YOGYAKARTA, KOMPAS — Pentingnya menjaga kondisi kesehatan gigi dan mulut sering kali masih belum menjadi perhatian utama bagi sebagian kaum pekerja. Kesibukan rutinitas kerja sehari-hari dan faktor biaya sering masih menjadi kendala. Padahal, semakin dini penyakit terdeteksi, semakin sederhana pula perawatannya.
”Masih ada kesan memeriksakan kesehatan gigi memerlukan biaya besar,” ujar Ketua Unit Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dr Asikin Nur di sela-sela kegiatan pemberian layanan pemeriksaan kesehatan gigi gratis bagi pekerja Pasar Beringharjo di Masjid Muttaqien, Jalan Pabringan, Yogyakarta, Selasa (7/8/2018). Layanan tersebut diselenggarakan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Beringharjo dan FKG UGM untuk memberikan kesempatan kepada para pekerja pasar yang antara lain terdiri dari buruh gendong, pengayuh becak, serta penjual makanan angkringan, agar dapat mengetahui kondisi kesehatan mulut dan gigi serta mendapatkan pengobatan di tengah kesibukan kerja mereka.
FKG UGM menurunkan 65 tenaga medis yang antara lain terdiri dari dosen, dokter gigi yang sedang mengambil pendidikan spesialis, serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi. Layanan yang diberikan berupa pemeriksaan, konsultasi, pencabutan gigi, serta penambalan gigi.
Kasus yang ditemukan selama pemeriksaan tersebut sebagian besar berupa gigi berlubang dan gigi yang sudah mati tetapi tinggal akarnya. Asikin menduga selama ini para pasien yang diperiksa jarang memperhatikan kondisi kesehatan gigi mereka.
”Pemeriksaan kesehatan gigi belum menjadi prioritas bagi mereka karena terkadang gangguan pada gigi dirasa tidak terlalu urgen untuk disembuhkan,” kata Manajer Divisi Baitul Maal Ahmad Paryanto. Guna mendorong peningkatan kesadaran akan kondisi kesehatan gigi dan mulut, maka kegiatan pemeriksaan tersebut diselenggarakan selama dua kali dalam setahun. Dana yang digunakan untuk pemeriksaan gratis tersebut berasal dari dana zakat infak yang berasal dari anggota BMT Beringharjo.
Sadiyo, salah satu pengayuh becak, bersyukur bisa memperoleh layanan itu karena meskipun giginya berlubang dan kerap terasa sakit tetapi selama ini ia sama sekali belum pernah memeriksakan kondisi giginya ke dokter. ”Sebenarnya bisa memeriksakan gigi ke puskesmas di dekat rumah menggunakan BPJS, tetapi seringnya tidak sempat,” kata Sadiyo.
Gigi berlubang adalah masalah permanen dan tidak bisa sembuh dengan sendirinya sehingga jika tidak diobati dapat menimbulkan infeksi. Pada orang dengan daya tubuh rendah, infeksi bisa menyebar hingga organ tubuh lainnya, seperti sinus, rahang, serta daerah leher dan dada. (DRA)