JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG belum temukan stabilitas untuk menembus level psikologis baru. Kesempatan investor untuk ambil untung serta kekhawatiran investor terhadap dampak perang dagang menjadi sentimen pelemahan IHSG.
Pada penutupan perdagangan Selasa (7/8/2018), IHSG ditutup melemah 0,16 persen atau 9,88 poin di level 6.091,25. Padahal, saat penutupan perdagangan sehari sebelumnya, IHSG sempat melonjak ke level 6.101,13 seusai keluarnya data pertumbuhan ekonomi triwulan II-2018 sebesar 5,27 persen.
Sepanjang perdagangan kemarin tercatat frekuensi perdagangan mencapai 399.556 kali dengan nilai transaksi Rp 7,87 triliun. Adapun volume transaksi sebanyak 9,11 miliar lembar saham.
Kemarin IHSG sempat menyentuh titik tertinggi di level 6.113,99. Sayangnya, aksi ambil untung sejumlah investor jangka pendek menyebabkan IHSG gagal pertahankan penguatan. Investor asing mencatat pembelian Rp 69 miliar di pasar reguler dan Rp 106 miliar di pasar keseluruhan.
Dari seluruh saham yang diperdagangkan Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 215 saham menurun sehingga memengaruhi pelemahan IHSG hari ini. Sementara itu, hanya 168 saham yang harganya naik dan 216 saham sisanya stagnan sepanjang perdagangan kemarin.
Aksi ambil untung pelaku pasar setelah lonjakan indeks hari sebelumnya membuat IHSG gagal bertahan di level psikologis 6.100.
Nafan Aji Gusta, analis Binaartha Parama Sekuritas, menilai saham-saham sektor jasa keuangan yang kemarin sudah banyak menguat menjadi sasaran jual investor. Dampaknya, indeks sektor jasa keuangan ditutup melemah sebesar 0,75 persen, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.
”Aksi ambil untung oleh pelaku pasar setelah lonjakan indeks hari sebelumnya membuat IHSG gagal bertahan di level psikologis 6.100. Untungnya, investor optimistis ekonomi domestik tetap positif sehingga investor jangka panjang tetap bertahan,” ujarnya.
Saham-saham sektor jasa keuangan yang diperdagangkan melemah di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BBRI yang kemarin turun 1,76 persen, PT Bank Mandiri Tbk atau BMRI (turun 1,37 persen), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BBNI (turun 1,22 persen).
Dari sisi eksternal, kata Nafan, situasi global tidak mendukung investor asing untuk banyak melakukan aksi beli. ”Panasnya hubungan antara AS dan Iran akibat sanksi Pemerintah AS yang menyasar komoditas minyak Iran,” ujarnya.
Sementara itu, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai pelemahan IHSG terbatas seiring aksi beli investor asing di pasar saham domestik. Berdasarkan data BEI, investor asing masih membukukan beli bersih sebesar Rp 105 miliar.
”Rupiah yang perlahan mulai melepaskan diri dari tekanan penguatan mata uang lain turut menjadi sentimen bagi pasar saham sehingga IHSG tidak tertekan lebih dalam,” katanya.
IHSG masih memiliki peluang untuk kembali menguat seiring kondisi fundamental perekonomian nasional yang cukup terjaga. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin, nilai tukar rupiah berada pada level Rp 14.485 per dollar AS.