Maskapai Diminta Tambah Penerbangan ke Bali dan Lombok
JAKARTA, KOMPAS — Seluruh penerbangan dan pelayaran yang melayani rute Lombok dan Bali diminta bersiap menambah jadwal keberangkatan untuk mengangkut siapa saja yang mau keluar dari Lombok dan Bali.
”Kami meminta tambahan penerbangan, baik slot maupun pesawat, untuk mengangkut wisatawan yang mengubah jadwal liburan mereka di Lombok dan Bali,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di Jakarta, Senin (6/8/2018).
Arief juga meminta pihak maskapai tidak memberikan penalti kepada penumpang yang harus mengubah jadwal terbangnya karena musibah gempa. ”Perubahan jadwal ini bukan karena keinginan mereka, tetapi gempa bumi. Jadi, saya harap maskapai membantu mereka,” lanjutnya.
Bandara Lombok Praya telah mengumumkan akan beroperasi 24 jam. Maskapai Garuda Indonesia sudah mencadangkan tiga penerbangan ekstra dari Lombok ke Denpasar. Adapun maskapai Lion Air menyediakan empat penerbangan tambahan dari dan ke Lombok menuju Denpasar, Surabaya, dan Cengkareng.
”Lion Air akan mengoperasikan armada jenis Boeing 737-900 ER (215 kursi ekonomi), Boeing 737-800 NG (189 kursi kelas ekonomi), dan Boeing 737 MAX 8 (180 kursi),” kata Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro.
Kepala Bagian Manajemen Krisis Kepariwisataan Kementerian Pariwisata Dessy Ruhati menuturkan, Kementerian Pariwisata telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat, pemangku kepentingan pariwisata, dan badan penanggulangan bencana untuk memantau kondisi dan keberadaan turis.
”Dari koordinasi itu, dinyatakan tidak ada wisatawan yang terluka atau terkena dampak gempa,” kata Dessy.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan telah mengerahkan enam kapal ke Gili Trawangan untuk membantu evakuasi korban gempa sejak Minggu. Direktur Jenderal Perhubungan Laut Agus H Purnomo mengatakan, pengiriman kapal ke kawasan Gili Trawangan untuk membantu proses evakuasi penduduk dan wisatawan.
”Keenam kapal itu berangkat dari lokasi masing-masing untuk menjemput wisatawan dan penduduk di lokasi-lokasi yang membutuhkan bantuan, terutama di Gili Trawangan,” ujar Agus.
Sementara itu, infrastruktur transportasi laut di wilayah NTB dilaporkan sebagian rusak ringan, seperti plafon rusak, genteng jatuh, dinding rentak, dan trestel turun sekitar 15 cm. Meski demikian, secara umum pelayanan di pelabuhan di wilayah NTB tetap berjalan normal.
”Angkutan dari Gili Meno ke Pelabuhan Bangsal Pemenang juga sudah mulai beroperasi seperti biasa untuk mengangkut penduduk dan wisatawan, sedangkan angkutan yang ke Gili Trawangan dan Gili Air pagi ini belum terlihat ada pergerakan,” ucap Agus.
Untuk itu, lanjutnya, Kementerian Perhubungan mengirimkan bantuan kapal patroli guna mengevakuasi wisatawan dan penduduk dari kedua pulau tersebut.
Penyeberangan Kayangan Lombok Timur-Poto Tano Sumbawa telah kembali normal.
Untuk sarana transportasi pengiriman bantuan, PT Pelni (Persero) telah menyiapkan KM Egon dari Surabaya ke Lombok. Pengirim bantuan dapat dilakukan secara langsung melalui Pelni Cabang Surabaya di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, tanpa dipungut biaya atau gratis.
Kepala Kesekretariatan Perusahaan Pelni Ridwan Mandaliko mengatakan, KM Egon akan berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, pada Selasa (7/8/2018) ke Pelabuhan Lembar, NTB. KM Egon akan bersandar pukul 13.00 WIB dan berangkat pukul 18.00 WIB. KM Egon merupakan kapal tipe ro-ro dan dapat mengangkut mobil, alat berat, dan penumpang.
”Silakan bagi warga yang akan memanfaatkan transportasi laut dengan cuma-cuma untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke NTB,” ujar Ridwan.
Relatif aman dan normal
Sekretaris Perusahaan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Imelda Alini mengatakan, kondisi di Pelabuhan Lembar sudah relatif aman dan normal.
”Jaringan listrik sudah menyala kembali dan aktivitas pelabuhan sudah dibuka. Kapal juga sudah mulai melakukan pemuatan penumpang dan kendaraan. Demikian juga layanan di Pelabuhan Kayangan (melayani lintasan Kayangan-Pototano) sejak pukul 05.30 Wita telah kembali beroperasi normal,” tutur Imelda.
Ia menambahkan, kegiatan operasional di lintasan Lembar-Padangbai atau yang menghubungkan wilayah Lombok dan Bali, baik di Lembar maupun Kayangan, dihentikan sementara akibat gempa. Kendati demikian, dilaporkan tidak ada kerusakan signifikan pada fasilitas sisi pelabuhan ataupun kapal, baik di pelabuhan Lembar maupun Kayangan.
Tercatat di Pelabuhan Kayangan terdapat empat kapal milik ASDP dari total 24 unit yang beroperasi di sana. Sementara di Pelabuhan Lembar tercatat ada empat kapal milik ASDP dari total 37 unit yang beroperasi di lintasan Lembar-Padangbai.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi telah memastikan bahwa kondisi Penyeberangan Kayangan Lombok Timur-Poto Tano Sumbawa telah kembali normal.
”Saya pastikan bahwa semua infrastruktur dan fasilitas dalam kondisi utuh dan baik, tidak terdampak gempa. Hanya saja, plafon di ruang Pemandu Moda Terminal Mandalika Mataram runtuh,” ujar Budi.