Jurus Pemikat Cinta Segitiga
Sinetron yang meledak di layar kaca tak jarang diangkat ke layar lebar. Salah satunya Si Doel Anak Sekolahan yang pernah membetot jutaan hati penonton. Bukan hanya karena latar kultur Betawi yang memikat, tetapi juga karena kisah cinta yang membelit tokoh-tokoh utamanya. Pada versi layar lebar, Si Doel The Movie, kisah cinta segitiga antara Doel, Sarah, dan Zaenab tetap jadi jurus pemikat.
Apa kabar si Doel setelah sekian lama? Para penonton setia sinetron Si Doel Anak Sekolahan, yang kemudian berlanjut dengan Si Doel Anak Gedongan tentu bertanya-tanya seperti apa nasib Si Doel setelah kisahnya terhenti di layar kaca.
Maklum, sinetron tahun 1990-an yang, antara lain, dibintangi oleh Rano Karno (Doel), Cornelia Agatha (Sarah), Maudy Koesnaedi (Zaenab), Mandra (Mandra), Benyamin S (alm), Basuki (alm), Mak Nyak (Aminah Cendrakasih), dan Atun (Suti Karno) ini pernah begitu meledak di Tanah Air. Pada sinetron itu, kultur Betawi ditampilkan melatari jalinan kisah cinta rumit tokoh-tokoh utamanya.
Setelah lebih dari 20 tahun sejak tayang perdana di layar kaca, kisah Si Doel diangkat ke layar lebar menjadi Si Doel The Movie. Film ini disutradarai oleh Rano Karno yang beberapa tahun terakhir menjauh dari dunia hiburan karena terjun ke dunia politik.
Tidak tanggung-tanggung, sebagai sutradara, Rano yang juga pemeran Si Doel, membawa Si Doel The Movie syuting ke Belanda. Jarak yang terbentang antara Betawi (Jakarta) dan Belanda inilah yang kemudian menjadi fokus cerita.
Berangkat dari rumah khas Betawi milik keluarga Si Doel yang sangat ikonik, dikisahkan Si Doel dan Mandra yang tengah bersiap menuju bandara memenuhi undangan dari Hans (Adam Jagwani) untuk berkunjung ke Belanda. Hans adalah saudara sepupu Sarah.
Doel rupanya telah menikah dengan Zaenab. Mereka tinggal bersama Nyak yang kini diceritakan telah buta dan tidak bisa bangun dari ranjang. Ada juga tokoh Atun yang telah memiliki seorang ABG (anak baru gede).
Bagi penonton yang tidak mengikuti kisah Si Doel Anak Sekolahan dan Si Doel Anak Gedongan hingga tuntas, barangkali kebingungan dengan sejarah tokoh-tokohnya. Namun seiring kisah bergulir, penonton diajak untuk memahami kondisi terakhir para tokoh.
Bagaimana Si Doel yang kemudian menikah dengan Zaenab. Babe yang sudah meninggal, begitu juga dengan Mas Karyo, suami Atun. Muncul juga karakter Ahong, meski tidak dieksplorasi lebih jauh lagi.
Sepanjang film berdurasi 85 menit itu, kisahnya hanya didominasi oleh tokoh Doel, Mandra, Zaenab, Nyak, Hans, Sarah dan anak semata wayang Sarah. Bermula dari keberangkatan Doel ke Belanda atas undangan Hans yang sebenarnya bukan semata undangan untuk berlibur.
Hans, meminta Doel dan Mandra ke Belanda untuk membawakan pesanan Hans berupa barang-barang khas Betawi yang akan dijual Hans di Tong Tong Fair, festival terbesar untuk budaya Indo (Eropa-Indonesia) yang diadakan setiap tahun di Belanda. Di balik undangan itu, ada niat Hans untuk mempertemukan lagi Doel dan Sarah.
Si Doel Anak Sekolahan yang menjadi salah satu sinetron idola di tahun 90-an, adalah sinetron yang diangkat dari novel Si Doel Anak Betawi karya Aman Datuk Majoindo serta sebuah film berjudul sama yang disutradarai Sjumandjaja pada 1972.
Konon, saat ditayangkan dalam bentuk sinetron, Si Doel Anak Sekolahan berhasil menjadi sinetron Indonesia terlama yang tayang di layar kaca. Si Doel Anak Sekolahan tercatat tayang selama 162 episode terbagi dalam 7 musim.
Sejak pertama kali ditayangkan tahun 1994, Si Doel Anak Sekolahan, kepopuleran sinetron ini segera meroket. Tahun 2004, sinetron ini tamat, dilanjutkan dengan Si Doel Anak Gedongan tahun 2005. Sejak 2009, sinetron ini tayang ulang di sebuah stasiun televisi swasta hingga kini.
Sebelum berlanjut ke Si Doel Anak Gedongan, Zaenab yang diperankan oleh Maudy Koesnady menikah dengan tokoh Hendri, dihadiri Doel dan Sarah. Di episode itu juga, Doel dan Sarah menikah.
Konsisten
Setelah berjarak sekian lama, tokoh-tokoh dalam SiDoel The Movie memang masih diperankan oleh aktor dan aktris yang sama. Masing-masing terlihat berusaha menampilkan akting konsisten untuk menghidupkan karakter yang telah melekat pada diri mereka. Akting Nyak yang meski dalam kondisi sakit, juga Mandra dan Atun, tersimak masih sangat konsisten.
Akting Mandra dalam hal ini sangat patut diacungi jempol. Nyaris sepanjang cerita, banyolannya mendominasi dan mencuri perhatian penonton. Alami dan segar khas Mandra, nyaris menenggelamkan peran si Doel yang seharusnya menjadi tokoh utama dalam film ini.
Karakter Doel juga terjaga cukup konsisten. Tak banyak bicara, cenderung lebih banyak diam meski dalam kondisi paling genting sekalipun. Namun, di film, Doel sebenarnya digambarkan bisa bersikap sedikit lebih keras pada Mandra. Dia juga banyak berkomunikasi dengan Mandra dan Hans. Sayangnya, justru ketika berada di saat genting, Doel lebih banyak menutup mulut.
Seperti saat bertemu kembali dengan Sarah setelah 14 tahun berpisah. Doel dengan anehnya hanya diam, nyaris tidak mengucapkan sepotong kalimat pun.
Dalam tekanan emosi akibat pertemuan itu, begitu juga masalah yang terasa membelit karena ingatan akan Zaenab yang menantinya di Jakarta, Doel tetap bergeming. Percakapan lebih banyak didominasi oleh Sarah yang secara jujur mengungkapkan perasaannya. Juga alasan mengapa dia meninggalkan Doel.
Ekspresi yang mampu ditampilkan oleh Doel adalah mata yang berkaca-kaca menahan gejolak emosi, tanpa ada kalimat berarti atau gerak tubuh yang menyiratkan ekspresi lebih dalam. Pada titik tertinggi kepedihan yang dirasakannya, Doel yang tengah duduk seorang diri, digambarkan dengan ekspresi wajah suram, mengucap astagfirullah dalam-dalam.
Konflik batin antara Doel dan Sarah memang menjadi bagian penting dalam bangunan cerita Si Doel The Movie. Haru-biru pun tak terelakkan.
Film ini kemudian lebih banyak berfokus pada relasi keduanya ketimbang menyajikan lanskap Belanda. Tempat-tempat indah dan terkenal di Belanda hanya disajikan dengan gambar-gambar biasa, tidak secara sengaja mengeksplorasi keindahannya secara artistik. Begitu juga dengan nuansa Betawi yang menjadi dasar pijak film.
Hingga film berakhir, Doel, seperti dalam kisahnya di sinetron, tetap digambarkan sebagai sosok yang tak mampu memilih dan memutuskan hingga seseorang dengan berani memberikan pilihan dan putusan kepadanya. Akan tetapi, sebagai obat rindu dan rasa penasaran dari akhir kisah cinta segitiga, Si Doel The Movie cukuplah mengobati.