjualan, resepsionis, dan pengiriman makanan. Pada awalnya, mereka bekerja secara sukarela, tetapi kemudian bisa dipekerjakan dengan bayaran.
”Shine adalah sebuah usaha bisnis yang menciptakan pendapatan yang memungkinkan kami menciptakan kesempatan bagi mereka yang biasanya tidak memperolehnya,” kata O’Keefe.
Shine merupakan salah satu perusahaan sosial di Inggris yang menyediakan kesempatan kerja buat napi. Selain mengoperasikan restoran dari dalam penjara, perusahaan ini juga memberikan pelatihan bagi para napi untuk menjadi ahli pembuat roti.
Inggris dianggap sebagai pelopor di sektor inovasi perusahaan sosial. Tahun lalu tercatat ada sekitar 70.000 pebisnis perusahaan sosial yang mempekerjakan hampir satu juta orang. Jumlahnya meningkat dibandingkan tahun 2007, ketika ada 55.000 pebisnis.
Keyakinan
Mempekerjakan napi bukan tanpa risiko. O’Keefe mengatakan, perusahaan mengambil risiko yang cukup besar, baik terhadap staf maupun bagi klien. Salah satu tantangannya adalah bagaimana napi bisa kembali tepat waktu.
Namun, ada keuntungan yang didapat ketika perusahaan mempekerjakan napi perempuan. Mereka mempunyai tekad besar untuk berhasil.
Mereka mempunyai tekad besar untuk berhasil.
Bagi Rita, mempunyai pekerjaan merupakan sebuah kesempatan untuk mengendalikan hidup setelah menyerahkan kemerdekaannya di penjara. Rita memulai kerja dengan melakukan hal yang cukup ringan, yakni menyuguhkan teh dan kopi. Kini dia menjadi manajer operasi.
”Hal ini bukan hanya soal uang. Ini soal harga diri, keyakinan Anda. Ini membawa Anda kembali untuk menjadi Anda sendiri,” ujar Rita. (REUTERS)