Janji Kim Jong Un untuk mengubah arah pembangunan Korut menjadi lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi itu membangkitkan optimisme warga di perbatasan Korut-China.
Sejumlah biro perjalanan di Dandong, kota perbatasan di wilayah China, menyebutkan, dalam beberapa pekan terakhir jumlah wisatawan China yang ingin mengunjungi Korut meningkat pesat. Paket wisata setengah hari maupun satu hari penuh ke Korut langsung terjual habis dalam waktu cepat.
Adapun wisata empat hari, termasuk mengunjungi ibu kota Pyongyang dan Desa Pamunjom, tempat pengesahan gencatan senjata Korut dan Korea Selatan, sudah habis dipesan sampai akhir Agustus. ”Ada keingintahuan besar dari warga China tentang Korut. Mereka menganggap kini saat paling aman untuk mengunjungi Korut,” ujar pemandu wisata Teng Yi yang baru memimpin tur ke Pyongyang pada Minggu (29/7/2018).
Perasaan aman mulai muncul saat Kim dalam pertemuan di Komite Pusat Partai Pekerja, April, menyatakan, negaranya akan mengubah fokus nasional. Sebelumnya Korut fokus pada pembangunan ekonomi dan pengembangan senjata nuklir. Namun, sekarang, pembangunan senjata nuklir tuntas diselesaikan sehingga Korut kini hanya fokus pada pembangunan ekonomi.
Sinyal kuat
Sinyal itu diperkuat melalui pertemuan Kim dengan Presiden AS Donald Trump. Keduanya sepakat mewujudkan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Sinyal fokus pada pembangunan ekonomi juga terlihat saat Kim bertemu Presiden China Xi Jinping, 19 Juni. Dalam pertemuan itu, Kim mengunjungi proyek-proyek industri dan sejumlah pabrik di sepanjang perbatasan China-Korut. Pertemuan ini adalah yang ketiga sejak Maret 2018.
Pariwisata merupakan satu dari sedikit sumber devisa bagi Korut akibat penerapan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menghantam sekitar 90 persen dari total ekspor Korut senilai 3 miliar dollar AS per tahun. Produk yang diekspor adalah komoditas, tekstil, dan makanan laut.
Badan kajian di Korsel, Institut Maritim Korea, memperkirakan negeri yang terisolasi itu bisa menghasilkan 44 juta dollar AS setiap tahun dari bidang pariwisata. Dari jumlah itu, 80 persen datang dari wisatawan China.
Sinyal positif ini langsung ditangkap oleh investor China di Dandong. Para spekulan properti langsung menggoreng harga rumah di Dandong, yang mendorong otoritas lokal mengeluarkan larangan pembelian rumah, Mei lalu.
Namun, ketidakpastian Kim merinci langkah-langkah denuklirisasi membuat sebagian pebisnis maupun spekulan mengambil sikap wait and see. Pebisnis yang lebih optimistis melihat perjalanan Kim ke perbatasan China, termasuk ke Pulau Hwanggumpyong, merupakan isyarat jelas akan kebangkitan kembali zona ekonomi yang pernah dicanangkan kedua negara pada 2011. Rencana pengembangan Hwanggumpyong terhenti pada 2013 ketika Kim mengeksekusi pamannya, Jang Song Thaek, pejabat tinggi Korut yang menangani kerja sama dengan China.
Kini, restoran-restoran di Dandong banyak mempekerjakan warga Korut meskipun dilarang di China. ”Otoritas China bersikap pura-pura tidak tahu,” kata seorang pemilik restoran.