SINGAPURA, KOMPAS -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo di hadapan menlu ASEAN di Singapura, Jumat (3/8/2018), menyatakan komitmen negara itu untuk tetap terlibat di ASEAN, termasuk menegaskan strategi Indo-Pasifik. Ia juga mengingatkan ”penegakan hukum di Laut China Selatan”.
Penegasan itu disampaikan Pompeo pada pertemuan ASEAN-AS di Gedung Singapore Expo, sehari setelah di tempat yang sama ASEAN mengumumkan kemajuan negosiasi dengan China terkait sengketa Laut China Selatan (LCS). Hal itu bagian diplomasi Pompeo menyodorkan visi strategis dan ekonomi AS terkait kebijakan Indo-Pasifik ke Asia Tenggara.
”Kami tetap berkomitmen pada sentralitas ASEAN dan strategi Indo-Pasifik kami,” katanya kepada para menlu ASEAN.
”Pada hari Senin, saya mengumumkan tentang Indo-Pasifik, komitmen baru AS di kawasan ini, termasuk 113 juta dollar AS sebagai awal dalam era baru komitmen ekonomi AS demi perdamaian-kemakmuran di Indo-Pasifik.”
Ia melanjutkan, ”Saya mengapresiasi ASEAN atas upaya untuk terus mempromosikan perdamaian dan stabilitas, mendukung penegakan hukum di LCS, dan secara tegas menerapkan sanksi terhadap Korea Utara."
Sehari sebelumnya, para menlu ASEAN bertemu Penasihat Negara dan Menlu China Wang Yi di forum ASEAN-China. Setelah pertemuan, Menlu Singapura Vivian Balakrishnan merilis komunike bersama, yang menyebutkan kesepakatan ASEAN-China atas teks draf tunggal untuk negosiasi Kode Tata Berperilaku yang mengatur masalah sengketa di LCS.
Menlu Retno LP Marsudi mengatakan, dalam pertemuan dengan menlu ASEAN, Pompeo tidak menjelaskan detail strategi Indo-Pasifik AS. ”Ada yang menanyakan soal dana 1,13 juta dollar AS untuk Indo-Pasifik, tetapi tidak didetailkan,” ujarnya. ”Saya bicara dengan (pihak) Jepang, itu uang awal dan akan digabung dengan uang dari negara-negara lain, seperti Jepang.”
Dalam visi strategisnya, pemerintahan Presiden Donald Trump memaparkan kebijakan Indo-Pasifik yang—dalam perspektif Washington—mencakup area sepanjang dari pantai barat AS hingga pantai barat India. LCS merupakan bagian dan masuk kawasan dalam lingkup strategi Indo-Pasifik versi AS. Washington menuntut kawasan itu ”bebas dan terbuka”. Dalam pidato di Forum Bisnis Indo-Pasifik di Washington, Senin lalu, Pompeo menyatakan, dengan ”bebas dan terbuka”, di kawasan itu semua negara bisa melindungi kedaulatan dari gangguan asing, serta mendapat akses terbuka di laut dan udara.
Strategi Indo-Pasifik AS dinilai sebagai upaya AS menghadapi dominasi China lewat Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI). Prakarsa ini bagian dari ambisi Beijing menyatukan wilayah di Asia, Afrika, dan Eurasia melalui proyek yang dibiayai pinjaman Beijing.
Selain Pompeo, Menlu Australia Julie Bishop juga mengangkat isu sengketa LCS di hadapan para menlu ASEAN. ”Tantangan lain (bagi ASEAN) adalah sengketa perbatasan maritim di Laut China Selatan,” katanya. ”Mengingat sebagian besar perdagangan kami melintasi Laut China Selatan, Australia terus memberi perhatian serius negosiasi tentang Tata Berperilaku (Code of Conduct).”
Proteksionisme dilawan
Forum Pertemuan Menlu ASEAN, yang akan berakhir pada Sabtu ini, tak ubahnya menjadi ajang perlawanan anggota ASEAN dan negara mitra wicara terhadap kebijakan proteksionisme serta anti-multilateralisme AS di bawah Trump. Retno mengatakan, ASEAN konsisten dari awal bersama para mitra dari Korea Selatan, Kanada, Australia, Jepang, dan lainnya untuk mempertahankan multilateralisme dan melawan proteksionisme.
Dalam pertemuan ASEAN-Uni Eropa, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Federica Mogherini juga satu suara dengan ASEAN. ”Kita berada di satu pihak dalam solusi kerja sama, berdasarkan aturan-aturan internasional dan multilateralisme,” katanya.