JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 20.000 orang dari sejumlah lokasi terdampak gempa di Lombok telah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Masih terdapat korban yang terjebak di reruntuhan masjid di Desa Lading-Lading, Kecamatan Tanjung, Lombok Barat. Satu alat berat telah disiapkan untuk evakuasi korban. Jumlah korban terjebak belum bisa dipastikan.
”Jumlah pengungsi belum dapat dipastikan secara akurat, begitu juga jumlah rumah yang rusak akibat gempa. Masjid yang roboh merupakan bangunan dari beton. Alat berat siap untuk evakuasi,” ucap Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencan (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Senin (6/8/2018) sore.
Warga serta wisatawan domestik dan mancanegara yang sudah dievakuasi sebanyak 2.000-2.700 orang dari tiga lokasi, yakni Gili Lawa, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Evakuasi menggunakan sembilan kapal. Wisatawan yang ingin kembali ke daerah asal dapat menggunakan penerbangan melalui Bandar Udara Internasional Lombok yang dibuka selama 24 jam.
”Ada tambahan 18 penerbangan untuk melayani wisatawan,” ujar Sutopo.
Selama tiga hari, mulai Senin ini sampai Rabu (8/8/2018), akan difokuskan pada proses evakuasi. Hari ini bantuan logistik sebanyak 21 ton terdiri dari matras dan makanan dari BNPB telah disalurkan. Sementara PMI menyalurkan 26 ton bantuan berupa matras dan terpal.
”Pipa-pipa saluran air pecah, rusak, dan menyebabkan air terkontaminasi. Saat ini air bersih paling dibutuhkan masyarakat,” lanjut Sutopo.
Korban tewas 98 orang
Jumlah korban tewas sampai Senin sore sebanyak 98 orang, sedangkan korban luka 236 orang luka-luka. Jumlah rumah yang rusak ribuan unit, tersebar di sejumlah lokasi.
”Jumlah korban dan kerusakan akibat dampak gempa akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak gempa dapat dijangkau petugas tim SAR gabungan. Dugaan adanya korban yang tertimbun bangunan yang roboh belum dapat dievakuasi oleh petugas. Tim SAR gabungan terus menyisir daerah-daerah terdampak gempa untuk melakukan evakuasi, penyelamatan, dan pertolongan kepada korban. Pendataan masih terus dilakukan aparat,” tutur Sutopo.
Korban meninggal terbanyak di Kabupaten Lombok Utara karena wilayah inilah yang parah terkena dampak gempa. Dari 98 orang meninggal akibat gempa, jumlah korban terbanyak terdapat di Kabupaten Lombok Utara (72 orang), kemudian Lombok Barat (16 orang), Kota Mataram (4 orang), Lombok Timur (2 orang), Lombok Tengah (2 orang), dan Kota Denpasar (2 orang).
Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh. Semua korban meninggal adalah warga negara Indonesia. Belum ada laporan wisatawan asing yang menjadi korban akibat gempa.
Bantuan belum dapat didistribusikan merata ke para pengungsi. Selain terbatasnya jumlah logistik yang ada, pengungsi juga tersebar di berbagai lokasi sehingga menyulitkan pembagian bantuan, khususnya di Kabupaten Lombok Utara.
2.700 wisatawan dievakuasi
Sementara itu, evakuasi terhadap wisatawan yang ada di Gili Trawangan, Gili Air, dan Meno masih dilakukan hingga malam ini. Tidak ada data resmi berapa jumlah wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik, yang berada di Gili Trawangan, Gili Air, dan Meno. Perkiraan awal terdapat sekitar 1.000 orang, ternyata jumlahnya lebih banyak.
Tim SAR gabungan yang dipimpin Basarnas berhasil mengevakuasi sebanyak 2.700 wisatawan asing dan domestik dari ketiga pulau tersebut pada Senin pukul 15.00 WIB.
Wisatawan dievakuasi ke Pelabuhan Bangsal Kabupaten Lombok Utara menggunakan sembilan kapal, yaitu 1 kapal SAR Mataram, 1 KAL Belongas, 1 kapal SAR Denpasar, 1 kapal Pelni, 1 kapal Dharma Citra Tiga, 3 kapal cepat/feri Eka Jaya, dan 1 kapal cepat/feri Bali Nusa. Ribuan wisatawan dan karyawan hotel masih dalam proses evakuasi keluar dari ketiga pulau tersebut.
Evakuasi wisatawan adalah inisiatif wisatawan. Mereka trauma dengan guncangan gempa 7 skala Richter yang diikuti peringatan dini tsunami. Mereka juga khawatir adanya gempa susulan yang lebih besar diikuti tsunami karena banyak beredar informasi yang menyesatkan (hoaks) bahwa akan terjadi gempa dengan kekuatan 7,5 skala Richter yang diikuti tsunami di Lombok nanti malam. Hoaks tersebut beredar luar di wilayah Lombok sehingga membuat warga dan wisatawan takut.
”Informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan. Gempa tidak dapat diprediksi secara pasti, berapa magnitudonya, di mana, dan kapan secara pasti. Gempa susulan dari gempa 7 skala Richter pasti terjadi, tetapi dengan intensitas yang lebih kecil. Hingga Senin pukul 17.00 WIB telah terjadi gempa susulan sebanyak 176 kali gempa dengan intensitas kecil,” tutur Sutopo.
”Masyarakat dan wisatawan di NTB dan Bali diimbau tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaannya. Jangan terpancing pada informasi-informasi yang menyesatkan,” lanjutnya. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY/DIONISIA GUSDA PRIMADITA PUTRI)